Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya Kecerdasan linguistik

54 a. Kondisi Fisik Kondisi fisik dapat diamati dari kemampuan mata, telinga, alat ucap, dan tangan yang dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Selain itu dapat dilihat dengan kemampuan siswa dalam menggunakan alat inderanya ketika melakukan kegiatan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Kondisi mata siswa yang sehat, maka siswa mampu melihat dan membaca dengan benar. Kondisi telinga berkaitan dengan kemampuan siswa dalam mendengarkan. Kondisi alat ucap berhubungan dengan kemampuan siswa dalam berbicara. Kondisi tangan berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menulis tanpa mengalami suatu kendala. Siswa mampu mengerjakan tugas tertulis, sehingga siswa akan memanfaatkan tangan, mata dan indera lain untuk menyelesaikan tugas dan ketika siswa mendapatkan tugas untuk berdiskusi, tanya jawab, dan percobaan, siswa mampu memanfaatkan alat gerak, mulut, mata dan indera lain untuk menyelesaikannya dengan baik. Hasil observasi menunjukkan bahwa kondisi fisik sebagian besar siswa meliputi mata, alat ucap, telinga dan tangan baik sehingga siswa mampu melakukan kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Ada satu anak bernama IGR yang terkadang memakai kacamata. Anak tersebut agak kesulitan ketika melakukan kegiatan membaca tulisan yang kecil. Ketika menulis soal bahasa Indonesia berupa melengkapi kata dalam suatu paragraf yang ada di 55 layar LCD, siswa tersebut sering salah dalam menulis soal. Urutan kalimat yang ditulis siswa tersebut terbolak balik sehingga siswa salah dalam melengkapi kata dalam suatu paragraf. Siswa tersebut jarang menggunakan kacamatanya ketika melakukan kegiatan belajar di sekolah. Siswa tersebut mengalami cacat mata sehingga menghambat dalam melakukan aktifitas membaca dan menulis. Hanya satu anak bernama HIP yang tangan kirinya retak, namun tetap bisa melakukan kegiatan menulis walaupun terkadang tertinggal ketika melakukan kegiatan menulis. Selain siswa IGR, siswa yang lain mampu memanfaatkan alat inderanya untuk mengerjakan tugas maupun melakukan aktifitas belajar di kelas dengan baik. Hanya ada satu siswa yang mengalami kendala fisik khususnya alat indera penglihatannya dalam melakukan kegiatan membaca dan menulis. Hasil wawancara dengan IGR siswa kelas 4 selama penelitian diperoleh informasi, sebagai berikut. “Kesehatan indera pendengaranku baik. Aku bisa melakukan kegiatan menyimak tanpa mengalami kendala fisik. Kesehatan alat ucapku baik. Aku bisa melakukan kegiatan berbicara tanpa mengalami kendala fisik. Kondisi mataku silinder. Aku jarang pakai kacamata karena malas. Tidak ada kendala dalam membaca kalau bacanya jarak dekat. Kalau jarak jauh aku membacanya suka salah kecampur- campur antara baris kalimat satu dengan yang lain. Kesehatan tanganku baik sehingga a ku tidak mengalami kendala kalau menulis.” 19 Oktober 2015 Hasil wawancara dengan siswa HIP selama penelitian diperoleh informasi, sebagai berikut. 56 “Kesehatan telinganku baik sehingga aku mampu mendengarkan dengan baik. kesehatan alat ucapku juga baik sehingga aku mampu berbicara dengan normal. Kondisi mataku juga baik sehingga aku mampu melihat dan membaca dengan baik. aku sewaktu kelas 3 pernah jatuh sehingga tangan kiriku retak akan tetapi aku bisa menulis karena tangan kananku sehat. Selama ini aku tidak mengalami masalah saat menulis. ketika olahraga atau TIK aku agak kesusahan karena tanganku yang bisa digerakan dengan leluasa hanya tangan kanan saja.” 19 Oktober 2015 Hasil wawancara dengan MKRAS teman sebaya selama penelitian diperoleh informasi, sebagai berikut. “Kondisi telinga semua anak disini baik. Teman-temanku bisa mendengar dengan baik dan gak ada kendala dalam mendengarkan. Semua siswa sehat panca inderanya jadi bisa berbicara dengan normal. Penglihatan teman-temanku sehat semua . IGR kadang- kadang memakai kacamata. IGR itu kalau gak minus ya silinder tapi dia jarang dipakai kacamatanya. Semua bisa membaca cuma ada beberapa yang kalau membaca gak lancar. Kesehatan tangan semuanya baik kecuali HIP. HIP tangan kirinya retak akan tetapi dia bisa menulis dengan baik. Sehingga semua teman-temanku tidak mengalami kendala menulis.” 