Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam kerangka mencapai tujuan tersebut,
pembangunan kesehatan dilaksanakan secara terarah, berkesinambungan, dan realistis sesuai pentahapannya Depkes, 2009.
Keberhasilan upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dengan menurunnya angka kesakitan dan kematian, ibu dan bayi, serta meningkatnya
umur harapan hidup UHH. Sebagai dampak positif pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam kurun waktu 5 repelita yang lalu, UHH
masyarakat semakin meningkat sehingga struktur umur penduduk Indonesia bergerak kearah struktur penduduk yang semakin menua ageing population yang
akan berdampak pada pergeseran pola penyakit transisi epidemilogi di Indonesia yaitu penyakit infeksi dan kekurangan gizi berangsur turun dan penyakit non
infeksi semakin meningkat Suyono, dkk, 2009. Perubahan pola penyakit diduga ada perbedaan yang bermaknanya dengan
cara hidup yang berubah. Pola makan di kota telah bergeser dari pola makanan tradisional yang mengandung banyak karbohidrat dan serat dari sayuran, ke pola
makan kebarat-baratan, dengan komposisi makanan yang terlalu banyak mengandung protein, lemak, gula, garam, dan mengandung sedikit serat. Di
samping itu cara hidup yang sangat sibuk dengan pekerjaan dari pagi sampai sore
Universitas Sumatera Utara
bahkan kadang-kadang sampai malam hari duduk dibelakang meja menyebabkan tidak adanya kesempatan untuk berekreasi atau berolah raga. Pola hidup beresiko
seperti inilah yang menyebabkan tingginya Penyakit Tidak Menular PTM seperti Penyakit Jantung Koroner PJK, hipertensi, diabetes, hiperlipidemia Suyono,
dkk, 2009. Penyakit Tidak Menular PTM mempunyai durasi yang panjang dan
umumnya berkembang lambat Depkes, 2012. Berdasarkan laporan World Health Organization
WHO, dari 57 juta kematian pada tahun 2008, 63 diantaranya disebabkan oleh PTM terutama penyakit kardiovaskular 48, kanker 21,
paru-paru kronis 12, dan diabetes mellitus 3 WHO, 2010. Diabetes Mellitus DM merupakan salah satu penyakit tidak menular
yang prevalensinya semakin meningkat dari tahun ke tahun. DM sering disebut dengan The Great Imitator, yaitu penyakit yang dapat menimbulkan kerusakan
pada semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai keluhan atau komplikasi, seperti komplikasi pada mata, ginjal, pembuluh darah, dan lain-lain Depkes,
2008. Perjalanan penyakit DM berjalan lambat dengan gejala-gejala yang ringan sampai berat, dan dapat menyebabkan kematian akibat komplikasi akut maupun
kronis. Kematian pada penderita DM terjadi tidak secara langsung akibat hiperglikemianya, tetapi berhubungan dengan komplikasi yang terjadi Permana,
2008. WHO menyatakan pada tahun 2000 prevalensi DM sebesar 2,8
diperkirakan mengalami peningkatan menjadi 4,4 pada 2030 Wild, dkk, 2004. Pada tahun 2004, terdapat 1,9 dari total seluruh kematian disebabkan oleh DM
Universitas Sumatera Utara
dan jumlah penderita sebanyak 220,5 juta WHO, 2004. Pada tahun 2011 terjadi peningkatan penderita DM menjadi 346 juta dan lebih dari 80 terdapat di negara
berkembang WHO, 2011. International Diabetes Federation
IDF pada tahun 2010 terdapat 6,4 pada penduduk usia 20-79 tahun menderita DM. Angka ini diperkirakan akan
meningkat menjadi 7,7 pada penduduk usia 20-79 tahun pada tahun 2030. Prevalensi DM tertinggi di dunia terdapat di Nauru 31 pada penduduk usia
20-79 tahun, diikuti Uni Emirat Arab 18,7, Saudi Arabia 16,8, Mauritus 19,8 dan Bahrain 15,4 IDF, 2010. Pada tahun 2014 terdapat 8,3
