Universitas Sumatera Utara
d. Hipertensi
Gagal ginjal merupakan komplikasi kronik DM yang diperburuk oleh adanya hipertensi. Pengontrolan kadar glukosa darah sebaik mungkin disertai
pengontrolan tekanan darah. Pengelolaan hipertensi pada DM berguna untuk mencegah kematian dan disabilias akibat tekanan darah yang tinggi. Penderita
hipertensi pada penderita DM ada dua yaitu hipertensi primer yang berkaitan dengan hipertensi endokrin dan hipertensi sekunder seperti Syndrome
Cushing Sjaifoellah, 1996.
e. Penyakit Jantung Koroner
Diabetes Mellitus DM merusak dinding pembuluh darah yang menyebabkan penumpukan lemak di dinding yang rusak dan menyempitkan
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai darah berkurang dan tekanan darah meningkat. Keluhan sakit jantung sangat bervariasi, biasanya tidak ada keluhan,
tetapi selanjutnya akan timbul gejala akibat penyumbatan antara lain sesak nafas, nyeri dada, rasa lelah, sakit kepala, detak jantung cepat dan tidak teratur, banya
berkeringat. Akan tetapi, kadang pada penderita diabetes keluhan sakit jantung tidak disertai dengan rasa nyeri.Hal ini disebabkan karena saraf yang mengantar
rasa nyeri telah rusak Tjokoprawiro, 2006.
f. Ulkus Ganggren
Diantara komplikasi kronik DM, kelainan makrovaskuler memberikan gambaran kelainan pada tungkai bawah berupa ulkus maupun gangren selanjutnya
disebut kaki diabetik.Kaki diabetik merupakan luka terbuka pada permukaan kulit
Universitas Sumatera Utara
karena adanya komplikasi makroangiopati yang terdapat luka pada penderita yang sering tidak dirasakan, dan dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh
bakteri aerob maupun anaerob Hastuti, 2008.Data dari beberapa penelitian di Indonesia menunjukkan angka amputasi dan angka kematian ulkus-ganggren
sebesar 15-30 dan 17-32. Penderita dengan ulkus-ganggren ditemukan sebesar 2,4-14 pada penderita DM. Penderita DM mempunyai kecenderungan
5 kali mudah mengalami ulkus-ganggren Sjaifoellah, 1996.
g. Dispepsia
Dispepsia diakibatkan karena urat saraf yang memelihara lambung rusak sehingga fungsi lambung untuk menghancurkan makanan menjadi lemah. Hal ini
mengakibatkan proses pengosongan lambung terganggu dan makanan lebih lama tinggal dalam lambung. Gangguan pada usus yang sering dialami oleh penderita
DM adalah sukarbuang air besar, perut gembung, dan kotoran kerasdan kadang- kadang menunjukkan keluhan diare, kotoran banyak mengandung air tanparasa
sakit perut Tjokoprawiro, 2006. 2.9
Pencegahan Penyakit Diabetes Mellitus Kunci utama pencegahan DM terletak pada tiga titik yang saling berkaitan
yaitu pengendalian berat badan, olahraga, dan makan makanan sehat. Bentuk pengendalian ini dilakukan dengan menurunkan berat badan sekitar 5-7 dari
total berat badan dengan 30 menit kegiatan fisikolahraga 5 hari per minggu, dan makan secukupnya makanan sehat. Pencegahan DM diantaranya pencegahan
primer, sekunder, dan tersier Bustan, 2007.
