Prinsip transparansi keterbukaan penting untuk mencegah penipuan fraud atau KKN. Fungsi prinsip transparansi untuk mencegah penipuan
tersebut adalah pendapat yang paling tua. Dengan demikian prinsip keterbukaan menjadi isu utama yang harus dikaji. Prinsip transparansi sekarang
ini bukan merupakan hal baru, tetapi sudah merupakan sejarah yang panjang dalam kegiatan perusahaan, termasuk dalam pengelolaan pemerintahan.
Prinsip tanggung jawab dan transparansi termasuk pula publikasi yang akurat dan arti tanggung jawab terhadap seseorang adalah kunci dari sebuah
keputusan. Dengan bergulirnya era reformasi adanya tuntutan masyarakat terhadap
terciptanya penegakan supremasi hukum telah disikapi pemerintah dengan terbitnya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang-undang Nomor
28 Tahun 1999 sebagai langkah awal terciptanya pemerintahan desentralistik dan political will dalam menyelenggarakan pemerintahan yang bebas KKN.
Untuk terselenggaranya pemerintahan yang baik good governance, Pemerintah Propinsi Sumatera Utara telah melakukan upaya dengan
mensosialisasikan sepuluh prinsip good governance sebagai pedoman bagi aparat untuk menyelenggarakan pemerintahan.
3. Peran Aparatur Biro Hukum Dalam Good Governance
Aparatur Biro Hukum mempunyai peran yang strategis untuk mengupayakan prinsip-prinsip good governance, oleh karena menurut Keppres
Supardi : Implikasi Perubahan Bentuk Perumka Menjadi Persero Terhadap Hak-Hak Karyawan PT. Kereta Api Indonesia, 2009
No. 188 tahun 1998 aparatur Biro Hukum diberikan penekanan bahwa biro tersebut harus mendapat porsi yang lebih signifikan dalam penyusunan
peraturan perundangan. Ketentuan itu sekaligus menetapkan agar biro hukum harus terlibat secara penuh dalam penyusunan peraturan perundangan sejak
penyusunan draft rancangan, hingga tahap sosialisasi. Dengan ini harus pula ada peningkatan koordinasi antar biro hukum dan
bagian hukum baik di tingkat pusat maupun daerah dalam sistem jaringan dokumentasi dan informasi hukum. Harus ada koordinasi yang baik dalam
penyediaan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Oleh karena itu aparatur Biro hukum harus dapat menjadi pintu informasi bagi masyarakat
untuk menemukan informasi yang dibutuhkan. Hal ini sejalan dengan upaya mencari bentuk yang bagaimana harus dilakukan aparatur Biro Hukum untuk
dapat mendukung jalannya reformasi hukum. Untuk itu, aparatur Biro hukum harus membuka akses masyarakat untuk
melakukan pengawasan melalui mekanisme dengar pendapat umum, diskusi dan sebagainya. Dengan cara demikian masyarakat dapat melakukan kontrol.
Sejalan dengan itu pula aparatur Biro hukum harus dapat berperan sebagai pintu masuk untuk menerima keluhan dari masyarakat. Gunanya, agar dalam
pembuatan peraturan perundang-undangan apa yang menjadi keluhan masyarakat dapat ditampung dalam peraturan tersebut. Artinya, unsur
acomodation dalam pembuatan hukum dapat diwakili dengan penampungan
Supardi : Implikasi Perubahan Bentuk Perumka Menjadi Persero Terhadap Hak-Hak Karyawan PT. Kereta Api Indonesia, 2009
aspirasi masyarakat. Apabila dilihat dari unsur acomodation terpenuhi, maka hukum itu harus mengakomodasi keseimbangan definisi dan status yang jelas
bagi kepentingan individu-individu atau kelompok-kelompok dalam masyarakat.
64
Untuk itu, perlu masyarakat dapat memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta mereka mempunyai
hak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengelola dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang
tersedia. Oleh karena itu pula, hak atas informasi hukum bermakna strategis dalam mewujudkan negara yang demokratis. Dengan hak tersebut masyarakat
dapat berperan serta dalam pembuatan keputusan publik dan melakukan kontrol terhadap pemerintahan.
Namun, apa yang muncul dalam kondisi sekarang ini, seperti kesulitan publik untuk mengakses informasi hukum masih mengemuka, tidak dapat
dibantah. Hal ini tentunya tidak terlepas dari keadaan baik karena kendala unsur birokrasi dan unsur masyarakat maupun kendala yang bersifat teknis
maupun yang terkait dengan kebijakan pemerintahan. Dalam mengupayakan prinsip-prinsip good governance tersebut, kiranya
apa yang menjadi pendapat yang berkembang sekarang ini perlu didukung agar prinsip-prinsip itu dapat berjalan dengan baik. Tentunya salah satunya adalah
64
Lihat. Leonard J. Theberge, “Law and Economic Development”, Journal of International Law and Policy,
Vol. 9, 1980, hal. 232.
Supardi : Implikasi Perubahan Bentuk Perumka Menjadi Persero Terhadap Hak-Hak Karyawan PT. Kereta Api Indonesia, 2009
perlu dirumuskan dan dilakukan penguatan akses publik terhadap informasi hukum. Selanjutnya, perlu pula disadari bersama sebagaimana pendapat yang
juga berkembang bahwa pemenuhan hak atas informasi tergantung kepada empat faktor. Pertama, jaminan dalam peraturan perundang-undangan. Kedua,
budaya aparatur pemerintah atau pejabat publik. Ketiga, sarana. Keempat, budaya masyarakat.
