56
6.2.1 Umur
Kejadian suatu penyakit sering dikaitkan dengan umur. CDC 2012 menyebutkan bahwa manusia dengan segala lapisan umur rentan terhadap
infeksi Leptospirosis. Aulia 2012 juga menyebutkan bahwa kejadian Leptospirosis tidak terjadi pada spesifik umur tertentu, Leptospirosis
diketahui terjadi pada semua umur berkisar antara balita sampai lansia yaitu 1 tahun sampai lebih dari 65 tahun.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita berumur 20-40 tahun dan 40 tahun yaitu masing-masing sebanyak 7
38,9. Sedangkan penderita yang berumur 20 tahun sebanyak 22,2. Sesuai dengan teori Soejoedono 2004 yang menyebutkan bahwa pada
prinsipnya semua umur manusia dapat terserang Leptospirosis karena semua umur mempunyai potensi keterpaparan exposure potential dan
pengalaman terpapar exposure experience yang sama. Akan tetapi kejadian Leptospirosis lebih sering terjadi pada individu berumur antara 20-
40 tahun. Poeppl 2013 juga menyebutkan bahwa kasus Leptospirosis banyak terjadi pada kisaran umur tersebut yaitu antara umur 20 sampai 50
tahun. Penelitian Rejeki 2005 dan Ketaren 2009 menunjukkan bahwa
kasus Leptospirosis terbanyak ditemukan pada rentang umur 40 –49 tahun
dan berumur 20 tahun yaitu sebanyak 83,7. Pada usia diatas 20 tahun ini atau usia dewasa keatas seseorang berpotensi untuk memiliki tererpaparan
yang lebih besar. Subroto 1981 dalam Armandari 2005 menyebutkan
57
bahwa Leptospirosis kerap dijumpai pada usia dewasa karena pada usia dewasa mereka mulai bekerja dan banyak beraktifitas di luar rumah
sehingga mereka banyak terpapar oleh hewan yang terinfeksi dan lingkungan yang terkontaminasi.
Jika dilihat dari kelompok umur yang paling banyak dan jenis kelamin penderita, maka sebagian besar kelompok umur tersebut berjenis
kelamin laki-laki yaitu 6 penderita 85,7 pada umur 20-40 tahun dan 4 penderita 57,1 pada umur 40 tahun. Artinya kejadian Leptospirosis
pada kelompok umur tersebut bisa dikarenakan mereka merupakan laki-laki dewasa sehingga memiliki aktifitas di luar rumah lebih banyak dan pada
saat banjir kelompok mereka lebih sering kontak dengan air genangan banjir. Selain itu angka kematian akibat penyakit Leptospirosis meningkat
seiring dengan bertambahnya usia penderita. Penderita yang berusia 51 tahun, mortalitasnya mencapai 56 karena kemampuan imunitas akan
menurun sesuai dengan peningkatan usia termasuk kecepatan respons imun melawan infeksi penyakit Widoyono, 2008 dan Fatmah, 2006.
Meskipun kejadian Leptospirosis lebih sering terjadi pada usia dewasa dan tua, kejadian Leptospirosis juga bisa terjadi pada anak-anak.
Sehgal et.al 1991, WHO 2004 dan Widoyono 2008 menyebutkan bahwa anak-anak juga dapat terpapar Leptospirosis pada saat mereka
bermain di halaman digenangan air hujan atau lumpur, pada saat berenang dan piknik diluar rumah.
58
Penelitian ini dilakukan pada saat terjadi banjir sehingga semua umur berpotensi untuk terkena Leptospirosis karena mereka memiliki
paparan yang sama yaitu air genangan banjir. Oleh sebab itu orang dengan semua lapisan umur harus bersiap-siap untuk mengantisipasi agar tidak
kontak dengan tikusurinya atau dengan hewan lain yang bisa menularkan penyakit Leptospirosis dengan cara selalu melakukan upaya pencegahan
seperti berperilaku hidup bersih dan sehat dan memakai alat pelindung diri ketika ingin kotak dengan hewan terinfeksi dan air genangan banjir.
6.2.2 Jenis Kelamin
Beberapa kejadian penyakit sering dikaitkan dengan jenis kelamin seseorang. Poeppl 2013 menyebutkan bahwa salah satu faktor yang
berkontribusi terhadap kejadian Leptospirosis adalah jenis kelamin. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian Leptospirosis
paling banyak terjadi pada jenis kelamin laki-laki yaitu sebayak 72,2, sedangkan pada perempuan sebanyak 27,8. Begitu juga teori Mandal
2008 yang menyebutkan bahwa sebagian besar kasus Leptospirosis terjadi pada laki-laki. Pada saat banjir laki-laki turun langsung membersihkan
lingkungan sehingga dapat terpapar kotoran rodent lebih besar Seghal et.al, 1991. Pada dasarnya laki-laki dan perempuan memiliki risiko yang sama
untuk menderita Leptospirosis, akan tetapi pada umumnya laki-laki cenderung kurang peduli jika mengalami luka yang bisa menjadi tempat
masuknya bakteri Soejoedono, 2004.