2 November 2015 Hasil wawancara dengan guru kelas diperoleh informasi, sebagai berikut. “Setahu saya baik-baik saja kondisi telinga siswa. Semuanya mampu mendengar dengan normal. Tidak ada kendala dalam menyimak. Semua siswa juga bisa berbicara normal. Anak yang bernama IGR terkadang memakai kacamata tapi saya kurang tahu dia cacat mata jenis apa. Semuanya bisa membaca secara normal.Tidak ada kendala dalam menulis. Kalau Hanin itu kemarin habis jatuh waktu kelas 3. Saya sarankan ke dokter tapi orangtuanya memilih alternatif. Tapi kalau menulis bisa Hanin itu.” 28 Oktober 2015 Berdasarkan hasil observasi, wawancara siswa, teman sebaya dan guru di atas, dapat diperoleh kesimpulan bahwa ada satu anak yang mengalami cacat mata silinder. Anak tersebut jarang memakai kacamatanya sehingga ketika melakukan kegiatan membaca di papan tulis dengan jarak yang jauh mengalami hambatan fisik 57 khususnya alat indera penglihatannya. Hambatan yang dikarenakan kondisi kesehatan mata siswa IGR akan mempengaruhi kemampuan siswa dalam memperoleh informasi melalui kegiatan membaca sehingga, kondisi fisik siswa IGR mempengaruhi kecerdasan linguistiknya. Namun, sebagian besar siswa memiliki kondisi fisik yang baik sehingga siswa bisa melakukan kegiatan menyimak, berbicara, membaca dan menulis tanpa kendala yang berkaitan dengan fisik siswa. Siswa mampu memanfaatkan alat inderanya dengan baik untuk melakukan kegiatan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Kondisi fisik memiliki peran terhadap perkembangan kecerdasan linguistik siswa, sehingga kondisi fisik siswa mempengaruhi kecerdasan linguistik siswa. b. Kondisi Emosi Kondisi emosi siswa dapat dilihat dari antusias atau semangat siswa untuk melakukan kegiatan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Kegiatan menyimak dapat berupa menyimak penjelasan guru, menyimak teman yang sedang berbicara dan menyimak video pembelajaran. Kegiatan berbicara dalam hal ini yaitu bertanya kepada guru, menjawab suatu pertanyaan secara lisan, dan mengemukakan pendapat. Kegiatan membaca bisa berupa membaca nyaring maupun membaca dalam hati. Sedangkan kegiatan menulis bisa dilihat dengan antusias siswa ketika diminta membuat laporan tugas, membuat karya 58 tertulis seperti pantun, cerpen dan puisi serta mencatat materi pelajaran. Hasil observasi menunjukkan bahwa beberapa siswa sangat bersemangat melakukan kegiatan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Siswa terlihat bersemangat ketika menyimak video pembelajaran. Namun, siswa IGR, AZ, ARR, dan MIM hanya bisa fokus menyimak selama kurang lebih 7 menit, setelah itu siswa tersebut berbicara sendiri maupun dengan temannya sehingga suasana kelas gaduh. Siswa IGR, AZ, ARR, dan MIM mudah merasa bosan dan perhatiannya teralihkan oleh hal lain. Kadang-kadang guru perlu memfokuskan siswa IGR, AZ, ARR, dan MIM dengan menegurnya. Ketika kegiatan menyimak siswa yang membaca nyaring, jika ada siswa yang diminta membaca namun tidak bisa melanjutkan maka siswa tersebut akan diminta untuk maju di kelas membawa buku. Hukuman itu diberikan kepada siswa supaya siswa menjadi fokus dalam menyimak. Beberapa siswa paling antusias ketika mencari jawaban atas soal yang diberikan oleh guru secara lisan maupun tertulis. Beberapa siswa juga bersemangat untuk bertanya kepada guru mengenai materi yang belum dipahami. Ketika siswa diberi pertanyaan oleh guru baik lisan maupun tertulis beberapa siswa berebut untuk menjawab pertanyaannya. Beberapa siswa berusaha untuk menjawab pertanyaan yang diberikan guru secara lisan dengan mengangkat tangan. 