Santunan Purna Jabatan IMPLIKASI PERUBAHAN BENTUK PERUM MENJADI PERSERO

Kereta Api Persero agar sikap dan komitmen yang demikian jelas bisa berkelanjutan di masa mendatang. Karena tantangan perkereraapian di masa depan pun semakin kompleks dan menuntut pemecahan masalah secara komprehensif.

C. Santunan Purna Jabatan

Bermula dari terbitnya Keputusan Direksi PT. Kereta Api Persero Nomor: KEP.UKP.208IX2KA-2003 tentang Santunan Purna Jabatan Direksi dan Dewan Komisaris PT. Kereta Api Persero tertanggal 4 September 2003. Keputusan ini mengundang reaksi keras dari kalangan pengurus dan anggota SPKA. Keputusan ini ternyata merefer kepada Risalah Rapat Umum Pemegang Saham PT. Kereta Api Persero Nomor BA-47D2-MBU2002 tentang Persetujuan Laporan Tahunan dan Pengesahan Perhitungan Tahunan Tahun Buku 2001. pada Bab III butir 7 telah ditetapkan Santunan Purna Jabatan bagi Direksi, Komisaris dan Sekretaris Komisaris PT. Kereta Api Persero. Substansi dari keputusan ini adalah bahwa terhitung mulai tahun 2003, program santunan purna jabatan bagi Direksi, Komisaris dan Sekretaris Komisaris dilaksanakan melalui asuransi atau tabungan pensiun. Untuk masa peralihan, kepada anggota Direksi, Komisaris dan Sekretaris Komisaris yang telah menjabat, diberikan santunan purna jabatan berdasarkan ketentuan yang berlaku sebelumnya, dimana masa jabatan yang bersangkutan dihitung mulai Supardi : Implikasi Perubahan Bentuk Perumka Menjadi Persero Terhadap Hak-Hak Karyawan PT. Kereta Api Indonesia, 2009 awal pengangkatan pada jabatan tersebut sampai dengan bulan Desember 2002. premi atau iuran tahunan yang ditanggung oleh perusahaan maksimum 25 dari gaji honorarium dalam satu tahun dan jumlah tersebut harus dicantumkan dalam RKAP perusahaan setiap tahun anggaran. Di tengah perjuangan yang sedang dilancarkan oleh SPKA terutama terkait dengan peningkatan pendapatan pegawai sesuai dengan Perjanjian Kerja Bersama PKB sebelumnya, tentu saja muncul kabar tentang santunan purna jabatan ini sangat menyinggung rasa keadilan. Betapa tidak. Di saat para pegawai sedang memperjuangkan hak-hak normatifnya belum menampakkan tanda-tanda keberhasilan, para Direksi dan Komisaris yang sesungguhnya memperoleh penghasilan lebih dari cukup itu masih mendapat penghasilan berupa santunan purna jabatan. Melihat ketidakadilan ini, DPDSPKA Kantor Pusat ketika itu, dipimpin oleh Amien Aburrachman, yang memperoleh dokumen tentang santunan purna jabatan yang sebetulnya bersifat rahasia itu, kontan mengeluarkan sikap tentang hal tersebut. Melalui suratnya nomor: 112DPD.SPKAKPUmX2003 tanggal 2 Oktober 2003, DPD SPKA Kantor Pusat menyampaikan bahwa mereka telah menerima surat tanpa nama dan alamat berisi SK Direksi PT. Kereta Api Persero dan bukti pembayaran premi santunan purna jabatan. Surat yang ditujukan kepada DPP SPKA itu, meminta agar dilakukan upaya klarifikasi tentang kebenaran dokumen dimaksud. Dan bila hal tersebut benar, Supardi : Implikasi Perubahan Bentuk Perumka Menjadi Persero Terhadap Hak-Hak Karyawan PT. Kereta Api Indonesia, 2009 maka DPD SPKA Kantor Pusat sangat menyayangkan jajaran Direksi yang tidak memiliki sense of crisis. Pendeknya, kebijakan Direksi tersebut dipandang sangat tidak sensitif terhadap keadaan yang sedang dialami oleh para pegawai, dimana untuk memenuhi kebutuhan pokoknya saja pun belum sepenuhnya mampu. Padahal para Direksi dan Komisaris yang tanpa santunan purna jabatan itu saja pun, sudah memperoleh gaji honorarium yang berlipat- lipat lebih besar dari pendapatan pegawai pada umumnya. 85 Sangat beralasan bila kemudian SPKA melakukan sejumlah upaya menolak adanya santunan purna jabatan dimaksud. Beberapa kesempatan dan pndekatan digunakan untuk menggalkan kebijakan yang tidak mempertimbangkan rasa keadilan tersebut. Namun secara formal upaya penolakan setidaknya tampak melalui surat nomor: 143DPP.SPKAUMX2005 tertanggal 26 Oktober 2005. ini berarti DPP SPKA baru memberikan reaksi resmi dan formal setelah memperoleh informasi dua tahun sebelumnya, yakni melalui surat DPD SPKA Kantor Pusat nomor 2 Oktober 2003. agak terlambat memang. Tapi itu tidak berarti bahwa DPP SPKA vakum selama dua tahun terhadap masalah ini. Sejumlah upaya dan pendekatan dalam bentuk lain tetap dilakukan, namun secara formal dan lebih serius barulah dilakukan dalam bulan Oktober 2005. 85 Zainul A Dalimunthe, Op cit. hal. 21. Supardi : Implikasi Perubahan Bentuk Perumka Menjadi Persero Terhadap Hak-Hak Karyawan PT. Kereta Api Indonesia, 2009 Dalam surat yang ditujukan kepada Direksi PT. Kereta Api Persero tersebut diberitahukan bahwa SPKA tetap konsisten dan menolak perusahaan membayar santunan purna jabatan Direksi dan Komisaris, meskipun sudah ditetapkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham RUPS. Meskipun surat penolakan SPKA telah diterbitkan, Direksi dan Komisaris tetap pada pendiriannya tidak mencabut ketetapan tentang purna jabatan. Pengelolaan santunan purna jabatan Direksi Komisaris dilakukan dengan cara membayarkan sekaligus premi kepada PT. Asuransi Jiwasraya pada bulan September 2003 sebesar Rp. 1.145.800.250,00. Padahal Badan Pemeriksa Keuangan RI telah pula menyarankan Menneg BUMN agar membatalkan ketetapan mengenai pemberian program asuransi purna jabatan bagi Komisaris yang juga Pegawai Negeri atau Pejabat di Instansi Pemerintah. Pemberian santunan purna jabatan kepada pejabat tersebut tidak patut, karena pada saat yang bersangkutan diberhentikan sebagai pejabat Komisaris RP. Kereta Api Persero, mereka masih bertugas sebagai pejabat di instansi pemerintah dimana mereka bertugas. Terkait dengan akan dibayarkannya kembali sisa santunan purna jabatan Direksi Komisaris lama selama 18 delapan belas bulan mulai bulan April 2004 s.d. September 2005 dengan besaran 25 dari penghasilan yang diterima, SPKA menyatakan: 1 Menolak tidak menyetujui pembayaran sisa santunan purna jabatan Direksi lama, karena diluar kepatutan dan kelayakan pada saat perusahaan sedang Supardi : Implikasi Perubahan Bentuk Perumka Menjadi Persero Terhadap Hak-Hak Karyawan PT. Kereta Api Indonesia, 2009 mengalami krisis keuangan dan manjemen belum dapat merealisasikan penugasan pemerintah, sedangkan Direksi lama telah menikmati pembayaran santunan purna jabatan periode awal yang lebih. 2 Mendorong Direksi baru untuk merealisasikan hasil temuan pemeriksaan BPK Tahun 2003 yaitu pembatalan pembayaran santunan purna jabatan kepada Dewan Komisaris yang PNS atau pejabat instansi pemerintah. 3 SPKA akan melaksanakan kegiatan aksi, apabila Direksi baru malakukan tindakan pembayaran sisa santunan purna jabatan Direksi lama. Penggunaan istilah Direksi lama dan Direksi baru adalah sesuai dengan keadaan pada saat surat pernyataan sikap tersebut dikeluarkan. Sebagimana dimaklumi bahwa pada tanggal 28 September 2005 telah dilantik Direksi baru PT. Kereta Api Persero yang dipimpin oleh Ronny Wahyudi selaku Direktur Utama. Penetapan Direksi baru ini berdasarkan keputusan Menneg BUMN Nomor: KEP-69MBU2005 tertanggal 27 September 2005. Sementara itu yang dimaksud dengan Direksi lama adalah Direksi yang dipimpinan Omar Berto selaku DirekturUtama dan ditetapkan berdasarkan keputusan Menneg BUMN No. KEP-56M-BUMN2002 tertanggal 8 Februari 2002.

D. Masukan Untuk RUPS