Tatanan Rumah Distribusi Kejadian Leptospirosis Berdasarkan Komponen Lingkungan

84

6.3.5 Kondisi selokanSarana Pembuangan Air Limbah

SelokanSarana Pembuangan Air Limbah merupakan tempat yang sering dijadikan tempat tinggal tikus ataupun merupakan jalur tikus masuk ke dalam rumah dikarenakan kondisi pembuangan air dari dalam rumah umumnya terdapat saluran yang terhubung dengan selokan di lingkungan rumah. Sarana pembuangan air limbah yang sehat yaitu yang dapat mengalirkan air limbah dari sumbernya dapur, kamar mandi ke tempat penampungan air limbah dengan lancar tanpa mencemari lingkungan dan tidak dapat dijangkau serangga dan tikus Field Book, 2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar Penderita memiliki kondisi selokanspal yang baik yaitu sebanyak 72,2. Sedangkan hasil observasi menunjukkan bahwa selokan yang ada di lingkungan rumah penderita sebagian besar penderita 61,1 buruk. Perbedaan ini bisa terjadi karena penderita malu pada saat menjawab kondisi selokannya buruk. Hasil observasi menunjukkan bahwa sebagian besar selokan atau SPAL responden berwarna hitam, tidak mengalir, dan terdapat sampah dan ada selokan yang terdapat tikus. Hasil observasi ini bisa dilihat di lembar lampiran 7. Selain itu hasil wawancara juga menunjukkan bahwa sebanyak penderita 77,8 mengatakan mereka pernah melihat tikus lewat di selokan atau SPAL. Kondisi selokan yang buruk ini dapat mengundang dan menjadi habitat tikus. Darmodjono 2001 menyebutkan bahwa tikus senang bersarang di got-got dan selokan-selokan, sedangkan tikus merupakan 85 hewan pembawa mikroorganisme Leptospira maka diupayakan selokan- selokan tidak menjadi sarang tikus dan airnya mengalir dengan lancar tidak menggenang. Peran selokan sebagai media penularan penyakit Leptospirosis terjadi ketika air pada selokan terkontaminasi oleh urin tikus atau hewan peliharaan yang terinfeksi bakteri Leptospira Suratman, 2006. Untuk pendrita yang keadaan selokannya baik sebagian besar selokannya berada di bawah tanah tertutup akan tetapi disekitar rumah mereka terdapat kali yang kotor dan sekitar rumahnya ada tempat pembuangan akhir TPA yang kemungkinan tikus berasal dari kali dan TPA tersebut. Berikut adalah kutipan yang mendukung pernyataan tersebut: “ya.. Bersih-bersih rumah sudah pastilah.. sampah disitu tu ngga bisa dibersihin.. belakang itu kalinya banyak sampahnya.. emang TPA sih.. sampahnya dari situ tu.. kali itulah selokannya ..” ST, KPK. Pada saat terjadi banjir sampah akan naik, air selokan dan air kali akan naik dan tikus-tikus juga akan naik. tikus akan naik dan kotoran atau urin tikus akan bercampur dengan air selokan dan air kali dan akan terbawa oleh air genangan banjir sehingga apabila urin tersebut mengandung bakteri Leptospira maka bakteri itu akan mudah menyebar dan akan mudah menginfeksi manusia. Penelitian Rejeki 2005 dan penelitian Aulia 2012 menunjukkan bahwa sebagian besar penderita Leptospirosis memiliki kondisi selokan yang buruk yaitu masing-masing sebesar 69 dan 69,7. Rejeki mengkategorikan keadaan selokan baik jika selokan d di depan dan sekitar 86 rumah mengalir lancartidak menggenang, tidak meluap saat ada hujan, tidak dilewati tikus dan selokan lebih tinggi dari rumah. Aulia mengkategorikan selokan memenuhi syarat jika tidak ada genangan air di sekitar rumah, saluran tertutup atau diresapkan dan kondisi selokan lancar tidak tersumbat kategori yang dipakai hampir sama namun pada penelitian ini penulis tidak menggunakan kriteria tidak meluap saat ada hujan dan selokan lebih tinggi dari rumah dan tidak ada genangan air di sekitar rumah. Menurut peneliti kriteria tidak meluap saat ada hujan dan selokan lebih tinggi dari rumah serta tidak ada genangan air di sekitar rumah sepertinya kurang bisa diterima karena pada saat terjadi hujan yang lebat pasti akan mengakibatkan banjir dan air selokan akan ikut meluap. Pada saat ini belum banyak orang yang memakai selokan yang lebih tinggi dari rumah. Dan untuk tidak adanya genangan air di sekitar rumah juga belum jelas genangan yang bagaimana yang dimaksud. Meskipun keadaan selokan baik berdasarkan hasil wawancara kuisioner, akan tetapi buruk berdasarkan hasil observasi. Oleh karena itu perlu keterlibatan banyak pihak misalnya pihak PU, warga setempat dan petugas kelurahan atau kecamatan serta petugas kesehatan untuk menyelesaikan hal tersebut. Pihak kelurahan dan kecamatan mengajak warga untuk hidup bersih, petugas kesehatan memberikan pemahaman apa kerugian jika keadaan selokan buruk, kali kotor, dan banyak sampah. Sedangkan Petugas PU menyiapkan sarana untuk ikut membersihkan lingkungan tersebut. 87

6.3.6 Ketersediaan Air Bersih

Depkes RI 2013 menyebutkan bahwa tujuan penyehatan lingkungan pada saat bencana adalah untuk mengatur tatalaksana penyediaan, pengawasan, dan perbaikan kualitas air bersih dan sanitasi. Adanya air bersih akan membantu menurunkan risisko terjadinya penyakit menular seperti diare, typus, scabies, Leptospirosis dan penyakit lainnya. Tidak tersedianya air bersih dapat ditandai dengan masih digunakannya air genangan banjir atau air sungai untuk keperluan sehari-hari seperti mandi dan mencuci, memasak dan minum WHO, 2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar penderita air bersihnya tersedia yaitu sebanyak 88,9. Penelitian ini menunjukkan bahwa jika dilihat dari ketersediaan air bersihnya yang tersedia maka penderita masih aman dan kejadian Leptospirosis yang dialami bisa tidak dikarenakan oleh air yang mereka gunakan penderita. Akan tetapi ketika ditanya apakah pada saat banjir penderita menggunakan air genangan banjir untuk bermain, berenang atau kegiatan lainnya yang menuntut penderita kontak dengan air banjir semua penderita 100 mengatakan ia pernah sehingga dapat berpengaruh pada kejadian Leptospirosis. Apabila air genangan banjir yang digunakan mengandung bakteri Leptospira maka orang yang menggunakan air tersebut memiliki risiko yang besar untuk terkena Leptospirosis. Untuk itu Depkes RI 2008 menyebutkan bahwa salah satu upaya pencegahan Leptospirosis adalah dengan cara membersihkan air bersih dikolam-kolam renang dan sumber air