Universitas Sumatera Utara
2.9.1 Pencegahan Primer
Semua aktivitas yang ditujukan untuk mencegah timbulnya hiperglikemia pada individu yang beresiko mengidap DM atau pada populasi umum. Adapun
pencegahan primer yaitu: a
Program penurunan berat badan. Pada seseorang yang mempunyai resiko DM dan mempunyai berat badan lebih, penurunan berat badan merupakan
cara utama untuk menurunkan resiko terkena DM tipe 2. b
Diet Sehat. Dapat dilakukan dengan mengatur jumlah asupan kalori agar tercapai berat badan yang ideal. Mengatur makanan yang rendah lemak
jenuh, rendah karbohidrat kompleks, dan tinggi serat dapat mencegah timbulnya puncak peak glukosa darah yang dapat meningkatkan resiko
terkena DM PERKENI, 2011. c
Latihan Jasmani Olahraga. Olahraga yang teratur akan memperbaiki sirkulasi insulin dengan cara meningkatkan dilatasi sel dan pembuluh
darah sehingga membantu masuknya glukosa dalam sel. Dalam melakukan latihan jasmani dianjurkan 3-4 kali setiap minggu selama kurang lebih ½
jam. Tetapi hal yang perlu diingat ketika melakukan olahraga adalah jika penderita DM memulai olah raga tanpa makan akan beresiko terjadinya
starvasi sel dengan cepat dan akan berdampak pada nekrosis sel hipoglikemia. Oleh karena itu, penderita harus makan sebelum olahraga
dan harus didampingi orang yang tahu mengatasi serangan hipoglikemia. Riyadi dan Sukarmin, 2008
Universitas Sumatera Utara
d Penyuluhan. Melalui penyuluhan masyarakat dapat diberi pengetahuan
tentang hidup sehat untuk mencegah penyakit DM sehingga masyarakat dapat dilibatkan dalam program skrining kasus baru terutama pada
kelompok resiko tinggi untuk timbulnya penyakit DM Subekti, 2007.
2.9.2 Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya deteksi dini penyandang DM. Maka dianjurkan pada mereka yang mempunyai resiko tinggi agar dilakukan
pemeriksaan penyaring glukosa darah. Dengan demikian mereka yang mempunyai resiko tinggi DM dapat terjaring untuk diperiksa dan kemudian yang dicurigai
DM akan dapat ditindak lanjuti, sampai diyakini benar mereka mengidap DM. Jika mereka yang sudah didiagnosis menderita DM maka dilakukan pencegahan
dan mnghambat penyakit penyulit lebih lanjut Waspadji, dkk, 2007. Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani
selama beberapa waktu 2-4 minggu. Apabila kadar glukosa darah belum mencapai sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan Obat Hipoglikemik
Oral OHO dan atau suntikan insulinPERKENI, 2011. a
Obat Hipoglikemik Oral OHO Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 5 golongan:
1. Pemicu sekresi insulin insulin secretagogue: sulfonylurea dan glinid.
Golongan Sulfonilurea mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas, dan merupakan pilihan utama untuk
pasien dengan berat badan normal dan kurang. Sedangkan golongan
Universitas Sumatera Utara
glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea,
dengan penekanan pada peningkatan sekresi insulin fase pertama. 2.
Peningkat sensitivitas terhadap insulin: tiazolidindion Golongan tiazolidindion ini mempunyai efek menurunkan resistensi
insulin dengan meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa, sehingga meningkatkan ambilan glukosa di perifer.
3. Penghambat gluko neogenesis: metformin
Golongan metformin mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati glukoneogenesis, di samping juga memperbaiki ambilan
glukosa perifer.Terutama dipakai pada penyandang DM yang gemuk. 4.
Penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidasealfa. Obat ini bekerja dengan mengurangi absorpsi glukosa di usus halus,
sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan.
5. DPP-IV inhibitor
DPP-IV inhibitor, mampu menghambat kerja DPP-4 sehingga GLP-1 tetapdalam konsentrasi yang tinggi dalam bentuk aktif dan mampu
merangsang pelepasan insulin serta menghambat penglepasan glucagon PERKENI, 2011.
b Insulin
Terdapat 3 jenis insulin yang penting menurut cara kerjanya yaitu: a.
Yang kerjanya cepat yaitu Regular Insulin RI dengan masa kerja 2-4 jam.
Universitas Sumatera Utara
b. Yang kerjanya sedang yaitu NPN dengan masa kerja 6-12 jam.