Good governance akan bermakna bila prinsip-prinsipnya didukung
berbagai kalangan yang terlibat. Seperti lembaga yang melibatkan kepentingan publik, misalnya, negara, sektor swasta, dan masyarakat madani. Oleh karena
itu, pendekatan yang harus diambil dalam mengupayakan prinsip-prinsip good governance
harus diramu dari pendekatan multi dan interdisipliner dan lintas sektoral.
Dalam konteks birokrasi, untuk mengupayakan prinsip-prinsip good governance
tidak terlepas dari budaya birokrasi, yang memang ikut menentukan perilaku pejabat publik dalam melaksanakan tugasnya sebagai
pelayan masyarakat. Oleh karena budaya birokrasi harus mencerminkan budaya yang profesional dan memiliki integritas yang kokoh.
Akhirnya, birokrasi pemerintah memang harus menyadari bahwa ia merupakan bagian pelayanan publik. Sebab itu merupakan salah satu fungsi
penyelenggaraan pemerintahan. Di sini perlu ditanamkan suatu kesadaran yang tinggi bahwa birokrasi pemerintah berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
Supardi : Implikasi Perubahan Bentuk Perumka Menjadi Persero Terhadap Hak-Hak Karyawan PT. Kereta Api Indonesia, 2009
masyarakat umum. Dalam melaksanakan fungsinya itu harus didasarkan pada kepastian hukum, tertib penyelenggaraan negara, kepentingan umum,
keterbukaan proporsionalitas, profesionalitas, dan akuntabilitas.
65
Pertumbuhan dan perubahan lingkungan global yang sedemikian cepat ditambah dengan semakin banyak dan kompleksnya pihak-pihak yang
berkepentingan dengan perusahaan berdampak pada proses manajemen dan kompetisi dunia usaha yang semakin ketat dan luas. Sebagai konsekuensinya,
perusahaan harus memiliki strategi yang tepat untuk menghadapi ketidakpastian lingkungan yang tinggi serta untuk menghadapi ketidakpastian
lingkungan yang tinggi serta melengkapi perangkat pengendalian yang handal dan terpadu.
66
Untuk mengantisipasi hal tersebut praktek penerapan Good Corporate Governance
GCG bukan lagi merupakan pilihan bagi perusahaan tetapi menjadi suatu keharusan. PT Kereta Api Persero sebagai salah satu
keharusan. PT Kereta Api Persero sebagai salah satu BUMN telah diwajibkan untuk menerapkan GCG sebagai landasan operasional di lingkungan PT KA
Persero agar mampu bersaing dengan perusahaan lain.
67
Dalam arti sempit GCG hanya melibatkan organ utama RUPS, Komisaris dan Direksi perusahaan, sementara dalam arti luas GCG yang baik
65
Ibid.
66
PT Kereta Api Persero, Petunjuk Pelaksanaan GCG di Lingkungan PT KA Persero Good Corporate Manajemen
, April 2006, hal. 1.
67
Ibid
Supardi : Implikasi Perubahan Bentuk Perumka Menjadi Persero Terhadap Hak-Hak Karyawan PT. Kereta Api Indonesia, 2009
melibatkan RUPS, Komisaris, Direksi, Manajemen dan Stakeholders lainnya seperti pemerintah, pegawai, pemasok, pelanggan, kreditur dan masyarakat
serta kelompok lainnya.
68
Keterkaitan antara GCG dengan pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik atau disebut Good Corporate Management GCM adalah adanya
komitmen yang disepakati bersama oleh organ utama RUPS, Komisaris, dan Direksi, yang meliputi visi, misi, tujuan serta pemilihan strategi dan penilaian
kinerja. Komitmen tersebut kemudian diimplementasikan oleh Direksi dalam bentuk pengelolaan perusahaan melalui penetapan kebijakan dan penciptaan
budaya dan etika perusahaan yang mendukung tercapainya tujuan perusahaan.
69
Tujuan dan Manfaat 1
Penerapan GCG pada perusahaan bertujuan untuk:
70
a Memaksimalkan nilai perusahaan;
b Mendorong pengelolaan perusahaan secara profesional, transparan dan
efisien, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian organ;
c Mendorong agar organ dalam membuat keputusan dan menjalankan
tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku serta kesadaran akan
68
Ibid hal.2
69
Ibid
70
Ibid hal. 3.
Supardi : Implikasi Perubahan Bentuk Perumka Menjadi Persero Terhadap Hak-Hak Karyawan PT. Kereta Api Indonesia, 2009
adanya tanggung jawab sosial perusahaan terhadap stakeholders maupun kelestarian lingkungan di sekitar perusahaan;
d Meningkatkan kontribusi perusahaan dalam perekonomian nasional;
e Meningkatkan iklim investasi nasional;
f Menyukseskan program restrukturisasi privatisasi.
2 Manfaat penerapan GCG bagi perusahaan adalah:
a Memperbaiki pondasi perusahaan untuk dapat menjadi perusahaan yang
sehat, transparan, dan bertanggung jawab; b
Memperbaiki etika perusahaan sehingga dapat mengurangi perilaku tercela seperti KKN;
c Dapat menarik investor potensial karena pulihnya kepercayaan dengan
diterapkannya GCM; d
Terciptanya kinerja perusahaan yang tinggi; e
Terwujudnya citra perusahaan yang baik.
71
4. Implementasi GCM dalam Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya