Keberadaan Tikus di Dalam Maupun di Luar Rumah

75 Rejeki juga di gunakan oleh peneliti dalam penelitian ini untuk melihat keberadaan tikus. Penelitian Ketaren 2009 juga menunjukkan bahwa rumah responden yang terdapat keberadaan tikus sebanyak 32 penderita 65. Dalam penelitian ini keberadaan tikus dilihat dengan memasang perangkap tikus di rumah penderita dan dilihat 24 jam kemudian. Jika ketika dilakukan pengamatan didapati tikus dirumah penderita maka dinyatakan rumah penderita terdapat tikus. dalam penelitian ini kemungkinan penderita yang rumahnya terdapat tikus lebih besar dari 35 karena pada saat penelitian tikus yang ada di rumah tidak terperangkap dan masih berkeliaran di dalam maupun diluar rumah. Sebagian besar rumah penderita terdapat tikus, oleh sebab itu perlu dilakukan upaya pencegahan dengan cara menghindari kontak dengan tikus dan hewan piaraan lainnya. jika ingin kontak dengan hewan peliaraan sebaiknya selalu menggunakan sarung tangan dan mencuci tangan setelah kontak dengan hewan piaraan tersebut menggunakan sabun.

6.3.2 Ketinggian Genangan Air

Ketinggian genangan air pada saat banjir dianggap bisa mempengaruhi kejadian Leptospirosis. Data ketinggian genangan air akibat banjir ini diperoleh dari Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat. Data ketinggian air perhari pada saat banjir kemudian dilihat nilai rata-ratanya mean dan Median. Kemudian penulis menggunakan nilai rata-rata tersebut mean yaitu 36,33 untuk mengkategorikan ketinggian genangan air akibat 76 banjir karena variabel ini berdistribusi normal. ketinggian air rendah bila hasilnya =36,33 dan tinggi bila 36,33. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar ketinggian genangan air pada saat banjir di lingkungan rumah penderita rendah =36,33 yaitu sebanyak 10 penderita 55,6 dan ketinggian air genangan banjir tinggi 36,33 sebanyak 8 penderita 44,4. Genangan air yang tinggi pada saat banjir akan membuat banjir semakin lama surut sehingga bakteri Leptospirosis akan lebih lama berada bersama air genangan banjir tersebut. Bakteri Leptospira dapat bertahan pada suhu 28-30 °C dan PH 7,2- 8,0 PH ini merupakan PH Air yang netral sehingga bakteri Leptospira dapat hidup lama dan menetap pada air genangan banjir yang ada Chin, 2009. Leptospirosis patogenik dapat hidup selama 4 minggu pada air segar, 6 bulan pada tanah yang mengandung urin, 24 jam pada air laut Mandal, 2008. Semakin tinggi genangan air banjir dan semakin lama banjir maka akan mengakibatkan semakin lama responden untuk kontak dengan air genangan akibat banjir tersebut. Dalam kondisi banjir, tikus-tikus mencari habitat baru dengan cara “ikut mengungsi” bersama-sama penduduk. Tikus- tikus yang mengandung bibit penyakit Leptospirosis yaitu Leptospira akan menularkan bibit penyakit itu kepada manusia Depkes RI. 2005. Bakteri Leptospira yang berada pada genangan air pada saat banjir tersebut dapat masuk ke dalam tubuh jika bagian tubuh tersebut terendam lama pada air yang terinfeksi yaitu masuk melalui luka atau pori-pori 77 CDC, 2012. Penelitian yang telah dilakukan menunjujukkan bahwa ada kecenderungan jumlah penderita Leptospirosis meningkat setelah lama banjir sampai 3 hari atau lebih Gindo, 2002 dalam Ketaren, 2009. Selain itu ketinggian air genangan yang tinggi dan lama akan mengakibatkan kerusakan dan pencemaran lingkungan. Air banjir dapat mengotori atau mengkontaminasi rumah maupun bahan makanan yang tidak tertutupi sehingga apabila air genangan banjir tersebut terinfeksi bakteri Leptospira maka rumah atau bahan makanan akan tercemar bakteri Leptospira. Ketinggian genangan air pada saat banjir dapat mempengaruhi upaya pencegahan seseorang terhadap kejadian Leptospirosis seperti pemakuaian Alat Pelindung Diri APD. Bila air genangan banjir tinggi dan melebihi ketinggian lutut maka penggunaan APD seperti sepatu boot pada saat banjir akan sia-sia karena sepatu boot yang ada pada saat ini rata-rata hanya mampu melindungi sampai lutut saja. Penelitian Harrianto 2011 menunjukkan bahwa tinggi lutut usia 19- 21 tahun rata-rata adalah 55,4 cm pada laki-laki dan 50,3 cm pada perempuan. Hardiansyah 2008 menunjukkan bahwa rata-rata tinggi lutut laki-laki umur 55-59 adalah 48,8 cm dan perempuan adalah 45,7 cm. Sedangkan pada umur 60-64 tahun, tinggi lutut laki-laki adalah 49,1 cm dan perempuan 4,7 cm. Pada penelitian ini sebagian besar berumur penderita 20 tahun sehingga tinggi lututnya antara 45-55 cm. Jika dibandingkan dengan rata-rata ketinggian air genangan akibat banjir 36,33, maka para penderita masih bisa menggunakan sepatu boot pada saat terjadi banjir. 78 Akan tetapi jika dilihat dari hasil wawancara mendalam, sebagian besar penderita mengatakan bahwa ketinggian genangan air banjir pada saat banjir melebihi lutut sehingga sia-sia jika menggunakan sepatu boot. Berikut adalah kutipan beberapa informan penelitian: “Ngga.. saya ngga pake sepatu pas banjir.. percuma aja pake sapatu.. banjirnya diatas lutut tingginya” kalau bajirnya dikit-dikit itu baru pake sepatu”YTM, KKA. “Ada sih itu sepatu bootnya cuma ngga di pakai pas banjir.. banjirnya aja sampai dalam rumah.. kadang sepinggang”AD, KKA “Kalau ngojek biasanya pakai sendal aja.. ribet pakai sepatu boot.. banjirnya tinggi” ya mau pakai kalau banjirnya dikit-dikit” MM, KKA. Hasil wawancara menggunakan kuisioner tidak sama dengan hasil wawancara mendalam karena penulis langsung menghitung rata-ratanya tanpa menyajikan data ketinggian air per harinya. Jika dilihat dari data per harinya ada yang menunjukkan ketinggian air yang mencapai 100 cm. Pada saat wawancara mendalam, informan menyebutkan ketinggian air yang tertinggi tersebut 100 cm. Ada kemunginan juga tinggi lutut responden tidak sama dengan rata-rata standar tinggi lutut yang disebutkan oleh hasil penelitian terdahulu. Penelitian Dwiari 2007 menunjukkan bahwa bahwa kasus Leptospirosis di Jakarta lebih banyak tersebar di wilayah dengan rata-rata ketinggian air genangan akibat banjir yang lebih tinggi yaitu antara 51-100 cm. Meskipun ketinggian air penelitian Dwiari dan penelitian ini tidak