Letak Dan Geografis Latar Belakang Historis

BAB II DESA MERANTI SEBELUM TAHUN 1982

2.1 Letak Dan Geografis

Desa Meranti merupakan salah satu desa di antara 22 desa yang ada di Kecamatan Kisaran Kabupaten Asahan yang mayoritas penduduknya adalah suku Jawa, dan lebih kurang 80 memeluk agama Islam, sedangkan selebihnya 20 beragama Kristen. Letak desa tersebut dari ibu kota Kecamatan Kisaran lebih kurang 10 kilometer, sedangkan jarak desa dengan ibu kota propinsi Sumatera Utara adalah 160 kilometer. Jarak Desa Meranti dari jalan besar yang menghubungkan Kota Kisaran dengan Kota Lima Puluh sekitar 2 kilometer. Di kiri kanan jalan menuju desa tersebut terdapat lahan persawahan. Lahan persawahan inilah yang menjadi tumpuan hidup sebagian besar masyarakat desa Meranti. Letak Desa Meranti membujur dari timur ke barat. Luas wilayah Desa Meranti lebih kurang 1.290 Ha. Keadaan alamnya terdiri dari dataran rendah yang memiliki ketinggian lebih kurang 6 meter di atas permukaan laut dengan temperatur 24 O C–26 O C. Sebagian besar tanahnya terdiri dari tanah hitam dan sebagian lagi tanah liat bercampur pasir. Keadaan alam yang demikian sangat memungkinkan masyarakat untuk bercocok-tanam. Tanaman utama yang ditanam masyarakat Desa Meranti adalah padi. Kegiatan bercocok tanam di Desa Meranti ini ditunjang oleh sebuah sungai Sungai Serani yang mengalir dari Desa Pondok Bunga ke arah Desa Rawang Panca Arga yang mengaliri lahan persawahan masyarakat desa tersebut. Universitas Sumatera Utara Adapun batas–batas wilayah Desa Meranti adalah: - Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Rawang Lama Panca Arga dan Desa Sei Beluru. - Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sei Balai dan Desa Pondok Bunga. - Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sungai Beluru. - Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Rawang Lama dan Desa Rawang Psr.IV.

