Undang Undang Organisasi Kemasyarakatan

16

BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Undang Undang Organisasi Kemasyarakatan

Organisasi masa atau disingkat ormas adalah suatu istilah yang digunakan di Indonesia untuk bentuk organisasi berbasis masa yang tidak bertujuan politis. Bentuk organisasi ini digunakan sebagai lawan dari istilah partai politik. Ormas dapat dibentuk berdasarkan beberapa kesamaan atau tujuan, misalnya: agama, pendidikan, sosial. Ormas bukanlah suatu badan hukum, melainkan hanya status terdaftar berdasarkan Surat Keterangan Terdaftar yang diterbitkan Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik, Kementrian Dalam Negeri Indonesia. Setelah kemerdekaan diraih oleh bangsa Indonesia, pembentukan ormas semakin marak, terutama organisasi kemahasiswaan yang mencapai puncaknya pada era 70- an. Namun seiring dengan menguatnya pemerintahan orde baru yang cenderung represif terhadap perbedaan ide dan sikap kritis, peran organisasi masyarakat di Indonesia mengalami kemunduran. Suara kritis organisasi masyarakat serta penculikan sejumlah aktivis organisasi masyarakat yang kritis terhadap kebijakan. Pemerintahan orde baru kala itu diperkuat dengan munculnya Undang –Undang Nomor 8 Tahun 1985 UU No 81985 tentang Organisasi Kemasyarakatan. 1 Pemerintah menganggap Undang-Undang Organisasi Kemasyarakatan Nomor 8 Tahun 1985 sudah tidak relevan dan sudah tidak mampu mengakomodasi pesatnya 1 Suara Pembaruan, “Menadah Fungsi Ormas Sebagai Wadah Aspirasi Rakyat”, tanggal 26 Februari 2013. dinamika perkembangan yang terjadi pada belakangan ini. Oleh sebab itu, tentu diperlukan kajian ulang dan evaluasi dengan dilakukan perubahan, sesuai dengan tantangan dan perubahan zaman pada saat ini. Pembahasan Rancangan Undang-Undang Organisasi Kemasyarakatan sudah dimulai pada tahun akhir tahun 2011 di DPR dan menghabiskan waktu tujuh kali masa sidang. Akan tetapi, RUU Ormas ini mengemuka di awal tahun 2013 ketika DPR-RI akan menggodok RUU Ormas untuk segera disahkan menjadi Undang- Undang Organisasi Kemasyarakatan. Draft Rancangan Undang-Undang Kemasyarakatan yang baru berisi 21 Bab dan 86 Pasal dimana sebelumnya hanya berisi 9 Bab dan 20 Pasal. Berikut ini penulis akan memaparkan beberapa perbedaan Undang-Undang Organisasi Kemasyarakatan Nomor 8 Tahun 1985 dengan Rancangan Undang-Undang Organisasi Kemasyarakatan yang baru menurut ketua Pansus RUU Ormas, Abdul Malik Haramain. Tabel 1 Perbedaan Undang-Undang Ormas yang lama dengan RUU Ormas yang Baru. 2 No. Jenis Perbedaan Penjelasan 1. Perbedaan asas. Pada Undang-Undang UU No.8 Tahun 1985 asas yang berlaku adalah asas tunggal. Asas ormas pada Undang- Undang yang terdahulu berbunyi “Asas Ormas berdasarkan Pancasila. ” Kemudian diubah menjadi asas yang tidak memaksakan terhadap asas tunggal dan berbunyi “Asas ormas tidak hanya berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang 1945.” Hal ini berarti bahwa dihapuskannya asas tunggal pada Undang-Undang Organisasi Kemasyarakatan yang baru. 2. Segi Pendaftaran Ormas Di RUU Ormas yang baru pendaftaran Ormas diatur lebih mudah karena disediakannya empat golongan bagi para ormas yang ingin mendaftarkan organisasi mereka. Empat golongan itu terdiri dari Yayasan, Perkumpulan, Surat Keterangan Terdaftar SKT, Surat Keterangan Domisili. Dari empat golongan tadi, para ormas berhak memilih salah satunya. Jika ormas tersebut berbadan hukum silahkan memilih yayasan atau perkumpulan, tetapi bagi ormas yang tidak berbadan hukum silahkan mendaftar menggunakan Surat Keterangan Terdaftar SKT dan Surat Keterangan Domisili. 2 Hasil wawancara dengan Abdul Malik Haramain, Jakarta 17 September 2013. 3. Larangan dan Sanksi Pada UU Ormas No.8 Tahun 1985, larangan hanya bersifat umum dan tidak secara mendetail sementara di RUU Ormas yang baru ini sifatnya lebih detail. Hal ini dilakukan karena dikhawatirkan RUU Ormas yang baru dianggap dapat dengan mudah untuk dilanggar tanpa adanya peraturan laranga yang lebih mendetail. Berikutnya adalah perbedaan sanksi bagi ormas yang melanggar aturan dan larangan yang telah ditetapkan langsung akan diproses memalui jalur pengadilan. Hal ini berarti dari segi prosedur sifat Rancangan Undang- Undang yang baru sudah demokratis dan berbeda dengan Undang-Undang yang lama dimana UU Ormas lama lebih bersifat fleksibel dan tidak mendetail sehingga dikhawatirkan akan berbahaya bagi kelangsungan orang-orang yang berserikat dan berkumpul. 4. Pengaturan Ormas Asing Undang-Undang Ormas yang lama, yaitu UU No.8 Tahun 1985 memang sudah tercantum peraturan mengenai ormas asing namun dianggap belum cukup bahkan sangat kurang. RUU Ormas yang baru diatur sedemikian rupa bagaimana Ormas asing itu diatur dan bagaimana ormas asing itu beraktifitas. Selain itu, juga terdapat pengertian ormas asing, dan prosedur yang harus ditempuh oleh Ormas asing apabila ingin menjalani aktifitas di Indonesia. Menurut Ketua Panitia Khusus Rancangan Undang-Undang Organisasi Kemasyrakatan, Abdul Malik Haramain, mengatakan bahwa urgensi dari Penyusunan Rancangan Undang-Undang Organisasi Kemasyarakatan itu karena Organisasi Kemasyarakatan yang ada di Indonesia sedemikian rupa, sangat beragam dan bersifat dinamis, oleh sebab itu maka kita perlu mengatur dan mengelola agar Ormas lebih produktif, dan tidak mengganggu kebebasan ormas lain atau pun menimbulkan kekacauan yang dapat mengganggu stabilitas Negara Indonesia. 3 Indonesia sangat memerlukan regulasi yang mengatur tentang ormas. RUU Ormas diperlukan untuk menjamin hak asasi setiap ormas lain dan hak asasi individu warga Negara lainnya. Oleh karena itu, pengaturan ormas diperlukan agar tidak terjadi tirani atas nama kebebasan berorganisasi atau berkelompok dalam masyarakat. Termasuk, menjaga agar tidak terjadinya monopoli kebenaran oleh ormas tertentu di ruang publik. Dengan Undang-Undang baru, Ormas bisa memiliki badan hukum dan memiliki kegiatan jelas, sesuai konstitusi, Pancasila serta semangat Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI

B. Teori Konstruksi Sosial 1. Konstruksi Sosial Pemikiran Berger dan Luckman