Analisis Framing menanyakan mengapa peristiwa X diberitakan? Mengapa peristiwa lain tidak diberitakan? Mengapa suatu tempat dan pihak yang terlibat
berbeda meskipun peristiwanya sama? Mengapa realitas didefinisikan dengan cara tertentu? Mengapa sisi atau angle tertentu ditonjolkan sedangkan yang lain tidak?
Mengapa menampilkan sumber berita X dan mengapa bukan sumber berita yang lain yang diwawancarai?
17
Pertanyaan-pertanyaan tersebut mendasari bagaimana media massa membentuk dan mengkonstruksi realitas, yang membuat khalayak lebih mudah
mengingat aspek-aspek tertentu yang ditekankan dan ditonjolkan oleh media massa
D. Analisis Framing Model Robert Entman
Robert N. Entman adalah salah seorang ahli yang meletakkan dasar-dasar bagi analisis framing untuk studi isi media, yang salah satunya ditulis dalam sebuah artikel
untuk Jurnal of Political Communication.
18
Entman melihat framing dalam dua dimensi besar, yaitu seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu
dari realitasisu. Penonjolan adalah proses membuat informasi menjadi lebih bermakna, lebih menarik, berarti, atau lebih ingat oleh khalayak.
19
Framing didefinisikan Entman sebagai proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga
bagian tertentu peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan aspek lain. Ia juga menyertakan penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga
sisis tertentu mendapatkan alokasi lebih besar dari sisi yang lain. Dalam praktiknya, Framing dijalankan oleh media dengan menseleksi isu dan mengabaikan isu yang
17
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi Jakarta : Kencana Prenada Media Group : 2006, h. 252.
18
Eriyanto. Analisis Framing, : Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta: Lkis. 2007 h. 185.
19
Ibid, h. 186.
lain; dan menonjolkan aspek dari isu tersebut dengan menggunakan berbagai strategi wacana
– penempatan yang mencolok menempatkan di headline depanbagian belakang, pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung dan memperkuat
penonjolan, pemakaian label tertentu ketika menggambarkan orang peristiwa yang diberitakan, asosiasi terhadap symbol budaya, generalisasi, simplifikasi, dan lain-lain.
Kata penonjolan salience didefinisikan sebagai membuat informasi lebih diperhatikan, bermakna, dan berkesan.
20
Suatu peningkatan dalam penonjolan mempertinggi probabilitas penerima akan lebih memahami informasi, melihat makna
lebih tajam, lalu memprosesnya dan menyimpannya dalam ingatan. Bagian informasi dari teks dapat dibuat lebih menonjol dengan cara penempatannya atau pengulangan
atau mengasosiasikan dengan simbol-simbol budaya yang sudah dikenal. Dalam konsepsi Entman, framing pada dasarnya merujuk pada pemberian
definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berfikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan. Frame
beriita timbul dalam dua level. Pertama, konsepsi mental yang digunakan untuk memproses informasi dan sebagai karakteristik dari teks berita. Kedua perangkat
spesifik dari narasi berita yang dipakai untuk membangun suatu pengertian mengenai peristiwa. Frame berita dibentuk dari kata kunci, metafora, konsep, simbol, citra,
yang ada dala narasi berita yang memberi makna tertentu dari teks berita.
21
Konsep framing dalam pandangan Entman, secara konsisten menawarkan sebuah cara untuk mengungkapkan the power of a communication text. Konsepsi mengenai
20
Eriyanto. Analisis Framing, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta: Lkis, 2002 h.185
21
Ibid, h.189.
framing dari Entman tersebut menggambarkan secara luas bagaimana peristiwa dimaknai dan ditandakan oleh wartawan.
Tabel 4 Framing Model Robert Entman
Problem Identification Pendefinisian masalah
Bagaimana suatu peristiwa atau isu dilihat dan didefinisikan? Sebagai apa atau
sebagai masalah apa?
Diagnose Causes Memperkirakan penyebabsumber masalah
Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa? Apa yang dianggap sebagai penyebab
masalah? Siapa yang dianggap sebagai penyebab masalah?
Make Moral Judgement Membuat keputusan moralPenilaian atas penyebab
masalah Nilai moral apa yang disajikan untuk
menjelaskan masalah? Nilai moral apa yang dipakai untuk melegitimasi dan
mendelegitimasi suatu tindakan? Penilaian apa yang disajikan terhadap penyebab
masalah?
Treatment Recommendation Menekankan penyelesaian
Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk mengatasi masalahisu? Jalan apa yang
ditawarkan dan yang harus ditempuh untuk mengatasi masalah?
Define Problems pendefinisan masalah adalah elemen yang pertama kali dapat kita lihat mengenai framing. Elemen ini merupakan bingkai yang paling utama. Ia
menekankan bagaimana peristiwa yang dipahami oleh wartawan ketika ada masalah atau peristiwa, bagaimana peristiwa atau isu tersebut dipahami. Peristiwa yang sama
dapat dipahami secara berbeda. Diagnose Cause memperkirakan penyebab masalah, ini merupakan elemen
framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai actor dari suatu peristiwa.
Penyebab disini bisa berarti apa what, tetapi juga bisa berarti siapa who. Bagaimana peristiwa dapat dipahami, tentu saja menentukan apa dan siapa yang
dianggap sumber masalah.
22
Make moral judgement membuat pilihan moral adalah elemen framing yang dipakai untuk membenarkan atau memberi argumentasi pada pendefinisian masalah
yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan sebuah argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan
tersebut gagasan yang diikuti berhubungan dengan sesuatu yang familiar dan dikenal oleh khalayak.
23
Treatment recommendation menekankam penyelesaian, elemen ini dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang dipilih untuk
menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu tentu saja sangat tergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab
masalah.
24
22
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, Yogyakarta: Lkis, 2005, h. 189-190
23
Ibid, h. 191
24
Ibid, h. 191-192
35
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Profil Suara Pembaruan 1. Sejarah Singkat Suara Pembaruan
Pada 27 April 1961, lahirlah harian umum Sinar Harapan yang beredar sore hari. Sebagai Presiden Direktur yang pertama adalah I.D.Pontoan, dan Direkturnya
adalah H.G.Rorimpandey. Koran ini diterbitkan oleh PT Sinar Kasih. Meskipun didukung Partai Kristen Indonesia Parkindo, Sinar Harapan bukan koran partai.
Mottonya adalah “Memperjuangkan Kemerdekaan dan Keadilan, Kebenaran dan
Perdamaian, Berdasarkan Kasih”. Selama hayatnya, Sinar Harapan hidup penuh perjuangan. Sempat diberi sanksi
oleh pemerintah, yakni tiga kali mendapat teguran berupa penutupan atau pelarangan terbit. Puncaknya pada 9 Oktober 1986, pemerintah mencabut Surat Izin Usaha
Penerbitan Pers SIUPP Sinar Harapan, karena dianggap menyimpang dari ketentuan pemerintah di bidang penerbitan. Tetapi pada 4 Februari 1987, terbitlah untuk
pertama kalinya Harian Umum Suara Pembaruan, sebagai kelanjutan dari Sinar Harapan yang dibreidel pemerintah.
Suara Pembaruan diterbitkan sebagai alat perjuangan demi terwujudnya cita - cita dan idealisme yang melatarbelakangi dan mendasarinya sesuai dengan visi dan
misi. Motivasi penerbitan Suara Pembaruan tidak terlepas dari cita-cita proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia yang pengejawantahannya terdapat dalam dasar