e. Kesempatan berkarir dari pegawai yang mempunyai kompetensi di
bidang perkeretaapian menjadi hilang akibat perubahan status kepegawaian tersebut;
f. Tidak adanya kenaikan uang pensiun seperti yang dialami oleh
pensiunan Pegawai Negeri Sipil lainnya; g.
Tidak mendapatkan fasilitas kenaikan gaji pensiun ke 13; h.
Pada saat pengambilan uang pensiun di PT Taspen, ternyata yang dipakai masih tetap NIP Nomor Induk Pegawai yang notabene
merupakan register sebagai Pegawai Negeri Sipil dan bukan NIPP Nomor Induk Pegawai Perusahaan.
B. Frekuensi Tuntutan Meninggi
Setiap orang pada dasarnya dilahirkan untuk menghadapi masalah dan tantangannya masing-masing. Ini berarti bahwa setiap orang nenang sudah
disiapkan untuk hidup pada periode tertentu dengan beragamnya persoalan sendiri. Terlepas dari apakah hal ini merupakan teori yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah atau sebaliknya, tetapi bila ditelusuri sejarah manusia boleh jadi pernyataan premis seperti itu ada benarnya.
Lihatlah misalnya sejarah Thomas Alfa Edison, seorang ilmuan yang menemukan lampu pijar. Penemuan ini dikemudian hari terbukti sangat
bermanfaat bagi manusia dalam kehidupannya. Kalau saja penemuan itu belum
Supardi : Implikasi Perubahan Bentuk Perumka Menjadi Persero Terhadap Hak-Hak Karyawan PT. Kereta Api Indonesia, 2009
pernah ada atau seandainya itu baru dilakukan sekarang, maka dapatlah dipastikan bahwa kehidupan manusia tidak semudah saat ini, terutama dalam
penggunaan penerangan dan peralatan lainnya yang berbasis teknologi elektronik dan elektrik.
Keyakinan yang demikian terjadi pula pada organisasi. Banyak organisasi yang memang diyakini hanya cocok untuk menghadapi tantangan
pada jamanny. Jika terpaksa dihadapkan pada jaman berikutnya, boleh jadi organisasi tersebut tidak mampu bertahan. Akibatnya keberadaan organisasi
tersebut tak banyak diperhitungkan oleh masyarakat. Karena itu tidaklah heran pada saat yang bersamaan banyak organisasi yang dibangun dan tumbuh,
namun tidak sedikit pula yang gulung tikar atau mati. Laksana organisme atau makhluk hidup umumnya, organisasi pun pada kenyataannya bisa hidup,
berkembang dan maju pesat, mundur bahkan bisa pula mati. Begitu pula dengan Serikat Pekerja Kereta Api SPKA, organisasi
pekerja yang menaungi lebih dari 30.000 pegawai pekerja di lingkungan PT. Kereta Api Persero. Organisasi ini pun telah melalui berbagai tahapan
sebagaimana mestinya. Ada saatnya didirikan atau dilahirkan, kemudian tumbuh dan berkembang. Tiba pula saatnya memperjuangkan hak-hak
normatif, gagasan, ide, tuntutan dan keinginannya. Perjuangan yang dilakukan ada kalanya terasa mudah dan membutuhkan waktu singkat, tapi
Supardi : Implikasi Perubahan Bentuk Perumka Menjadi Persero Terhadap Hak-Hak Karyawan PT. Kereta Api Indonesia, 2009
kebanyakannya sulit, berliku-liku dan membutuhkan waktu panjang dan keseriusan serta kesabaran ekstra untuk bisa meraih hasil.
Namun memasuki usianya yang ke-6 SPKA semakin menunjukan eksistensinya baik dikalangan internal PT. Kereta Api Persero maupun dalam
pergaulan sesama serikat pekerja di tingkat nasional bahkan internasional. Dan salah satu wujud eksistensi itu adalah semakin meningginya frekuensi tuntutan
yang disampaikan kepada berbagai pihak. Lebih-lebih Munas III SPKA 12-13 Juli 2005 di Bandung telah mengamanatkan 14 empat belas butir perjuangan
yang harus dikerjakan oleh SPKA di bawah kepemimpinan Ketua Umum Amien Abdurrachman. Karena itu tidaklah terlalu aneh bila tuntutan SPKA
akan berbagai hal yang pada umumnya terkait dengan tingkat kesejahteraan pegawai dan pengelolaan perusahaan semakin terasa meninggi dalam tahun
2005. tidak berarti tahun-tahun sebelumnya tuntutan SPKA tidak banyak atau tidak intens.