59 Beberapa siswa memiliki semangat yang bagus jika mereka ingin menjawab, walaupun jawaban yang diutarakan terkadang belum tepat. Siswa yang bersemangat melakukan kegiatan berbicara hanya siswa itu-itu saja. Siswa R dan SDA sangat jarang melakukan kegiatan berbicara. Siswa-siswa tersebut jarang melakukan aktifitas bertanya, menjawab pertanyaan atau mengemukakan pendapatnya. Siswa R dan SDA kurang bersemangat melakukan kegiatan berbicara, ketika diberikan pertanyaan lisan oleh guru, siswa tersebut menjawab dengan pelan dan kurang percaya diri bahkan terkadang diam saja ketika guru memberikan kesempatan bertanya, menjawab pertanyaan guru atau dimintai untuk berpendapat. Beberapa siswa merasa bersemangat ketika melakukan kegiatan membaca nyaring tentang cerpen dengan percaya diri. Siswa berebut dengan mengacungkan jari supaya ditunjuk oleh guru untuk membaca nyaring di kelas. Beberapa anak merasa percaya diri dan mengacungkan jari supaya ditunjuk membaca nyaring walaupun kemampuan membacanya belum baik. Siswa R dan SDA memiliki kemampuan membaca sudah baik tapi anak tersebut tidak percaya diri, tidak bersemangat dan tidak berinisiatif sendiri untuk membaca nyaring tanpa ditunjuk guru. Siswa-siswa tersebut mau membaca nyaring apabila ditunjuk guru. Siswa IGR, AZ, ARR, dan MIM tidak terlihat bersemangat melakukan kegiatan membaca karena siswa 60 tersebut terlihat merasa bosan dan mengantuk ketika membaca materi yang banyak Beberapa siswa terlihat bersemangat ketika mencatat materi pelajaran, membuat pantun, cerpen dan puisi. Beberapa siswa yang memiliki kemampuan menulis yang sudah baik terlihat bersemangat ketika membuat pantun, puisi, dan cerpen. Siswa IGR, AZ, ARR, dan MIM yang memiliki kecerdasan linguistik yang kurang, ketika diminta mengerjakan tugas menulis karya tertulis hanya diam saja dan lama mengerjakan tugasnya. Bahkan keempat siswa tersebut rame dan mengganggu temannya yang sedang mengerjakan tugas menulis karya tertulis. Hasil wawancara terhadap ARR diperoleh informasi sebagai berikut. “Aku bersemangat kalau menyimak teman yang membaca nyaring. Soalnya kalau tidak menyimak nanti kalau disuruh melanjutkan membaca gak bisa. Aku juga bersemangat melakukan kegiatan berbicara, biasanya aku tanya materi yang belum jelas. Aku agak malas membaca. Di rumah aku jarang baca buku. Akbu baca-baca kalau ada PR atau ulangan saja. Aku gak semangat membuat pantun soalnya aku gak bisa . ” 22 Oktober 2015 Hasil wawancara terhadap R diperoleh informasi sebagai berikut. “Aku bersemangat melakukan kegiatan menyimak baik menyimak penjelasan guru maupun menyimak teman. Aku tidak berani melakukan kegiatan bertanya kepada guru maupun mengemukakan pendapat di depan teman-teman karena aku malu dan takut salah. Aku bersemangat kalau membaca dalam hati. Aku juga bersemangat kalau melakukan kegiatan menulis.” 61 Hasil wawancara terhadap ZAHL teman sebaya diperoleh informasi sebagai berikut. “Siswa kelas 4 biasanya kalau diputarkan video pembelajaran hampir semua bersemangat mendengarkan, paling yang sering ramai siswa IGR, AZ, ARR, dan MIM. Teman-teman paling semangat kalau melakukan kegiatan berbicara. Kadang ada yang tanya sama pak guru atau menjawab pertanyaan dari guru. Namun, beberapa teman sekelasku seperti R dan SDA yang jarang sekali melakukan kegiatan berbicara. Beberapa teman-temanku bersemangat membaca jika bacaannya menarik kadang ada yang minta sendiri supaya ditunjuk membaca nyaring sama pak guru tapi kalau bacaannya materi membosankan banyak yang malah terus mengantuk.Kemarin waktu menulis pantun jenaka banyak yang bersemangat tapi ada beberapa temanku yang masih salah dalam membuat pantun.” 