Universitas Sumatera Utara
memiliki kadar HbA1C ≥7 tidak terkontrol yaitu 11 orang 78,6 dan yang memiliki kadar HbA1C 7 terkontrol sebanyak 3 orang 21,4.
Pemeriksaan HbA1C terjadi dengan sangat lambat yaitu selama 120 hari, yang merupakan rentang hidup sel darah merah. Jumlah hemoglobin yang
terglikolisis bergantung pada jumlah glukosa yang tersedia. Jika kadar glukosa darah meningkat selama waktu yang lama, sel darah merah akan tersaturasi
dengan glukosa yang menghasilkan glikohemoglobin Kee JL, 2003. Peningkatan kadar HbA1C 7 mengindikasikan DM yang tidak terkendali
dan beresiko tinggi untuk menjadikan kmplikasi jangka panjangseperti nefropati , retinopati, dan neuopati. Penurunan 1 dari HbA1C, akan menurunkan
komplikasi sebesar 35 Soewondo P, 2009.
5.7 Pengobatan Penderita DM dengan Komplikasi
Gambar 5.12 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM dengan
Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Pengobatan di Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2014
84,2 8,9
6,9 Obat Hipoglikemik Oral
OHO OHO + Suntik Insulin
Suntik Insulin
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan gambar 5.12 di atas dapat diketahui bahwa proporsi penderita DM dengan komplikasi berdasarkan pengobatan yang tertinggi pada pengobatan
Obat Hipoglikemik Oral OHO yaitu 84,2 dan proporsi terendah pada OHO+suntik insulin yaitu 6,9.
Pengobatan dengan perencanaan makan diet masih merupakan pengobatan utama tetapi penambahan obat oral atau insulin masih diperlukan.Penggunaan
OHO digunakan berdasarkan masih adanya fungsi sel beta pancreas. Apabila kadar glukosa pasien menjadi tidak responsif terhadap obat antidiabetik oral,
maka pasien harus menggunakan insulin Soegondo, dkk, 2009. Hal ini berhubungan dengan hasil penelitian dimana proporsi penderita DM yang
terbanyak adalah DM Tipe II yaitu 99,0 dan proporsi Tipe I adalah 1,0. Hal ini sesuai dengan penelitian Merlyn 2012 di RS Vita Insani
Pematangsiantar bahwa proporsi tertinggi penderita DM dengan komplikasi berdasarkan pengobatan adalah Obat Hipoglikemik Oral OHO 63,4, kemudian
OHO + suntik insulin 35,8 dan suntik insulin 0,8. Tingginya pengobatan dengan menggunakan OHO berkaitan dengan penderita yang dirawat inap di RS
Vita Insani tahun 2011 hampir seluruhnya 99,2 adalah penderita DM tipe 2. Penderita yang mendapat suntik insulin adalah penderita DM tipe 1 0,8
Sinaga, 2009.
Universitas Sumatera Utara
5.8 Sumber Biaya Penderita DM dengan Komplikasi
Gambar 5.13 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM dengan
Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2014
Berdasarkan gambar 5.13 di atas dapat diketahui bahwa proporsi penderita DM dengan komplikasi berdasarkan sumber biaya yang tertinggi pada ASKES
BPJS yaitu 84,2 dan proporsi terendah pada biaya sendiri yaitu 5,0. Hal ini berkaitan dengan Rumah Sakit Martha Friska sebagai rumah sakit
yang menerima layanan kesehatan dengan menggunakan BPJS. Penderita DM dengan komplikasi lebih banyak bekerja sebagai PNS BUMN 38,6 yang
mempunyai layanan BPJS. Hal ini sesuai dengan penelitian Mery 2004-2008 di RSUD. Dr. Djasamen
Saragih Pematangsiantar bahwa proporsi penderita DM teringgi pada sumber biaya ASKES yaitu 65,8 yang berhubungan dengan pekerjaan penderita yang
lebih banyak pada PNS BUMN yaitu 33,9 Sinaga, M., 2009. 84,2
10,8 5,0
BPJS Biaya Perusahaan
Biaya Sendiri
Universitas Sumatera Utara
5.9 Lama Rawatan Rata-Rata Penderita DM dengan Komplikasi