Umur Distribusi Kejadian Leptospirosis Berdasarkan Komponen Host Penderita

59 Penelitian Goris, dkk 2013, Vieira, dkk 2006, Prastiwi 2012, dan Armandari 2005 menunjukkan bahwa kejadian Leptospirosis lebih banyak pada kelompok laki-laki yaitu masing-masing 91,1, 73, 77,1, dan 53. Sedangkan penelitian Rejeki 2005 dan Manurung 2006 menunjukkan bahwa kejadian Leptospirosis lebih banyak pada perempuan yaitu sebesar 76,2 dan 66,8. Perempuan dapat terinfeksi Leptospirosis pada saat membersihkan rumah, memegang hewan peliharaan, berenang dan piknik diluar ruangan Widoyono, 2008. Penelitian ini jenis kelamin juga tidak begitu berpengaruh penelitian dilakukan pada saat terjadi banjir sehingga semua jenis kelamin memiliki paparan yang sama dan berpotensi untuk terkena Leptospirosis. Oleh sebab itu, baik laki-laki maupun perempuan harus sama-sama mengantisipasi atau mencegah terjadinya Leptospirosis.

6.2.3 Jenis Pekerjaan

Salah satu faktor risiko Leptospirosis adalah berasal dari pekerjaan. Jenis pekerjaan dapat mempengaruhi tingkat keterpaparan pekerja dengan hewan yang terinfeksi WHO, 2011. Kelompok pekerja yang berisiko terkena Leptospirosis adalah dokter hewan, peternak, tukang potong daging, petugas laboratorium, pekerja pengendali jumlah tikus, petani padi dan tebu, pekerja tambang, nelayan, tentara dan pekerja lain yang sering kontak langsung dengan hewan Chin, 2009; Widoyono, 2008 dan Mandal, 2008. Kelompok pekerja ini berisiko karena terkait dengan penularan langsung, dimana pekerja tersebut memiliki kemungkinan yang besar bersentuhan 60 dengan cairan tubuh atau urin dari hewan yang terinfeksi Leptospirosis. Sedangkan petani, militer dan atlet olah raga air berisiko terkena infeksi Leptospirosis secara tidak langsung yaitu dari lingkungan atau air dan tanah yang terkontaminasi Depkes RI, 2008. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita memiliki pekerjaan yang tidak berisiko yaitu sebanyak 72,2. Begitu pula penelitian Ketaren 2007, Rejeki 2005, manurung 2006, dan Armandari 2005 juga menunjukkan bahwa sebagian besar penderita memiliki pekerjaan yang tidak berisiko. Penelitian Ketaren 2007 menunjukkan sebanyak 93,9, Rejeki 2005 menunjukkan 92, Manurung 2006 menunjukkan 91,5, dan penelitian Armandari 2005 menunjukkan 98,9 penderita memiliki pekerjaan tidak berisiko. Hasil penelitian ini sama dikarenakan pengkategorian yang dipakai sama. Manurung 2006 mengkategorikan pekerjaan berisiko adalah petani dan nelayan. Armandari mengkategorikan pekerjaan berisiko adalah petani, pekerja kebun, pekerja tambang, rumah potong, dokter hewan, mantri hewan, perenang, penjelajah hutan, pembersih selokan. Ketaren mengkatergorikan pekerjaan berisiko adalah penambang, petani, nelayan, peternak, dan dokter hewan. Sedangkan Rejeki mengkategorikan pekerjaan berisiko adalah petani, dokter hewan, pekerja pemotong hewan, tukang sampah, pekerja pengontrol tikus, pekerja selokan, buruh tambang dan tentara. Selain itu penelitian ini di lakukan di kota-kota besar seperti 61 Semarang, Jakarta dan Aceh sehingga untuk pekerjaan petani, nelayan, peternak, dan pengontrol tikus tidak ditemukan. Pada dasarnya semua pekerjaan berisiko terkena Leptosporosis asalkan pekerjaan tersebut memiliki kemungkinan dan berpotensi untuk kontak dengan urin tikus. Jika dibandingkan dengan jenis kelamis, maka semua pekerjaan berisiko dimiliki oleh penderita dengan jenis kelamin laki- laki. Meskipun demikian, sebagian besar laki-laki memiliki pekerjaan yang tidak berisiko yaitu sebanyak 61,5 yang terdiri dari buruh bangunan, petugas AC dan siswa. Pada saat banjir siswa tersebut bermain air banjir tanpa menggunakan sepatu dan mereka mempunyai riwayat luka di kaki berupa kutu air sehingga mereka kontak dengan air genangan banjir, begitu pula dengan petugas AC dan buruh bangunan. Sedangkan semua penderita perempuan yaitu 100 memiliki pekerjaan yang tidak berisiko yaitu bekerja sebagai ibu rumah tangga, meskipun demikian perempuan memiliki kemungkinan atau potensi yang sama untuk terpapar bakteri Leptospira. Pada saat membersihkan rumah, ibu rumah tangga sering memegang dan membersihkan perabotan rumah, kayu, dinding, selokan, gudang, halaman dan tempat-tempat terkecil dari rumah misalnya kolong meja, kolong tempat tidur dan sebagainya sehingga ibu rumah tangga tersebut berpeluang untuk kontak dengan urin tikus. Artinya semua pekerjaan baik berisiko maupun berisiko menurut teori Chin 2009, baik laki-laki maupun perempuan memiliki potensi yang sama untuk terkena