2 November 2015 Hasil wawancara dengan guru kelas diperoleh informasi sebagai berikut. “Siswa bersemangat melakukan kegiatan menyimak. Hanya satu atau dua anak yang susah untuk dilatih menyimak. Kadang-kadang ada anak yang diminta menyimak temannya membaca, tapi dia malah membaca sendiri jadi ketika diminta melanjutkan temannya untuk membaca tidak bisa. Beberapa siswa bersemangat melakukan kegiatan berbicara. Kadang-kadang malah ada yang over. Belum ditunjuk untuk berbicara malah sudah berbicara terlebih dahulu. Namun, siswa SDA dan R tidak berinisiatif sendiri untuk melakukan kegiatan berbicara mungkin karena malu sehingga ketika melakukan kegiatan berbicara tidak terlihat semangat dan hanya diam saja di kelas. Namun, kalau sudah ditunjuk semua siswa tetap mau melakukan kegiatan berbicara. Siswa bersemangat melakukan kegiatan membaca. Ada yang tanpa disuruh mau membaca buku-buku cerita maupun buku yang lain. Namun, siswa IGR, AZ, ARR, dan MIM masih belum terlihat bersemangat jika membaca materi yang banyak terkadang malah ada yang mengantuk ketika melakukan kegiatan membaca materi yang banyak. Hal ini dikarenakan siswa masih belum terbiasa untuk rajin membaca sehingga mudah bosan atau tidak bersemangat apabila melakukan aktifitas membaca. Siswa bersemangat melakukan kegiatan menulis contohnya membuat laporan dan tugas-tugas tapi ya siswa IGR, AZ, ARR, dan MIM membutuhkan bimbingan khusus .” 28 Oktober 2015 62 Berdasarkan hasil wawancara siswa, teman sebaya dan guru kelas diperoleh kesimpulan bahwa kondisi emosi siswa mempengaruhi perkembangan kecerdasan linguistiknya. Siswa R dan SDA kurang bersemangat ketika melakukan kegiatan berbicara dengan alasan malu ataupun takut salah. Sikap siswa yang kurang bersemangat ketika melakukan kegiatan berbicara bisa menghambat perkembangan kecerdasan linguistiknya khususnya keterampilan berbicara siswa. Siswa IGR, AZ, ARR, dan MIM merasa bosan, tidak bersemangat dan mengantuk ketika membaca materi yang banyak. Kondisi emosi siswa yang tidak bersemangat ketika melakukan kegiatan membaca bisa menghambat perkembangan kecerdasan linguistik siswa khususnya keterampilan membaca siswa. Kondisi emosi siswa IGR, AZ, ARR, dan MIM ketika melakukan kegiatan menulis kurang bersemangat karena siswa tidak fokus mengerjakan tugas membuat karya tertulis. Kondisi emosi siswa IGR, AZ, ARR, dan MIM ketika melakukan kegiatan menyimak, siswa hanya mampu fokus menyimak sekitar 7 menit di awal kegiatan. Siswa mudah teralihkan perhatiannya sehingga terkadang ramai di kelas. c. Minat siswa Minat siswa dalam hal ini yaitu perbuatan. Siswa mau melakukan kegiatan menyimak, berbicara, membaca dan menulis dengan baik. siswa mampu melakukan tugas dari guru ketika diminta melakukan kegiatan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Hasil observasi 63 menunjukkan bahwa siswa mau melakukan kegiatan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. kegiatan menyimak yang dilakukan siswa yaitu menyimak penjelasan guru, menyimak presentasi dari kelompok belajar, menyimak video pembelajaran dan menyimak temannya yang membaca nyaring yang dilakukan secara bergiliran. Ketika melakukan kegiatan menyimak penjelasan guru, semua siswa mau melakukannya namun, setelah kurang lebih 7 menit kadang-kadang siswa IGR, AZ, ARR, dan MIM tidak menyimak karena gaduh sendiri sehingga guru harus mengingatkan anak tersebut supaya