E. Keaslian Penulisan
Proposal penelitian yang berjudul “Implikasi perubahan bentuk Perum menjadi Persero terhadap hak-hak karyawan PT. Kereta Api Indonesia”, ini
sengaja penulis angkat menjadi judul penelitian ini merupakan karya ilmiah yang sejauh ini belum pernah ditulis di lingkungan Sekolah Pascasarjana
Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara USU, terutama yang berkaitan dengan Implikasi perubahan bentuk Perum menjadi Persero terhadap
hak-hak karyawan PT. Kereta Api Indonesia. Penulis menyusun penelitian ini berdasarkan referensi buku-buku, media cetak dan media elektronik, juga
melalui bantuan dari berbagai pihak.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1.
Kerangka Teori
Di antara hiruk pikuk dan berita-berita seputar masalah suprastruktur Badan Usaha Milik Negara BUMN, tampaknya ada masalah lain yang cukup
mendesak untuk disikapi oleh seluruh jajaran manajemen BUMN. Masalah itu adalah bagaimana menciptakan good corporate governance selanjutnya
disingkat dengan GCG di masing-masing BUMN, mengingat bahwa GCG adalah sebuah sistem yang cukup strategis di dalam pengolahan sebuah entitas
bisnis semacam BUMN. Dari sisi lain keinginan pemerintah untuk menciptakan clean
government dan GCG sudah sangat menggebu. Pemerintah malah sedang giat
Supardi : Implikasi Perubahan Bentuk Perumka Menjadi Persero Terhadap Hak-Hak Karyawan PT. Kereta Api Indonesia, 2009
membangun kepercayaan masyarakat dunia, memperkuat struktur ekonomi dan jaringan investasi yang ditandai seringnya presiden beserta rombongan
mengunjungi luar negeri. Jika langkah strategis presiden tersebut tidak ditindaklanjuti dalam tahapan operasional, seperti halnya penciptaan clean
government dan GCG pada tingkatan entitas bisnis yang ada, maka akan terpupuslah harapan seluruh masyarakat Indonesia yang mendambakan
pemulihan perekonomian dalm waktu dekat ini. Sudah selayaknya semua pihak memahami bahwa tanpa adanya satu
langkah konkret dari jajaran manajemen masing-masing BUMN untuk mengimplementasikan GCG, tentu tidak akan ada jaminan bahwa suatu
perusahaan akan dikelola dengan memperhatikan kepentingan seluruh stakeholder
secara optimal. Selama ini dampak bagi sebagian BUMN juga telah dirasakan. Yaitu lemahnya suatu perusahaan untuk mempertahankan diri
dari intervensi berbagai pihak. Dengan demikian timbul kesan kalau roda organisasi dikelola secara
tidak profesional dan lebih bernuansa kekerabatan atau politik belaka. Bahkan akronim baru bagi BUMN mulai merebak. Bukan lagi BUMN tetapi bergeser
menjadi “Bagi-bagi Uang Milik Negara” atau “Bagian Upaya Mencari Nafkah”.
Supardi : Implikasi Perubahan Bentuk Perumka Menjadi Persero Terhadap Hak-Hak Karyawan PT. Kereta Api Indonesia, 2009
Kegamangan dari beberapa jajaran top manajemen BUMN, sepertinya tidak terlepas dari situasi belum dilakukannya GCG secara konsisten dan full
commited .
27
Selain itu, teori yang menyatakan bahwa hukum sebagai sarana pembangunan dapat diartikan, bahwa hukum sebagai penyalur arah kegiatan
manusia kearah yang dikehendaki oleh pembangunan atau pembaharuan. Teori ini dikemukakan oleh Roscoe Pound, yakni “Law as A Tool of Social
Engineering ”
28
. Dimana hukum harus diusahakan bersifat antisipatif, sehingga tidak menghambat laju perkembangan efisiensi ekonomi nasional, mewujudkan
iklim usaha yang kondusif melalui peningkatan kesejahteraan karyawan PT. Kereta Api Indonesia.
Secara umum terdapat dua faham tentang pelayanan publik. Pertama, yang didasarkan pada prinsip negara kesejahteraan welfare state; Kedua,
yang menganggap pelayanan publik merupakan usaha untuk mendapatkan keuntungan. Konsepsi negara kesejahteraan welfare state menempatkan
layanan publik sebagai tanggung jawab negara dan digunakan sepenuhnya untuk kesejahteraan rakyatnya. Prinsip ini dianut oleh sebagian besar negara
Eropa terutama negara-negara Skandinavia di mana welfare state dipahami sebagai berikut:
27
Dibyo Soemantri Priambodo, Refleksi BUMN 1993-2003, Yogyakarta: Media Presindo, 2004, hal. 65-66.
28
Roscoe Pound, “Social Control Through Law: Jurnal Postulets”, Cet.1, dikutip dalam Filsafat Hukum dari Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta:
Universitas Indonesia, 2001, hal. 578-579, dikutip dari Pound, Jurisprudence, Vol.3, hal.8-10, dikutip dari Stone, Human Law and Human Justice 1965, hal.280.
