Konstruksi Sosial Media Massa

diangkat dan dikonstruksikan kepada khalayak. Berita yang ada di media dapat memberikan realitas yang sama sekali baru dan berbeda dengan realitas sosialnya. Berita merupakan hasil rekonstruksi realitas yang subjektif dari proses kerja wartawan. 8

2. Konstruksi Sosial Media Massa

Konstruksi sosial media massa diambil dari pendekatan teori konstruksi sosial atas realitas Peter L Berger dan Luckmann dengan melihat fenomena media massa dalam proses eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi. Menurut perspektif ini tahapan-tahapan dalam proses konstruksi sosial media massa itu terjadi melalui: tahap menyiapkan materi konstruksi; tahap sebaran kostruksi; tahap pembentukan kosntruksi; dan tahap konfirmasi. 9 Penjelasannya adalah sebagai berikut: 1. Tahap menyiapkan materi konstruksi : Ada tiga hal penting dalam tahapan ini yakni: keberpihakan media massa kepada kapitalisme, keberpihakan semu kepada masyarakat, keberpihakan kepada kepentingan umum. 2. Tahap sebaran konstruksi : sebaran konstruksi media massa dilakukan melalui strategi media massa. prinsip dasar dari sebaran konstruksi sosial media massa adalah semua informasi harus sampai pada khalayak secara tepat berdasarkan agenda media. Apa yang dipandang penting oleh media, menjadi penting pula bagi pemirsa atau pembaca. 8 M. Antonious Birowo, Metode Penelitian Komunikasi, Teori, dan Aplikasi, Jakarta: Gitnysli, 2004, h.168-169 9 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi : Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, Jakarta : Kencana, 2007, hlm. 205-212 3. Tahap pembentukan konstruksi realitas. Pembentukan konstruksi berlangsung melalui: 1 konstruksi realitas pembenaran; 2 kedua kesediaan dikonstruksi oleh media massa ; 3 sebagai pilihan konsumtif. 4. Tahap Konfirmasi. Konfirmasi adalah tahapan ketika media massa maupun penonton memberi argumentasi dan akuntabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat dalam pembetukan konstruksi. 10 Tabel 2 Proses Konstruksi Sosial Media Massa 11 Pada konteks media cetak ada tiga tindakan dalam mengkonstruksi realitas, yang hasil akhirnya berpengaruh terhadap pembentukan citra suatu realitas. Pertama adalah pemilihan kata atau simbol. Sekalipun media cetak hanya melaporkan, tetapi jika pemilihan kata istilah atau simbol yang secara konvensional memiliki arti 10 Ibid, hlm. 14 11 Ibid, hlm. 204 Objektivasi Internalisasi P r o s e s S o s i a l S i m u l t a n M E D I A Eksternalisasi Source Message Channel Receiver Effect - Objektif - Subjetif Realitas Terkonstruksi: - Lebih Cepat - Lebih Luas - Sebaran Merata - Membentuk Opini Massa - Massa Cenderung Terkonstruksi - Opini Massa Cenderung tertentu di tengah masyarakat, tentu akan mengusik perhatian masyarakat tersebut. Kedua adalah pembingkaian suatu peristiwa. Pada media cetak selalu terdapat tuntutan teknis, seperti keterbatasan kolom dan halaman atas nama kaidah jurnalistik, berita selalu disederhanakan melalui mekanisme pembingkaian atau framing. Ketiga adalah penyediaan ruang. Semakin besar ruang yang diberikan maka akan semakin besar pula perhatian yang akan diberikan oleh khalayak. 12 . Dapat disimpulkan, menurut pandang kaum konstruksionis: 1. Faktaperistiwa adalah hasil konstruksi. Bagi kaum konstruksionis, realitas itu hadir, karena dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan. Realitas bisa berbeda-beda, tergantung pada bagaimana konsepsi ketika realitas itu dipahami oleh wartawan yang mempunyai pandangan yang berbeda. 2. Media adalah agen konstruksi. Disini media dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendefiniskan realitas lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakannya.. 3. Berita bukan refleksi dari realitas. Ia bukan menggambarkan realitas, tetapi merupakan potret dari arena pertarungan antara berbagai pihak yang berita dengan peristiwa. 4. Wartawan bukan pelapor. Ia agen konstruksi realitas dimana pekerjaannya bukan sebatas melaporkan sebuah fakta, tapi juga turut mengkonstruksi fakta yang didapatkannya untuk kemudian dijadikan berita. 12 Agus Sudibyo, Politik Media dan Pertarungan Wacana, h. 2-4 5. Nilai, Etika, pilihan moral, dan keberpihakan wartawan adalah bagian yang integral dalam penelitian. Kaum konstruksionis memandang bahwa peneliti bukanlah subjek yang bebas nilai, karena itulah etika dan moral serta keberpihakan peneliti menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari proses penelitian. 6. Khalayak mempunyai penafsiran tersendiri atas berita. Kaum konstruksionis memandang bahwa khalayak bukanlah subjek yang pasif, melainkan subjek yang aktif dalam menafsirkan apa yang dibaca, ditonton ataupun didengar. Karena sifat dan faktanya bahwa pekerjaan media massa adalah menceritakan peristiwa-peristiwa, maka kesibukan utama media massa adalah mengkonstruksikan berbagai realitas yang akan disiarkan. Media menyusun realitas dari berbagai peristiwa yang terjadi hingga menjadi cerita atau wacana yang bermakna. Pemberitaan yang sangat menarik dan menjadi perhatian media massa sebagai bahan liputan mereka adalah peristiwa politik. Peristiwa politik memiliki nilai berita yang tinggi dan dapat dijadikan perhatian khalayak. Apalagi saat ini banyak peristiwa politik yang menyangkut partai politik. Kasus-kasus yang marak terjadi di dalam partai politik saat ini menjadikan sasaran empuk media massa untuk meliput dan memberitakannya. Media massa berfungsi sebagai menceritakan sebuah peristiwa, keadaan, kejadian yang terjadi di kehidupan sosial, ekonomi, dan juga politik. Pekerjaan utamanya adalah mengkonstruksi berbagai realitas tersebut menjadi sebuah wacana yang memiliki makna yang kemudian disiarkan. Pemberitaan politik memang rumit daripada berita-berita kehidupan lainnya. Dalam pemberitaan politik akan ada suatu pembentukkan opini publik. Di mana ini menjadi hal yang diinginkan oleh aktor politik dan wartawan. Pembentukkan opini publik itu nantinya akan mempengaruhi khalayak melalui pesan politik yang disampaikan oleh media massa. Dalam kerangka pembentukkan opini publik ini, media massa umumnya melakukan tiga kegiatan sekaligus. Pertama, menggunakan simbol-simbol politik language of politic. Kedua, melaksanakan strategi pengemasan pesan framing strategies. Ketiga, melakukan fungsi agenda media agenda setting function. Tatkala melakukan tiga tindakan itu, boleh jadi sebuah media dipengaruhi oleh faktor internal berupa kebijakan redaksional tertentu mengenai suatu kekuatan politik, kepentingan politik para pengelola media, relasi media dengan sebuah kekuatan politik tertentu, dan faktor eksternal seperti tekanan pasar pembaca atau pemirsa, sistem politik yang berlaku, dan kekuatan-kekuatan luar lainnya. 13

C. Analisis Framing