c. Yang kerjanya lambat yaitu PZI Protamme Zinc Insulin dengan masa
kerja 18-24 jam. Untuk pasien yang pertama kali akan dapat insulin, sebaiknya dimulai
dengan dosis rendah 8-20 unit disesuaikan dengan reduksi urin dan glukosa darah Riyadi dan Sukarmin, 2008. Pada penderita DM tipe 1
harus mendapat insulin eksogen untuk membantu agar metabolisme karbohidrat di dalamtubuhnya agar berjalan normal. Ini diakibatkan
karena sel- sel β Langerhans kelenjar pankreas penderita rusak, sehingga
tidak dapat memproduksi insulin Depkes, 2005. Pada pasien DM tipe 2 dapatdimulai antara lain untuk pasien dengan kegagalan terapi oral,
kendali kadar glukosadarah yang buruk HbA1C 7,5 atau kadar glukosa darah puasa 250 mgdL, riwayat pankreatektomi, atau disfungsi
pankreas, riwayat fluktuasi kadar glukosa darah yang lebar, riwayat ketoasidosis, riwayat penggunaan insulin lebih dari 5 tahun dan
penyandang DM lebih dari 10 tahun PERKENI, 2008.
2.9.3 Pencegahan Tersier
Upaya mencegah komplikasi dan kecacatan yang diakibatkan penyakit DM temasuk kedalam pencegahan tersier. Upaya ini terdiri dari 3 tahap yaitu:
a. Mencegah komplikasi diabetes
b. Mencegah berlanjutnya progresi komplikasi untuk tidak menjurus ke
penyakit organ.
Universitas Sumatera Utara
c. Mencegah terjadinya kecacatan yang disebabkan oleh kegagalan organ
atau jaringan. Dalam upaya ini diperlukan kerjasama yang baik antara pasien dengan
dokter maupun antara dokter ahli diabetes dengan dokter-dokter yang terkait dengan komplikasinya Suyono, 2009.
2.10 Kerangka konsep
Karakteristik Penderita DM dengan Komplikasi 1.
Sosiodemografi Umur
Jenis Kelamin Suku
Pekerjaan Pendidikan
Daerah Asal
2. Tipe DM
3. Jenis Komplikasi
4. Kategori Komplikasi
5. Pemeriksaan HbA1C
6. Kadar HbA1C
7. Pengobatan
8. Sumber Biaya
9. Lama Rawatan Rata-Rata
10. Keadaan sewaktu pulang
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang bersifat deskriptif dengan menggunakan desain case series.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Martha Friska. Pemilihan lokasi penelitian ini didasari atas pertimbangan bahwa di rumah sakit ini tersedia kasus
mengenai penyakit DM dengan komplikasi dan belum pernah dilakukan penelitian sejenis ini.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan sejak Februari - Agustus 2015.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah data seluruh penderita DM dengan komplikasi yang dirawat inap di Rumah Sakit Martha Friska dengan jumlah
penderita sebanyak 835 penderita pada tahun 2014.
3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian data penderita DM dengan komplikasi yang dirawat inap di Rumah Sakit Martha Friska tahun 2014.
a. Besar Sampel
Besar sampel ditentukan berdasarkan rumus penentuan sampel:
Universitas Sumatera Utara
� = ��²
�² Keterangan:
n = besar sampel minimum
Zα² = nilai Z pada derajat kemaknaan
P =proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi
Q = 1-P
d = derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan
� = ,9
2
, , 9
, ² � =
,9 9 ,
� = 9 ,9 � = 9
Untuk mengatasi adanya kekurangan sampel, maka besar sampel ditambah 10 dari sampel minimal yang didapatkan berdasarkan rumus
sehingga besar sampel n = 92 + 9,2 = 101,2 = 101 orang.
b. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara Simple Random Sampling
dengan menggunakan tabel bilangan atau angka acak random number. Pengambilan sampel dengan cara ini dilakukan dengan membentuk kerangka
penarikan dengan mendaftarkan seluruh kartu status dan diberi nomor urut dalam tiga digit dari 1-835 list seluruh penderita DM tersedia. Penentuan jumlah digit
disesuaikan dengan ukuran populasi. Untuk menentukan sampel yang pertama, ditunjuk dengan sembarang pada tabel bilangan random number. Pembacaan
Universitas Sumatera Utara
dapat dilakukan secara vertikal ke bawah atau horisontal ke samping secara berurutan dengan mengambil angka acak sesuai jumlah digit yang telah
ditentukan sebanyak sampel yang dibutuhkan. 3.4. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang tercatat pada kartu status penderita DM dengan komplikasi yang dirawat inap di Rumah Sakit
Martha Friska tahun 2014 dan dicatat sesuai dengan variabel yang diteliti.
3.5. Analisis Data