menyimak dengan baik. Ketika melakukan kegiatan menyimak siswa yang membaca nyaring, semua siswa yang lain mau menyimak namun ketika diminta meneruskan membaca terkadang ada siswa yang kurang tepat dalam meneruskan membacanya. Saat menyimak video pembelajaran siswa mau melakukannya dengan baik, namun terkadang siswa IGR, AZ, ARR, dan MIM kurang fokus dalam menyimak karena perhatiannya teralihkan oleh hal lain atau karena diganggu oleh temannya yang berbicara sendiri ketika melakukan kegiatan menyimak. Sebagian besar anak bisa fokus dari awal hingga akhir kegiatan menyimak. Siswa yang perhatiannya teralihkan ketika melakukan kegiatan menyimak, ketika ditegur oleh guru maka siswa tersebut mau melakukan kegiatan menyimak kembali. Siswa kelas IV mau melakukan kegiatan berbicara dengan percaya diri namun siswa R dan SDA jarang melakukan kegiatan berbicara. 64 Walaupun jarang melakukan kegiatan berbicara bila diminta guru untuk melakukan kegiatan berbicara siswa tersebut mau melakukan. Kegiatan berbicara yang biasa dilakukan oleh siswa yaitu bertanya, menjawab pertanyaan guru dan mengemukakan pendapat secara lisan. Selain itu siswa juga mau mempresentasikan tugasnya baik secara kelompok maupun individu. Jadi semua siswa baik siswa yang kecerdasan linguistiknya tinggi maupun yang rendah mau melakukan kegiatan berbicara namun keterampilannya dalam mengkomunikasikan secara lisan tetap berbeda-beda. Siswa mau membaca nyaring baik ketika diminta guru ataupun siswa mengajukan sendiri supaya diperbolehkan membaca nyaring di kelas. Kemampuan membaca siswa berbeda-beda ada yang sudah lancar dan intonasinya baik namun siswa IGR, AZ, ARR, dan MIM perlu dilatih lagi kemampuan membacanya karena masih belum lancar dalam membaca. Siswa ARR kemampuan membacanya masih sangat kurang, namun anak tersebut terkadang mempunyai inisatif sendiri untuk mengajukan diri kepada guru supaya ditunjuk untuk membaca nyaring di kelas. Siswa yang kemampuannya membaca sudah baik beberapa sangat antusias dan berebut supaya diperbolehkan guru untuk membaca nayring di kelas. Jadi baik siswa yang kemampuan membacanya sudah baik maupun siswa yang kemampuan membacanya kurang, mau melakukan kegiatan membaca di kelas. Beberapa siswa ada yang menggunakan 65 waktu istirahatnya untuk membaca buku cerita yang ia pinjam di perpustakaan sekolah. Siswa kelas IV mau melakukan kegiatan menulis baik menulis ketika mengerjakan tugas seperti puisi, cerpen dan pantun maupun mencatat materi pelajaran. Namun, siswa IGR, AZ, ARR, dan MIM masih membutuhkan bimbingan dan arahan yang lebih dari guru dikarenakan masih mengalami kesulitan dalam menulis suatu karya seperti pantun. Siswa IGR, AZ, ARR, dan MIM kemampuan menulisnya masih kurang ketika menyelesaikan tugas menulis membutuhkan waktu yang lebih lama jika dibandingkan dengan siswa yang keterampilan menulisnya sudah baik. Secara keseluruhan, semua siswa mau melakukan kegiatan menulis walaupun terkadang ada yang perlu dibimbing dan dikondisikan supaya siswa mau melakukan kegiatan menulis dengan baik. Hasil wawancara kepada siswa MIM diperoleh informasi sebagai berikut. “Aku selalu mau menyimak kalau pelajaran. Tapi aku kadang-kadang rame karena merasa bosan. Aku jarang menjawab pertanyaan dari pak Win atau tanya tentang materi pelajaran. Aku mau melakukan kegiatan membaca ketika di kelas. Aku mau melakukan kegiatan menulis seringnya mencatat atau mengerjakan tugas seperti membuat laporan, puisi, pantun dan cerpen. Tapi kadang aku perlu dibimbing buat menulis pantun .” 24 Oktober 2015 Hasil wawancara terhadap siswa IGR diperoleh informasi sebagai berikut. 