menderita penyakit DM. Prevalensi tertinggi didunia terdapat di Marshall Islands 37,37 diikuti Mauritus 23,5, Saudi Arabia 20,52, Kuwait 17,87,
Bahrain 17,53 IDF, 2014. Hasil Riset Kesehatan Dasar Riskesdas tahun 2013 menyatakan proporsi
DM sebesar 6,9 dengan proporsi DM pada perempuan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Penderita DM hampir sama antara proporsi di
perkotaan 6,8 dan pedesaan 7,0. Kecenderungan prevalensi DM secara nasional berdasarkan wawancara tahun 2013 adalah 2,1, lebih tinggi
dibandingkan tahun 2007 yaitu 1,1. Prevalensi DM yang terdiagnosis dokter atau gejala tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah 3,7, Sulawesi Selatan 3,4
dan Nusa Tenggara Timur 3,3 . Ketiga provinsi ini mengalami kenaikan prevalensi DM dan begitu juga dengan 29 provinsi lainnya. Sedangkan dua
provinsi yaitu Papua Barat dan Nusa Tenggara Barat mengalami penurunan prevalensi. Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di DI
Universitas Sumatera Utara
Yogyakarta 2,6, DKI Jakarta 2,5, dan Sulawesi Utara 2,4. Riset ini juga menghasilkan angka Toleransi Glukosa Terganggu TGT secara nasional
berdasarkan hasil pengukuran gula darah yaitu pada penduduk berumur 15 tahunsebesar 29,9 Depkes, 2014.
Tingginya prevalensi DM sejalan dengan tingginya komplikasi dari DM itu sendiri. Komplikasi kronik DM paling utama adalah penyakit kardiovaskular,
neuropati diabetik, kaki diabetik, retinopati diabetik, serta nefropati diabetik. Di Indonesia sendiri komplikasi kronis dari DM ini terdiri atas neuropati 60,
penyakit jantung koroner 20,5, ulkus diabetik 15, retinopati diabetik 10, dan nefropati 7,1 Hastuti, 2008. Penderita DM dibandingkan dengan bukan
penderita DM mempunyai risiko 2 kali lebih besar untuk terjadinya penyakit jantung koroner dan penyakit pembuluh darah, 5 kali lebih mudah menderita
ulkusganggren, 7 kali lebih mudah mengidap nefropati diabetik, dan 25 kali lebih mudah mengalami kebutaan akibat kerusakan retina Waspadji, dkk, 2007.
Di Sumatera Utara angka prevalensi penderita DM mengalami peningkatan dari tahun 2007 sebesar 0,8 menjadi 2,23 pada tahun 2013
Depkes, 2014. Berdasarkan hasil penelitian di RSU Herna Medan tahun 2009- 2010 terdapat 134 penderita DM yang mengalami komplikasi. Proporsi penderita
DM yang mengalami komplikasi yaitu penderita DM yang mengalami ganggren 26,1, hipertensi 15,7, nefropati diabetik 13,4, TB paru 12,8,
hipoglikemia 6,7, stroke 6,7, neuropati diabetik 5,2, hiperglikemia 4,5, penyakit jantung koroner 3,7, dispepsia 3,7 dan retinopati diabetik
1,5 Tarigan, 2011.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penelitian Merlyn 2012 di RS Vita Insani Pematang siantar tahun 2011 terdapat 123 penderita DM yang mengalami komplikasi. Proporsi
penderita DM yang mengalami komplikasi yaitu penderita DM yang mengalami gastritis 32,5, neuropati diabetik 20,3, hipertensi 17,9, gangren 16,3,
penyakit jantung koroner 14,6, stroke 2,4, TB paru 2,4, hiperglikemia 1,6, ketoasidosis diabetik 0,8, dan katarak 0,8 Sinaga, 2012.
Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Martha Friska Medan tahun 2014 diketahui bahwa jumlah kasus DM dengan
komplikasi sebanyak 835 penderita. Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan suatu penelitian tentang karakteristik penderita DM dengan komplikasi
di Rumah Sakit Martha Friska tahun 2014.
1.2 Rumusan Masalah