2.2 Latar Belakang Historis

Tumbuhnya desa-desa di Indonesia mempunyai ciri-ciri khas tersendiri, yang memiliki keunikan–keunikan yang senantiasa menutupi kisah sejarah perkembangannya. Perkembangan antara satu desa dengan desa lain pada dasarnya tidak selalu sama, karena ada yang lambat dan ada yang cepat; hal ini tergantung dari faktor alam dari desa serta tindak tanduk atau tingkah laku dari masyarakat itu sendiri. Tidak diketahui dengan pasti sejak kapan orang pertama datang ke Desa Meranti, menurut keterangan yang berhasil dihimpun dari beberapa informan, 7 7 Salah satu informan yang memberi kontribusi besar dalam memberikan informasi tentang kedatangan pertama orang–orang ke Desa Meranti adalah Bapak H. Abdurrahman. Beliau adalah anak dari suku Melayu yang pertama sekali datang ke Desa Meranti. Desa Meranti terbentuk sekitar tahun 1800-an. Menurut cerita dari tokoh masyarakat, bahwa pada tahun 1800-an telah terjadi kekacauan terhadap Kesultanan Lima Laras di Batu Bara. Akibat ketidakstabilan tersebut, sebagian masyarakatnya suku Melayu bermigrasi ke tempat yang lebih aman dengan menyusuri Sungai Serani kearah Selatan. Hingga akhirnya mereka tiba pada satu daerah yang mereka anggap cocok untuk berlindung dan mendirikan perkampungan. Daerah tersebut adalah Meranti Meranti Lama sekarang daerah ini merupakan perkampungan pertama sekaligus perintis Desa Meranti. Dengan Universitas Sumatera Utara sabar dan perlahan mereka membuka lahan di sekitar sungai tersebut untuk bercocok tanam serta membangun rumah–rumah sederhana yang berbentuk panggung. Pada tahun 1932, beberapa penduduk dari suku Jawa juga datang membuka lahan dengan jarak sekitar 4 kilometer dari wilayah suku Melayu yang pertama datang. Orang- orang dari suku Jawa ini berasal dari buruh perkebunan yang berbatasan langsung dengan Desa Meranti. Menurut informan, 8 8 Bapak Bori adalah salah satu tokoh dari suku jawa yang turut membuka lahan pada tahun 1932 bersama 5 orang temannya. mereka membuka lahan setelah pulang bekerja dari perkebunan. Lahan yang mereka buka berada tepat di sisi sebelah perkebunan, sehingga perkampungan mereka diberi nama Kampung Tempel. Butuh waktu tiga tahun bagi para penggarap awal dari suku Jawa ini untuk mulai bisa memanfaatkannya menjadi lahan pertanian. Setelah pembukaan lahan yang diawali oleh orang-orang dari suku Melayu dan di susul oleh orang-orang dari suku Jawa selama bertahun-tahun, maka penduduk daerah lain mulai berdatangan, tidak terkecuali dari suku Batak pada tahun 1970-an. Adapun yang paling banyak datang di kemudian hari adalah orang-orang dari suku Jawa. Orang- orang dari suku Jawa ini datang setelah masa kontraknya dengan perkebunan habis. Selain karena ketidakpastian hidup, juga tidak memiliki biaya untuk kembali ke pulau Jawa, maka mereka mencari tempat yang dapat dijadikan tumpuan hidup. Dalam hal ini khususnya Desa Meranti tidak lepas dari perhatian mereka sebagai pilihan untuk melanjutkan perjuangan hidup mereka. Orang-orang suku Jawa ini kemudian mendirikan rumah-rumah sederhana pada wilayah yang lebih terbuka, yaitu pada daerah tanaman alang-alang liar dan diberi nama Kampung Pematang Lalang Desa Meranti sekarang. Universitas Sumatera Utara Menurut informasi yang penulis dapat pada saat wawancara, asal-usul nama Desa Meranti diambil dari nama pohon Meranti yang banyak tumbuh di desa tersebut. Nama Desa Meranti sebelumnya adalah Pematang Lalang, karena perkampungan tersebut berdiri di atas lahan alang-alang. Melihat banyaknya pohon Meranti yang tumbuh serta kenyataan sifat dan karakter dari pohon Meranti maka nama perkampungan itu diganti namanya menjadi Desa Meranti. Makna dari pohon Meranti adalah ulet, kuat, dan tahan lama. Penduduk Desa Meranti pada masa pemerintahan Kolonial Belanda maupun pada masa Pendudukan Jepang mengalami krisis pangan; terutama sekitar tahun 1943. Tentara Jepang memaksa masyarakat Desa Meranti untuk menanam tanaman pangan yang mereka butuhkan seperti padi, sedangkan masyarakat hanya memakan buah ubi. Dengan kejadian itu masyarakat Desa Meranti mulai berusaha untuk melepaskan diri dari tekanan pemerintah Jepang yang sewenang–wenang tersebut. Seiring dengan proklamasi kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tahun 1945, maka cepat atau lambat keadaan masyarakat akan menjadi pulih kembali khusunya masyarakat Desa Meranti. Keadaan masyarakat pasca penjajahan yang bila dilihat dari sisi ekonomi, politik, sosial, dan kebudayaan memang belum pulih secara total, namun demikian haruslah dilakukan pembenahan agar kondisi demikian tidak berlarut–larut. Salah satu pembenahan yang dilakukan adalah dari sisi pembangunan infrastruktur jalan guna untuk memperlancar arus transportasi. Dengan lancarnya arus transportasi maka akan berdampak pada kuatnya gerak ekonomi masyarakat itu sendiri khususnya masyarakat Desa Meranti. Lancarnya sistem tranportasi yang diiringi dengan gerak ekonomi yang cepat akan berdampak pula pada kesejahteraan masyarakat. Universitas Sumatera Utara Seiring dengan perubahan yang terjadi pada sistim transportasi di daerah–daerah Sumatera terkhusus pada Desa Meranti sendiri, dari sistim trasportasi air ke transpotasi darat, maka pada tahun 1950 masyarakat secara bertahap dan bergotong–royong membuat dan memperlebar jalur transportasi darat dari satu perkampungan ke perkampungan lain sebagai sarana penghubung. Jalur transportasi darat yang berhasil mereka buat tersebut menghubungkan tiga perkampungan. Jalur tersebut yaitu Perkampungan Suku Melayu di sisi Sungai Serani - Desa Meranti - Perkampungan Suku Jawa disisi perkebunan. Total jalur yang berhasil dibuat tersebut pada masa itu lebih kurang sepanjang 4,6 kilometer. Keberhasilan masyarakat dalam membangun dan mengembangkan jalur transportasi darat tersebut tidak terlepas dari kerja keras dari pemimpin desanya. Kepala Desa selaku pemimpin memiliki tanggung jawab yang cukup besar untuk mensejahterakan masyarakatnya. Bersama para staf aparatur desa dan peran serta masyarakat Desa Meranti sendiri, maka pembangunan dan pembangunan jalur transportasi darat dapat berhasil dilaksanakan. Adapun Kepala Desa yang pernah memimpin Desa Meranti diantaranya adalah: 1. Jubar 1943 – 1949 2. Sunar 1950 – 1963 3. Jimin Yanto 1963 – 1965 4. Soman 1966 – 1967 5. Sandris 1968 – 1969 6. Gentong 1970 – 1978 7. Joyolatin 1979 – 1995 Universitas Sumatera Utara

2.3 Jumlah Penduduk