Tinjauan Pustaka Dra. Nurhabsyah, M.Si

1.4 Tinjauan Pustaka

Untuk dapat menyusun tinjauan kepustakaan yang baik, maka diusahakan pengumpulan sumberreferensi sebanyak-banyaknya, serta harus relevan dengan topik masalah yang ditulis. Selanjutnya adalah melakukan seleksi sebelum dituangkan ke dalam bentuk tulisan. Dalam hal ini buku yang menguraikan tentang latar belakang Desa Meranti di Kecamatan Meranti sama sekali tidak ditemukan penulis, sebab penulisan tentang permasalahan ini khususnya Desa Meranti baru pertama kali dilakukan yaitu oleh penulis sendiri. Beberapa buku yang dikemukakan dalam mendukung penelitian ini yang dapat dijadikan referensi adalah sebagai berikut: B.N. Marbun SH dalam bukunya ”Proses Pembangunan Desa: Menyongsong Tahun 2000” mengatakan, bahwa pemikiran dan pengamatan yang agak mendesak ialah bagaimana menciptakan kemampuan para pelaksana pembangunan desa, karena pada dasarnya mereka merupakan ujung tombak ukuran keberhasilan pembangunan Indonesia. Justru merekalah yang menentukan apakah Pelita mencapai sasarannya atau tidak. Dengan kata lain, merekalah yang menjadi penentu berhasil tidaknya pembangunan Nasional. Di tangan merekalah terletak masa depan 75 nasib Bangsa Indonesia, yaitu nasib 121 juta lebih penduduk yang tinggal di desa data hasil sensus tahun 1985 yang diterbitkan BPS, Januari 1987. 3 Dengan semakin tingginya tingkat kemampuan para pelaksana pembangunan desa dalam memberikan berbagai pelayanan dan penyuluhan maka perkembangan desa-desa yang diharapkan adalah suatu keniscayaan. Maka dari itu pula peran aktif nyata dari 3 B.N. Marbun SH, Proses Pembangunan Desa Menyongsong Tahun 2000, Jakarta: Erlangga, 1988, hlm. x. Universitas Sumatera Utara pihak pemerintah sangat diperlukan. Masyarakat desa sendiri juga patut untuk berpartisipasi pula dalam menyambut setiap program pembangunan desa yang digulirkan pemerintahan. Dengan demikian pembangunan desa akan berjalan efektif dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Hartati Prawironoto, dkk, menghimpun sebuah buku yang berjudul ”Peranan Pasar Pada Masyarakat Pedesaan Daerah Jawa Tengah”. Dalam buku tersebut disebutkan bahwa keberadaan pasar pada suatu kawasan, besar kecilnya akan membawa perubahan kerangka acuan berpikir masyarakat yang ada dalam kawasan tersebut. Besar kecilnya perubahan kerangka acuan pemikiran masyarakat juga tergantung besar kecilnya nilai pasar yang ditempatkan di kawasan itu. Nilai pasar dapat dipandang sebagai nilai kuantum, yakni besar kecilnya pola interaksi pada pasar tersebut yang ternyata akan menyangkut besar kecilnya kadar pasar yang ditempatkan di kawasan tersebut. 4 Madekhan Ali, menyebutkan dalam bukunya yang berjudul ”Orang Desa: Anak Tiri Perubahan”, bahwa semasa rezim Orde Baru, persoalan kemiskinan pedesaan hanya direduksi sebagai persoalan ekonomi semata. Padahal sebagai sebuah proses, kemiskinan mencerminkan kegagalan suatu sistem masyarakat dalam mengalokasikan sumber daya dan dana secara adil kepada seluruh anggota masyarakat. Jumlah penduduk yang terus berambah tetapi tidak diimbangi dengan bertambahnya tanah telah Dari tolok ukur di atas dapat disimpulkan bahwa penempatan pasar pada suatu kawasan dengan kadar tertentu, maka fungsinya sebagai pusat ekonomi dan pusat budaya akan berbeda dengan pasar pada kawasan lain dengan kadar tertentu pula. 4 Hartati Prawironoto, dkk, Peranan Pasar Pada Masyarakat Pedesaan Daerah Jawa Tengah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1992, hlm. 91–92. Universitas Sumatera Utara menyebabkan semakin berkurangnya tanah yang dapat dimiliki petani kecil sehingga terjadi sebuah kemiskinan yang terbagi. 5 Dari uraian yang diungkapkan oleh Madekhan Ali di atas jelas sekali bahwa pada masa Orde Baru orang–orang desa hanya sekedar diposisikan sebagai objek yang berorientasi pada target, misalnya program swasembada pangan yang mengadopsi program kapitalisasi pertanian dengan menerapkan Inmas dan Bimas. Pemerintahan desa diharuskan mencapai target–target yang ditentukan dari atas untuk menekan petani– petani di wilayahnya melaksanakan pola pertanian yang didasarkan pada target semata. Orang–orang desa harus berhadapan dengan ahli dan perencana pembangunan yang pongah. Ditengah kesadaran bahwa orang–orang desa telah lekat dengan identitas bawah, maka Madekhan Ali berusaha menunjukkan premis–premis optimisme. Bahwa desa yang selalu rentan terhadap pembodohan dan pemiskinan struktural akan mampu bangkit dengan inisiatif orang–orangnya. 5 Madekhan Ali, Orang Desa: Anak Tiri Perubahan, Malang: Averroes Press, 2007. hlm. 8–9. Universitas Sumatera Utara

1.5 Metode Penelitian