Tabel 12: Distribusi Penduduk Desa Meranti Menurut Suku
Tahun Suku Yang Dianut
Jumlah Porsentase
Suku Jawa Suku Batak
Suku Melayu Lainnya
1985 6.653 jiwa
1.642 Jiwa 278 jiwa
56 jiwa 8.629 jiwa
16,4 1986
6.650 jiwa 1.663 jiwa
280 jiwa 50 jiwa
8.643 jiwa 16,4
1987 6.130 jiwa
2.178 jiwa 357 jiwa
10 jiwa 8.675 jiwa
16,5 1988
6.132 jiwa 2.163 jiwa
360 jiwa _
8.655 jiwa 16,4
1989 6.342 jiwa
2.242 jiwa 384 jiwa
8 jiwa 8.976 jiwa
17,0 1990
6.430 jiwa 2.287 jiwa
388 jiwa 15 jiwa
9.120 jiwa 17,3
Jumlah 38.337 jiwa 12.175 jiwa 2.047 jiwa
139 jiwa 52.698 jiwa 100
Sumber: BPS Kabupaten Asahan Kecamatan Meranti Dalam Angka.
4.2 Perkembangan Mata Pencaharian
Berbicara Desa Meranti dalam konteks mata pencaharian, maka tidak akan terlepas dari pertanian. Pertanian sebagai mata pencaharian, masih menempati posisi
terbesar bagi masyarakat Desa Meranti. Hal ini tidak terlepas dari keadaan alamnya, dimana sekitar 34 atau 79 dari 1.290 Ha luas desa tersebut merupakan lahan pertanian.
Dengan lahan pertanian yang begitu luas maka tidak mengherankan bila dalam produksinya, masyarakat Desa Meranti selalu mengalami surplus pangan padi setiap
tahunnya. Data–data hasil produksi dan konsumsi masyarakat Desa Meranti dapat dilihat pada tabel 13 dibawah ini. Pada tabel tersebut hanya dicantumkan data–data tahun 1986
sd tahun 1990 sedangkan data pada tahun 1982 sd 1985 tidak ditemukan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 13: Banyaknya Produksi dan Konsumsi Padi di Desa Meranti Tahun 1986, 1987, dan 1988
Tahun Produksi Ton
Konsumsi Ton Surplus Ton
1986 4.826,15
2.021 2.805,15
1987 4.165,5
2.036,5 2.129
1988 3.896
2.158 1.738
1989 4.173,27
2166 2.007,27
1990 4.328
2.221,9 2.106.1
Jumlah 21.388,92
10.603,4 10.785,52
Sumber: BPS Kabupaten Asahan Kecamatan Meranti Dalam Angka. Dari tabel 13 di atas dapat kita simpulkan, bahwa hasil produksi setelah dikurangi
konsumsi masyarakat Desa Meranti selalu mengalami surplus dari tahun ke tahun. Hanya saja sempat terjadi penurunan angka pada tahun 1988, tetapi segera mengalami kemajuan
setelah memasuki tahun 1989. Hal ini terjadi oleh karena krisis yang menimpa pada tahun –tahun tersebut. Krisis itu sendiri mereda setelah memasuki akhir tahun 1988 yang juga
disusul dengan angka produksi tahun 1989 dan 1990. Secara spesifik, penyebab utama penurunan angka produksi hasil pertanian di
Desa Meranti disebabkan oleh serangan hama wereng coklat. Serangan hama wereng coklat telah menyebar hampir keseluruh sentra–sentra lahan pertanian. Bahkan telah
terjadi sejak tahun 1987 dan semakin meluas pada tahun 1988. Kondisi lahan pertanian yang terus diserang hama wereng coklat ini membuat Presiden RI yang pada masa itu
dijabat oleh Soeharto tidak tinggal diam. Perhatian yang diberikan oleh Presiden Soeharto
Universitas Sumatera Utara
tersebut terekam dengan jelas dalam buku Jejak Langkah Pak Harto hasil editan G. Dwipayana dan Nazaruddin Sjamsuddin yang menyebutkan:
”...........ditandai oleh suasana keprihatinan akan serangan hama wereng coklat di berbagai daerah, Kepala Negara menyerukan kepada para petani agar mengubah cara pemakaian
pestisida yang dilakukan selama ini lewat paket pancausaha tani dalam rangka program Bimas. Dijelaskan oleh Presiden bahwa jika dalam pancausaha tani, pestisida sebagai
usaha pencegahan yang merupakan satu paket tetap disemprotkan dalam keadaan ada hama atau tidak, maka sekarang pestisida hanya digunakan untuk pemberantasan.
Ditambahkannya bahwa usaha pencegahannya dilakukan melalui pola tanam dan pemilihan varietas”.
31
Selain meminta masyarakat petani mengubah cara penggunaan pestisida, Presiden juga memberi petunjuk agar masyarakat, khususnya kaum tani benar–benar
memperhatikan usaha yang sedang dikembangkan secara terpadu dalam menghadapi masalah peralihan tanaman padi.
32
31
G. Dwipayana dan Nazaruddin Sjamsuddin, Op Cit, hal.537.
32
Ibid.
Sedemikian pentingnya sektor pertanian, Presiden juga menginstruksikan semua instansi dan lembaga agar terkait agar membantu
sepenuhnya pelaksanaan pengendalian hama wereng coklat, termasuk pengiriman pestisida ke daerah –daerah yang terserang seperti Asahan dan Meranti khususnya.
Dalam realitasnya mata pencaharian sebagai petani selalu masih menempati posisi teratas akan tetapi, disini juga telah terjadi penurunan dalam porsentase jumlah
petani. Mata pencaharian sebagai petani pada tahun 1980 sebesar 80,1 , sedangkan porsentase rata–rata selama tahun 1985 sd 1990 sebesar 78,4 . Berkurangnya jumlah
petani di Desa Meranti terjadi tahun 1987 pada saat krisis. Besar kemungkinan petani tersebut adalah petani yang mengolah lahan dengan cara menyewa sehingga tidak dapat
bertahan saat krisis terjadi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 14: Distribusi Penduduk Desa Meranti Berdasarkan Mata Pencaharian
Jenis Pekerjaan Tahun
Jumlah Porsentase 1985
1986 1987
1988 1989
1990 Petani
1.189 1.189 1.187 1.193 1.193 1.201 7.152 78,4
Pedagang 95
97 94
95 95
98 574
6,3 Karyawan swasta 123
127 125
127 127
130 759
8,3 Pegawai Negeri
59 57
57 60
59 61
353 3,8
Mocok – mocok 40
42 51
51 51
55 290
3,2 Jumlah
1.506 1.512 1.514 1.526 1.525 1.545 9.128 100
Sumber: BPS Kabupaten Asahan Kecamatan Meranti Dalam Angka.
4.3 Perkembangan Pendidikan