Namun pada tahun 2005 memang lebih istimewa selain memang terjadi pergantian kepemimpinan, tetapi juga karena beban yang dialami oleh pegawai
PT. Kereta Api Persero semakin berat terlebih dengan adanya penurunan daya beli masyarakat pada umumnya, sebagai akibat adanya kenaikan harga
BBM yang mencapai 100. Dan tuntutan yang dimunculkan pun kemudian diajukan ke semua pihak yang dianggap bertanggung jawab atas atau terkait
dengan masalah yang ada. Adakalanya ke pihak eksekutif, tetapi ada pula yang
Supardi : Implikasi Perubahan Bentuk Perumka Menjadi Persero Terhadap Hak-Hak Karyawan PT. Kereta Api Indonesia, 2009
disampaikan kepada pihak eksekutif, tetapi ada pula yang disampaikan kepada pihak legislatif dan pihak-pihak lainnya.
Sabar ada batasnya. Begitulah kira-kira yang ada dibenak sebagian besar anggota SP Kereta Api dalam beberapa bulan hampir sepanjang tahun
2005. kegalauan seperti itu memang sangat beralasan, karena kesejahteraan yang mereka dambakan belum juga terwujud apalagi meningkat. Bahkan
disadari pula adanya ketidak konsistenan dalam pelaksanaan Perjanjian Kerja Bersama PKB terutama dari pihak manajemen.
Salah satu ketidak konsistenan yang terjadi adalah seputar kesepakatan bahwa gaji pokok pegawai kereta api haruslah 10 lebih besar dari gaji pokok
PNS. Itu tidak pernah direalisasikan. Alasan klasiknya adalah perusahaan belum memiliki kemampuan keuangan untuk memenuhi tuntutan itu. Bahkan
yang terjadi adalah penurunan pemenuhan hak-hak pegawai seperti jaminan kesehata, tunjangan hari tua, dll.
Dengan komitmen yang jelas dan tegas untuk kepentingan anggotanya, organisasi SPKA pada saatnya akan memiliki pengaruh dan kewibawaan yang
disegani banyak pihak tidak saja dari kalangan internal tetapi juga internal. Setidaknya bila kita amati Anggaran Dasar SPKA, maka terlihat bahwa tujuan
organisasi ini lebih mengutamakan kepentingan anggotanya dan perusahaan. Itu adalah komitmen yang memang harus diimplementasikan dalam praktik
organisasi sehari-hari.
Supardi : Implikasi Perubahan Bentuk Perumka Menjadi Persero Terhadap Hak-Hak Karyawan PT. Kereta Api Indonesia, 2009
Pasal 5 Anggaran Dasar SPKA menyatakan tujuan SPKA adalah untuk: 1
Menjembatani kepentingan aspirasi anggota Serikat Pekerja dengan Perusahaan;
2 Mewujudkan persatuan dan kesatuan anggota Serikat Pekerja;
3 Memperjuangan perlindungan hak dan kepentingan anggota Serikat
Pekerja; 4
Melindungi dan menjaga seluruh aset perusahaan; 5
Mengupayakan pembinaan persatuan dan kesatuan serta solidaritas anggota Serikat Pekerja;
6 Memberdayakan dan mendayagunakan anggota Serikat Pekerja secara
optimal; 7
Memberikan pengayoman dan penyaluran aspirasi anggota Serikat Pekerja; 8
Meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi anggota Serikat Pekerja dan keluarganya;
9 Meningkatkan profesionalisme anggota dalam pelaksanaan tugas pelayanan
masyarakat; Sekali lagi poin-poin tersebut menunjukkan bahwa SPKA memang
memiliki komitmen yang jelas dalam menjalankan organisasinya dan melakukan perjuangan demi kepentingan anggota dan perusahaan. Adalah
merupakan tanggung jawab semua pihak khususnya di kalangan internal PT.
Supardi : Implikasi Perubahan Bentuk Perumka Menjadi Persero Terhadap Hak-Hak Karyawan PT. Kereta Api Indonesia, 2009
Kereta Api Persero agar sikap dan komitmen yang demikian jelas bisa berkelanjutan di masa mendatang. Karena tantangan perkereraapian di masa
depan pun semakin kompleks dan menuntut pemecahan masalah secara komprehensif.
C. Santunan Purna Jabatan