Universitas Sumatera Utara
berkepanjangan Waspadji, dkk, 2007.Bila terdapat penurunan kesadaran pada penderita DM kemungkinan terjadi hipoglikemia. Hipoglikemia ditandai dengan
menurunnya kadar glukosa darah 60 mgdL PERKENI, 2011. Gejala dan tanda hipoglikemia adalah gejala otonom yang diperantarai
neurotransmitter susunan saraf otonom seperti cemas, gemetaran, berkeringat, jantung berdebar-debar dan lapar. Sedangkan gejala lain adalah gejala
neuroglikopeni berupa gangguan berpikir, lemas, kesadaran menurun, mata kabur dan sulit berkonsentrasi Setiati,dkk, 2008.
b. Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah komplikasi akut dari diabetes yang sering terjadi pada penderita DM tipe.Hiperglikemia dapat menyebabkan dehidrasi berat,
hiperosmolalitas, dieresis osmotik.Jika keadaan ini tidak segera ditangani dapat menyebabkan penderita menjadi tidak sadarkan diri dan meninggal Price dan
Lorraine, 2006. Hiperglikemia dapat terjadi karena meningkatnya asupan glukosa dan
produksi glukosa hati.Hal ini dapat menyebabkan penumpukan glukosa pada sel dan jaringan tertentu sehingga dapat menyebabkan kerusakan dan perubahan
fungsi Waspadji, dkk, 2007. Hiperglikemia ini antara lain adalah:
a. Ketoasidosis
Ketoasidosis diabetik KAD merupakan komplikasi akut DM yang serius dan membutuhkan pengelolaan gawat darurat. KAD biasanya
mengalami dehidrasi berat dan bahkan dapat sampai menyebabkan
Universitas Sumatera Utara
syok.Menghentikan atau mengurangi dosis insulin merupakan salah satu pencetus terjadinya KAD Soewondo, 2009.
Ketoasidosis diabetik KAD adalah keadaan gawat darurat akibat hiperglikemia dimana terbentuk banyak asam dalam darah. Hal ini terjadi
akibat sel otot tidak mampu lagi membentuk energi sehingga dalam keadaan darurat ini tubuh akan memecah lemak dan terbentuklah asam
yang bersifat racun dalam peredaran darah yang disebut keton Suastika, 2008.
Keluhan dan gejala KAD berupa pernafasan cepat dan dalam, turgor kulit berkurang, lidah dan bibir berkurang, kadang-kadang disertai
hipovolemia sampai syok. Bau aseton dari hawa napas tidak terlalu mudah tercium.Keluhan poliuri dan polidipsi sering kali mendahului KAD
Soewondo, 2009.
b. Non Ketotik Hiperosmolar NKH
Mekanisme terjadinya NKH hampir sama dengan KAD. Pemeriksaan laboratorium sangat membantu untuk membedakannya
dengan KAD. Hal yang membedakannya adalah bila pasien mempunyai kadar glukosa darah 600mg, osmolalitas serum 350 mOSML dan
positif lemah serta pemeriksaan aseton negatif. Secara klinis penderita dalam keadaan tanda-tanda dehidrasi turgor menurun disertai tanda
kelainan neurologis, hipotensi postoral, bibir dan lidah kering, tidak ada bau aseton yang tercium dari hawa napas dan tidak ada pernafasan
kussmaulWaspadji, dkk, 2007.
Universitas Sumatera Utara
2.8.2 Komplikasi Kronik a. Kerusakan Mata Retinopati Diabetika
Kerusakan mata akibat DM yang paling sering adalah Retinopati Kerusakan Retina.Glukosa darah yang tinggi menyebabkan rusaknya pembuluh
darah retina bahkan dapat mengakibatkan kebocoran pembuluh darah kapiler.Darah yang keluar dari pembuluh darah inilah yang menutup sinar yang
menuju ke retina sehingga penglihatan penderita DM menjadi kabur Oawara, 2003.
Retinopati Diabetik merupakan penyebab kebutaan paling sering ditemukan pada usia dewasa antara 20-74 tahun. Resiko mengalami retinopati
pada pasien diabetes meningkat sejalan dengan lamanya diabetes. Pada waktudiagnosis DM tipe 1 ditegakkan, retinopati diabetik hanya ditemukan pada
kurang dari 5 pasien. Setelah 10 tahun, prevalensi meningkat menjadi 40-50 dan sesudah 20 tahun lebih dari 90 pasien sudah menderita retinopati diabetik
Pandelaki, 2009. Pada DM tipe 2 ketika didiagnosis diabetes ditegakkan, sekitar 25 sudah
menderita retinopati diabetik nonproliferatif background retinopathy.Setelah 20 tahun, prevalensi retinopati diabetik meningkat menjadi lebih dari 60.Pasien
diabetes memiliki resiko 25 kali lebih mudah mengalami kebutaan dibanding nondiabetes Pandelaki, 2009.
b. Kerusakan Saraf Neuropati Diabetik
Neuropati Diabetik merupakan salah satu komplikasi kronis yang paling sering ditemukan pada DM.Resiko yang dihadapi pasien DM dengan neuropati
Universitas Sumatera Utara
antara lain ialah infeksi berulang, ulkus yang tidak sembuh-sembuh dan amputasi jarikaki. Kondisi inilah yang menyebabkan bertambahnya angka kesakitan dan
kematian, yang berakibat pada meningkatnya biaya pengobatan pasien DM dengan neuropati Subekti, 2009.
Manifestasi Neuropati Diabetik bisa sangat bervariasi, mulai dari tanpa keluhan dan hanya bisa dideteksi dengan pemeriksaan elektrofisiologis, hingga
keluhan nyeri yang hebat.Keluhannya dapat berupa neuropati lokal atau sistemik, semua tergantung pada lokasi dan jenis saraf yang terkena lesi.Pasien diabetes
memiliki resiko 7 kali lebih mudah mengalami neuropati dibanding nondiabetes Subekti, 2009.
c. Kerusakan Ginjal Nefropati Diabetik