Supardi : Implikasi Perubahan Bentuk Perumka Menjadi Persero Terhadap Hak-Hak Karyawan PT. Kereta Api Indonesia, 2009
“Political system under which the state rather than the individual or the private sector has responsibility for the
welfare of its citizens, providing a guaranteed minimum standart of life, and insurance against the interruption or earning through
sickness, injury, old age, or unemployment. They take the forms of unemployment and sickness benefits, family allowances, and
incomes also include health and education, financed typically through taxation, and the provision of subsidized “social
housing”. Subsidized public transport, leisure facilities, and public libraries, with special discounts for the elderly,
unemployment, and disabled, are other noncore elements of a welfare state
”
29
Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa pelayanan publik bagi negara
welfare state adalah tanggung jawab negara, termasuk di dalamnya transportasi
publik. Pendanaan pelayanan publik oleh negara disediakan baik melalui asuransi sosial yang diterapkan di Jerman maupun melalui pajak seperti yang
dilakukan oleh Inggris.
30
Pilihan para pendiri founding fathers Indonesia pada sejarah awal pembebasan dari kolonialisme meletakkan landasan konsep Indonesia sebagai
negara kesejahteraan. Pendirian para pendiri bangsa ini bisa dilihat dalam amanat konstitusi Undang-Undang Dasar UUD 1945 pada Pasal 33 yang
menyatakan bahwa: 1
Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan;
2 Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara;
29
Infid, Working Paper No. 1, 2008, Proyek Efisiensi Perkeretaapian, hal.2
30
Ibid, hal 3
Supardi : Implikasi Perubahan Bentuk Perumka Menjadi Persero Terhadap Hak-Hak Karyawan PT. Kereta Api Indonesia, 2009
3 Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar bagi kemakmuran rakyat.
Dalam penjelasan Pasal 33 terdapat penegasan bahwa “Hanya perusahaan yang tidak menguasai hajat hidup orang banyak boleh ada di tangan
orang-seorang.” Sebagai bagian agenda liberalisasi pasar global yang didorong oleh IMF dan Bank Dunia, para legislator melakukan amandemen terhadap
UUD 1945 sampai empat kali, dimulai tahun 1999 setelah Indonesia mengalami krisis ekonomi. Amandemen keempat UUD 1945 yang ditetapkan
tahun 2002, secara eksplisit menghilangkan kewajiban negara dalam pengelolaan sumber daya yang penting dan menguasai hajat hidup orang
banyak dan tidak lagi membatasi aktor-aktor ekonomi mana yang akan terlibat. Pasal 34 ayat 3 amandemen keempat hanya menegaskan bahwa “Negara
bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak”.
Berangkat dari amanat konstitusi di atas, negara berkewajiban menyediakan layanan transportasi yang mampu menjawab kebutuhan mobilitas
warga. Untuk daerah dengan penduduk yang padat, kereta api merupakan sarana transportasi massal dengan daya angkut yang besar, memiliki tingkat
keselamatan yang lebih tinggi dibanding dengan sarana transportasi darat lainnya seperti jalan tol, juga merupakan sarana transportasi yang ramah
lingkungan. Dengan demikian, penyediaan dan pengelolaan sarana dan
Supardi : Implikasi Perubahan Bentuk Perumka Menjadi Persero Terhadap Hak-Hak Karyawan PT. Kereta Api Indonesia, 2009
prasarana angkutan kereta api seyogyanya menjadi tanggung jawab negara. Sebagai fasilitas publik yang menjadi kebutuhan sebagian besar rakyat
Indonesia dan merupakan badan usaha vital bagi peri kehidupan rakyat, negara bertanggungjawab dalam penyediaan dan pengelolaan kereta api.
31
Dalam pembahasan mengenai Implikasi perubahan bentuk Perum menjadi Persero terhadap hak-hak karyawan PT. Kereta Api Indonesia, teori
utama yang digunakan adalah teori kedaulatan negara staats-souvereiniteit yang dikemukakan oleh Jean Boudin dan George Jellinek. Menurut teori
kedaulatan negara, kekuasaan tertinggi ada pada negara dan negara mengatur kehidupan anggota masyarakatnya. Negara yang berdaulat melindungi anggota
masyarakatnya terutama anggota masyarakat yang lemah. Pasal 33 Undang- undang Dasar 1945 merupakan ketentuan dasar yang mengatur tentang susunan
perekonomian Indonesia.
32
Dalam penjelasan pasal tersebut diuraikan ketentuan dasar mengenai demokrasi ekonomi Indonesia. Perekonomian
disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan yang bercorak kolektivistis dengan tidak mengabaikan prinsip hak individu.
Secara umum, semua orang adalah sama kedudukannya dalam hukum, berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Hak
perseorangan dilindungi oleh hukum. Hak perseorangan adalah relatif, sifat
31
Ibid. hal.4.
32
Mahfud MD, Pergulatan Politik dan Hukum di Indonesia, Jakarta: Gramedia, 1999, hal. 69., Lihat Buku Imam Kabul, MH, Paradigma Pembangunan Hukum di Indonesia, Yogyakarta:
Kurnia Kalam, 2005, hal. 7.
Supardi : Implikasi Perubahan Bentuk Perumka Menjadi Persero Terhadap Hak-Hak Karyawan PT. Kereta Api Indonesia, 2009
perseorangan dalam hukum perjanjian menimbulkan gejala-gejala hukum sebagai akibat hubungan hukum antara persoon dengan persoon lainnya.
Konsep hukum dan teori hukum dalam sistem mendekatkan hukum pada permasalahan peran sekaligus fungsi hukum. Orang termasuk dalam
pengertian kelembagaan dapat melakukan sesuatu kehendak melalui pemanfaatan hukum.
33
2. Kerangka Konsepsi