Gambaran Klinis Diabetes Mellitus Diagnosis Diabetes Mellitus

Universitas Sumatera Utara Istilah Non Insulin Dependent DM sebenarnya kurang tepat karena banyak individu yang mengidap DM tipe 2 dapat ditangani dengan insulin. DM jenis ini disebut juga diabetes onset-maturonset-dewasa karena banyak terjadi pada usia tua atau 40 tahun dan diabetes resistan-ketosis karena DM tipe ini cenderung tidak berkembang ke arah ketosis. DM tipe 2 merupakan penyakit familier yang mewakili kurang lebih 85 kasus DM di negara maju dengan prevalensi sangat tinggi pada masyarakat gaya hidup tradisional menjadi modern. Gejala DM tipe 2 muncul perlahan-lahan dan biasanya ringan dan belum menampakkan gejala selama bertahun-tahun.Progresifitas gejala berjalan lambat Arisman, 2011. Sekitar 80 pasien DM tipe 2 mengalami obesitas. Karena obesitas berkaitan dengan resistensi insulin, maka kelihatannya akan timbul kegagalan toleransi glukosa yang menyebabkan DM tipe 2 Price dan Lorraine, 2006.Pasien biasanya tidak perlu tambahan suntikan insulin dalam pengobatannya, tetapi memerlukan obat yang bekerja untuk memperbaiki fungsi insulin dan menurunkan kadar gula darah Tjokoprawiro, 1991.

2.6 Gambaran Klinis Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus dapat timbul secara perlahan sehingga penderita tidak menyadari akan adanya perubahan. Gejala klinis yang khas penyakit DM seperti poliuria peningkatan pengeluaran urine, polidipsia peningkatan rasa haus, dan polifagia peningkatan rasa lapar merupakan petunjuk penting dalam mendiagnosis DM dan disebut sebagai Trias P 3P Riyadi dan Sukarmin, 2008. Universitas Sumatera Utara Poliuria peningkatan pengeluaran urine merupakan gejala yang paling utama yang dirasakan oleh setiap pasien.Polidipsia peningkatan rasa haus diakibatkan peningkatan pengeluaran urin sehingga menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradient konsentrasi ke plasma yang hipertonik sangat pekat. Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH antideuretic hormone dan menimbulkan rasa haus.Polifagia peningkatan rasa lapar diakibatkan habisnya cadangan gula didalam tubuh meskipun kadar gula darah tinggi Riyadi dan Sukarmin, 2008. Keluhan yang dialami juga oleh penderita DM seperti rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien diabetes, kelainan kulit berupa gatal-gatal, biasanya terjadi di daerah lipatan kulit seperti diketiak dan di bawah payudara, kesemutan rasa baal akibat terjadinya neuropati. Pada penderita DM regenerasi sel persarafan mengalami gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari protein Riyadi dan Sukarmin, 2008.

2.7 Diagnosis Diabetes Mellitus

Diagnosis DMharus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah. Dalam menentukan diagnosis DM harus diperhatikan asal bahan darah yang diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai. Untuk diagnosis, pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Untuk memastikan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah dilakukan di laboratorium klinik Gustaviani, 2009. Universitas Sumatera Utara Uji diagnotik DM dilakukan pada mereka yang menunjukkan gejalatanda DM, sedangkan pemeriksaan penyaring bertujuan untuk mengidentifikasi mereka yang tidak bergejala, yang mempunyai risiko DM. Serangkaian uji diagnostik akan dilakukan kemudian pada mereka yang hasil pemeriksaan penyaringnya positif, untuk memastikan diagnosis definitif Gustaviani, 2009. Diagnosis klinis DM umumnya bila ada keluhan khas DM berupa poliuria, polidipsia , polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.Keluhan lain yang mungkin dikemukakan pasien adalah lemah, kesemutan, gatal, mata kabur dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvea pada pasien wanita Gustaviani, 2009.Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara: a. Jika keluhan klasik ditemukan poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan maka pemeriksaan glukosa plasma sewaktu 200 mgdL 11,1 mmolL sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir. b. Pemeriksaan glukosa plasma puasakeluhan klasik. Puasa diartikan pasien tak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam. c. Tes toleransi glukosa oral TTGO dengan kadar gula plasma 2 jam pada TTGO200 mgdL 11,1 mmolL. TTGO yang dilakukan dengan standar WHO,menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75g glukosa anhidrus yangdilarutkan ke dalam air. Meskipun TTGO dengan beban 75g glukosa lebih sensitif dan spesifik dibanding dengan pemeriksaan glukosa Universitas Sumatera Utara plasma puasa, namunpemeriksaan ini memiliki keterbatasan tersendiri. TTGO sulit untuk dilakukanberulang-ulang dan dalam praktek sangat jarang dilakukan karena membutuhkan persiapan khusus PERKENI, 2011. Pemeriksaan HbA1C dapat juga dijadikan sebagai salah satu kriteria diagnosis DM. Pemeriksaan ini sangat penting untuk mengevaluasi pengendalian gula darah. Ketika kadar gula darah tidak terkontrol kadar gula darah tinggi maka kadar gula darah akan berikatan dengan hemoglobin. Oleh karena itu, rata- rata kadar gula darah dapat ditentukan dengan cara mengukur kadar HbA1CPERKENI,2011.Kadar HbA1C didalam darah menggambarkan kadar gula darah rata-rata selama 3 bulan. Kadar normal HbA1C 7 Soegondo, dkk, 2009. Pemeriksaan HbA1C dianjurkan untuk dilakukan secara rutin pada pasien DM. Pemeriksaan pertama untuk mengetahui keadaan glikemik pada tahap awal penanganan, pemeriksaan selanjutnya merupakan pemantauan terhadap keberhasilan pengendalian Kee JL, 2003.

2.8 Komplikasi Diabetes Mellitus