2.3 Jumlah Penduduk
Sebelum tahun 1966, secara resmi Indonesia belum memiliki kebijakan kependudukan yang komprehensif. Dalam rencana Pembangunan Nasional Semesta
Berencana juga tidak pernah ada kebijakan kependudukan yang ditujukan untuk menurunkan angka kelahiran dan angka kematian yang akhirnya berpengaruh pada angka
pertumbuhan penduduk.
9
Di Indonesia, pertumbuhan penduduk terkonsentrasi di daerah–daerah pedesaan. Seakan tidak dapat dielakkan, bahwa jumlah penduduk yang besar di daerah pedesaan
tersebut semakin diperparah dengan sikap dan tingkah laku masyarakat desa tersebut. Banyak masyarakat pedesaan yang terdapat di Indonesia melakukan perpindahan
urbanisasi baik secara permanen maupun non-permanen ke daerah–daerah perkotaan dengan beragam tujuan dan motivasi. Perpindahan yang dilakukan oleh masyarakat desa
terutama pada saat–saat krisis ekonomi terjadi. Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali sangat
berpengaruh bagi berhasilnya proses pembangunan nasional itu sendiri. Pertumbuhan jumlah penduduk memang cukup sulit untuk dapat diatasi. Butuh program–program yang
tepat serta terarah agar pertumbuhan penduduk dapat diminimalisir.
10
Di Desa Meranti pertumbuhan jumlah penduduk juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pertumbuhan jumlah penduduk tersebut selain disebabkan oleh
pendatang baru dari para mantan buruh kebun juga dari pendatang suku Batak. Suku Batak yang datang ke Desa Meranti awalnya adalah mereka yang beragama Islam, namun
kemudian yang beragama Kristen juga turut datang. Hal ini disebabkan oleh hubungan Apalagi bila krisis ekonomi tersebut
terjadi secara berkepanjangan.
9
Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada, Dinamika Kebijakan Dan Kependudukan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, hal. 21–22.
10
Ibid. hal. 32–35.
Universitas Sumatera Utara
marga, dimana menurut kepercayaan tradisional suku Batak bahwa apabila sama marganya atau termasuk turunan marga maka dianggap sebagai saudara walau berbeda
agama. Karena ikatan marga inilah kemudian orang-orang suku Batak yang beragama Kristen masuk Desa Meranti.
Pertumbuhan angka kelahiran penduduk di Desa Meranti memang cukup tinggi, hal ini dapat kita pahami oleh karena mata pencaharian penduduk yang paling dominan
adalah bertani. Mata pencaharian sebagai petani dalam proses produksinya membutuhkan sumber tenaga. Sumber tenaga yang paling mungkin adalah dengan memakai tenaga
keluarga petani itu sendiri. Sehingga tidak mengherankan bila jumlah anak dalam satu keluarga dari kalangan petani bisa mencapai 8 sampai 10 orang anak. Menurut angka
tahun 1980 penduduk Desa Meranti berjumlah 774 KK dengan jumlah penduduk 7.927 jiwa. Agar kita dapat memahami pertumbuhan jumlah penduduk di Desa Meranti, maka
ada baiknya bila dijabarkan pula dalam bentuk–bentuk tabel 1 di bawah ini. Tabel 1: Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
NO Jenis Kelamin
Jumlah Porsentase
1. Laki-laki
4.023 jiwa 50,8
2. Perempuan
3.904 jiwa 49,2
Jumlah 7.927 jiwa
100 Sumber: BPS Kabupaten Asahan Kecamatan Meranti Dalam Angka,1980.
Jika memperhatikan pada tabel 2 maka mayoritas penduduk adalah pada kelompok umur 15–24 tahun dan umur 25–49 tahun. Kelompok umur tersebut
merupakan tenaga potensial dalam kehidupan masyarakat pada umumnya. Karena mereka senantiasa harus terlibat dalam berbagai gerak kehidupan untuk memenuhi
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan hidup sehari-hari. Terkhusus dalam hal ini adalah gerak kehidupan petani karena hal tersebut merupakan mata pencaharian mayoritas penduduk Desa Meranti.
Sedangkan kelompok umur 10–14 tahun merupakan kelompok umur yang kurang berpotensi dalam usaha pertanian terutama disebabkan waktu mereka yang masih harus
dipergunakan untuk bersekolah. Tabel 2: Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
NO Kelompok Umur
Jumlah Porsentase
1. 0 – 4 tahun
1.652 jiwa 20,8
2. 5 – 9 tahun
972 jiwa 12,2
3. 10 – 14 tahun
1.278 jiwa 16,2
4. 15 – 24 tahun
1.591 jiwa 20,1
5. 25 – 49 tahun
1.625 jiwa 20,6
6. 50 tahun keatas
809 jiwa 10,1
Jumlah 7.927 jiwa
100 Sumber: BPS Kabupaten Asahan Kecamatan Meranti Dalam Angka,1980.
Adapun persebaran penduduk Desa Meranti menurut agama yang dianut dapat dilihat pada tabel 3 berikut:
Tabel 3: Distribusi Penduduk Menurut Agama Yang Dianut NO
Agama Yang Dianut Jumlah
Porsentase 1.
Islam 6.373 jiwa
80,4 2.
Kristen Protestan 1.430 jiwa
18,0 3.
Kristen Katholik 124 jiwa
1,6 Jumlah
7.927 jiwa 100
Sumber: BPS Kabupaten Asahan Kecamatan Meranti Dalam Angka,1980.
Universitas Sumatera Utara
Seperti yang telah terungkap pada latar belakang historis Desa Meranti, penyebab terdapatnya mayoritas penduduk beragama Islam disebabkan karena agama Islam
merupakan kepercayaan pertama yang dianut dan dibawa oleh suku Melayu. Namun demikian, jumlah terbesar penganut agama Islam bukanlah dari suku Melayu tetapi dari
suku Jawa. Kepercayaan–kepercayaan tersebut sudah dianut sejak mereka datang sehingga mereka mewariskan agamanya kepada generasi-generasi selanjutnya.
Di Desa Meranti, masyarakat suku Jawa merupakan mayoritas dengan jumlah 6.225 jiwa. Posisi kedua ditempati oleh suku Batak dengan jumlah 1.402 jiwa.
Masyarakat suku Batak kebanyakan tinggal di daerah-daerah pinggir Desa Meranti yang berbatasan langsung dengan Desa Rawang Lama. Sedangkan masyarakat suku Melayu
sebagai perintis permulaan Desa Meranti hanya berada pada posisi urutan ke tiga dengan jumlah 240 jiwa. Sisa dari 7.927 masyarakat Desa Meranti setelah dikurangi suku Jawa,
suku Batak, dan suku Melayu berjumlah 40 jiwa. Tabel 4: Distribusi Penduduk Menurut Suku
NO Jenis Suku
Jumlah Porsentase
1. Suku Jawa
6.225 jiwa 78,6
2. Suku Batak
1.402 jiwa 17,8
3. Suku Melayu
240 jiwa 3,1
4. Lainnya
40 jiwa 0,5
Jumlah 7.927 jiwa
100 Sumber: BPS Kabupaten Asahan Kecamatan Meranti Dalam Angka,1980.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Mata Pencaharian Penduduk