Populasi dan Sampel Pengolahan data

49 instrumen penelitian ini sudah reliabel dan valid. Untuk pertanyaan yang tidak reliabel dan valid, kemudian peneliti memperbaiki redaksi pertanyaan tersebut. Adapun hasil dari uji instrumen bisa di lihat pada lampiran.

4.5 Pengolahan data

Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara: 1. Editing data, yaitu melakukan pengecekan data yang telah terkumpul, bila terdapat kesalahan dan kekeliruan dalam pengumpulan data diperbaiki dan dilakukan pendataan ulang terhadap responden, 2. Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode coding oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer, 3. Entry data dengan menginput data bersih ke dalam program komputer, 4. Cleaning dengan memeriksakan semua data yang telah dimasukkan kedalam komputer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data 5. Tabulating, yaitu setelah data tersebut masuk kemudian direkap dan disusun dalam tabel agar dapat dibaca dengan mudah.

4.6 Analisis Data

Analis data pada penelitian ini menggunakan analisis distribusi frekuensi. Untuk variabel dengan skala rasio umur dan ketinggian air, maka dilihat nilai mean ± SD, Median dan max-min. Sedangkan untuk variabel dengan skala ordinal dan nominal Riwayat luka, jenis kelamin, keberadaan tikus, ketersediaan air bersih, jenis pekerjaan, status pengungsian, personal gygiene, tatanan rumah, 50 keberadaan sampah, kondisi selokan dan dan tingkat pengetahuan akan dilihat nilai frekuensinya . Data akan disajikan dalam bentuk tabel. 51

BAB V HASIL

5.1 Distribusi Kejadian Leptospirosis Berdasarkan Komponen Host Penderita

Komponen Host penderita yang berpengaruh terhadap kejadian Leptospirosis terdiri dari umur, jenis kelamin, jenis pekerjaan, tingkat pengetahuan, dan riwayat luka, status pengungsian dan personal hygiene. Untuk lebih jelasnya urutan variabel adalah sebagai berikut: Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Kejadian Leptospirosis Berdasarkan Komponen Host Penderita Pada Saat Banjir di Kecamatan Cengkareng Periode Januari-Februari tahun 2014 Variabel Mean ±SD Median Min- Max Kejadian Leptospirosis n Umur 38, 61 ± 17,9 35,5 5-65 20 4 22,2 20-40 7 38,9 40 7 38,9 Jenis Kelamin Laki-laki 13 72,2 Perempuan 5 27,8 Pengetahuan 64.11±20.5 69.0 27-95 Tinggi 5 27, 8 Sedang 6 33,3 Rendah 7 38,9 Riwayat Luka Ada 13 72,2 Tidak ada 5 27,8 Status Pengungsian Tidak Mengungsi 18 100 Mengungsi Personal Hygiene Baik 2 11,1 Burk 16 88,9 Jenis Pekerjaan Berisiko 5 27,8 Tidak berisiko 13 72,2 52 Tabel diatas menunjukkan bahwa umur rata-rata penderita adalah 38, 61 tahun. Sebagian besar penderita berumur 20-40 tahun dan 40 tahun yaitu masing-masing sebanyak 38,9, laki-laki 72,2, memiliki riwayat luka 72,2, pengetahuan rendah sebanyak 38,9, semua penderita tidak mengungsi 100, 88,9, memiliki personal hygiene yang dan 72 memiliki pekerjaan yang tidak berisiko. Jika dilakukan Crosstabulation terhadap jenis kelamin dan jenis pekerjaan, umur dan jenis kelamin, maka hasilnya sebagai berikut: Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Kejadian Leptospirosis Berdasarkan Komponen Penderita Pada Saat Banjir di Kecamatan Cengkareng Tabel diatas menunjukkan bahwa jika dibandingkan dengan jenis kelamin penderita maka pekerjaan yang berisiko paling banyak ditemukan pada jenis kelamin laki-laki yaitu 38,5, dan sebagian besar kelompok umur 20-40 tahun adalah laki-laki yaitu 85,7. Jenis Kelamin Jenis Pekerjaan Berisiko Tidak Berisiko Total n n n Laki-laki 5 38,5 8 61,5 13 100 Perempuan 5 100 5 100 Umur tahun Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total n n n 20 3 75 1 25 4 100 20-40 6 85,7 1 14,3 7 100 40 4 57,1 3 42,9 7 100