34
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Dalam penelitian ini, peneliti tidak menjadikan semua faktor yang mempengaruhi kejadian Leptospirosis yang telah disebutkan di kerangka teori
sebagai variabel penelitian. Adapun faktor yang mempengaruhi kejadian Leptospirosis yang dijadikan variabel penelitian adalah variabel komponen
penderitahost umur, jenis kelamin, keberadaan tikus, riwayat luka, tingkat pengetahuan, dan jenis pekerjaan, personal hygiene dan status pengungsian,, dan
variabel komponen lingkunganenvironment ketersediaan air bersih, ketinggian air, keberadaan sampah, tatanan rumah, kondisi selokangot, dan keberadaan tikus
didalam maupun luar rumah. Bakteri Leptospira tidak dijadikan sebagai variabel penelitian karena
peneliti tidak melakukan pemeriksaan terhadap bakteri Leptospira. Selain itu kejadian Leptospirosis ini sudah selesai terjadi penderita sudah sembuh pada
saat penelitian dilakukan sehingga sudah dapat dipastikan bahwa semua penderita positif Leptospira. Curah hujan tidak di jadikan sebagai variabel penelitian karena
penelitian ini difokuskan pada saat banjir sehingga curah hujan tidak perlu lagi diukur karna untuk kejadian Leptospirosis curah hujan dihubungkan dengan status
atau keadaan banjir. sehingga curah hujan sudah diwakili oleh kejadian banjir. Ph tanah dan Ph air tidak dijadikan sebagai variabel penelitian karena
Hasil penelitian Rejeki 2005 di Semarang dan Penelitian Priyanto 2004 di
35
Demak dengan desain Case-Control menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara PH tanah dengan kejadian Leptospirosi yaitu dengan nilai Pvalue= 0,361
dan OR 0,3 pada penelitian Rejeki dan Pvalue 0,523 dan OR=1,28 pada penelitian Priyanto.
Babi, sapi, kambing, kucing, serangga, burung dan anjing tidak dijadikan sebagai variabel dan hanya menjadikan keberadaan tikus sebagai variabel
penelitian karena pada saat ini kejadian Leptospirosis banyak ditularkan melalui tikus, seperti penyataan Dinkes Provinsi Jakarta 2003 yang menyebutkan bahwa
tikus merupakan sumber penularan Leptospirosis yang paling potensial diantara hewan-hewan lain. Selain itu tikus-tikus yang ditangkap paska banjir di lokasi
Jakarta-Bogor dianggap membawa atau paling tidak terinfeksi Leptospirae. Karena penelitian ini dilakukan di wilayah Jakarta, maka peneliti memilih tikus
baik untuk menjadi variabel penelitian. Adapun kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut:
36
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
. Status pengungsian
Ketersediaan air bersih. Leptospirosis
Umur Jenis kelamin
Riwayat luka Tingkat pengetahuan
Jenis pekerjaan Personal hygiene
Keberadaan tikus di dalam dan sekitar rumah
Ketinggian genangan air banjir
Keberadaan sampah Tatanan rumah
Kondisi selokanSPAL
37
3.2 Definisi Operasional
No Variabel Definisi
Cara Ukur Alat ukur
Hasil Ukur Skala Ukur
1 Leptospirosis Penderita yang didiagnosis menderita
leptospirosis oleh
dokter dan
terlaporkan di Puskesmas Cengkareng pada saat banjir periode Januari-
Februari 2014 Observasi
Laporan PE kejadian
leptospirosis di Puskesmas
Cengkareng Jumlah kejadian Leptospirosis
Rasio
2 Umur
Usia responden pada saat didiagnosis menderita Leptospirosis pada saat
periode banjir Januari-Februari 2014. Wawancara
Kuisioner Dalam satuan tahun
Rasio
3 Jenis
Kelamin Jenis kelamin yang dimiliki oleh
penderita Leptospirosis pada saat didiagnosa Leptospirosis
Wawancara Kuisioner
1. Laki-laki 2. Perempuan
nominal