66 “Aku mau melakukan kegiatan mendengarkan penjelasan guru, mendengarkan teman yang membaca nyaring tapi kadang aku ditegur sama guru karena rame. Tapi awal-awalnya aku mendengarkan kalau bosan kadang aku rame. Aku mau melakukan kegiatan berbicara seperti bertanya sama guru. Aku merasa percaya diri kalau melakukan kegiatan berbicara. Aku mau meakukan kegiatan membaca nyaring apalagi kalau bacaannya temanya kesukaanku. Tapi kalau di rumah aku membaca cuma kalau belajar karena ada pekerjaan rumah. Aku mau melakukan kegiatan menulis. Aku sukanya kalau membuat pantun tapi ya kadang masih salah. Aku bisa membuat pantun kalau kelompokan. Peneliti pun melakukan wawancara terhadap siswa AS dan diperoleh informasi sebagai berikut. “Teman-temanku mau melakukan kegiatan menyimak. kita senang melakukan kegiatan menyimak video pembelajaran. Ketika kita tidak memahami pelajaran dan dijelaskan oleh guru kita lebih antusias menyimak. Hanya beberapa anak yang kadang rame, tapi kalau sudah ditegur guru semuanya mau menyimak kembali. teman-teman banyak yang berani bertanya, menjawab pertanyaan dari guru. Kadang ada beberapa anak yang berani berpendapat di kelas. Beberapa anak ada yang jarang melakukan kegiatan berbicara, tapi kalau ditunjuk guru untuk melakukan kegiatan berbicara semuanya tetap mau melakukannya. Teman-teman mau melakukan kegiatan membaca nyaring apabila di kelas. Selain itu kita juga mau mengerjakan tugas seperti menulis puisi, cerpen dan pantun.” 22 Oktober 2015 Hasil wawancara kepada guru kelas diperoleh informasi sebagai berikut. “ Siswa mau melakukan kegiatan menyimak dengan baik, biasanya hanya beberapa anak saja yang agak susah dikondisikan untuk menyimak seperti siswa IGR, AZ, ARR, dan MIM. Konsentrasinya masih perlu dilatih lagi dalam menyimak. Siswa mau melakukan kegiatan berbicara. Biasanya aktifitas di depan kelas memimpin temannya bernyanyi jadi derigen secara bergiliran sesuai no presensi. Kadang gak diminta sudah bicara sendiri anak-anak itu, seperti bertanya, menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat, melakukan presentas tugas. Anak-anak mau melakukan kegiatan membaca ketika di kelas. Kadang malah ada yang mengajukan diri untuk membaca nyaring.Anak-anak mau melakukan kegiatan menulis, tapi ya masih perlu bimbingan kalau menulis pantun. Kemarin ada yang diminta menulis pantun tapi pantunnya hanya meniru 67 di buku. Tapi ya ada ya ng sudah bisa membuat sendiri.” 28 Oktober 2015 Dalam dokumentasi, terdapat gambar siswa sedang mengacungkan jarinya untuk menanggapi rangsangan dari guru, siswa yang sedang menyimak video pembelajaran, siswa yang sedang membaca nyaring di depan kelas. dan siswa yang sedang mengerjakan tugas membuat pantun. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa, teman sebaya dan guru, observasi dan dokumentasi kegiatan siswa, peneliti mendapatkan informasi bahwa semua siswa memiliki minat untuk melakukan kegiatan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Siswa mau mengerjakan tugas dari guru ketika diminta melakukan aktifitas menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Dalam penelitian ini minat tidak mempengaruhi rendahnya kecerdasan linguistik siswa, hal ini dikarenakan baik siswa yang mempunyai kecerdasan linguistik yang tinggi maupun yang mempunyai kecerdasan linguistik yang kurang memiliki minat untuk melakukan kegiatan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. d. Gaya Belajar. Gaya belajar berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menerima informasi baru dan mengembangkan keterampilan baru dengan melakukan kegiatan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Kegiatan menyimak, berbicara, membaca dan menulis menurut Howard Gardner Sugihartono dkk., 2007: 59 merupakan implikasi dari kecerdasan linguistik. 68 Hasil wawancara kepada AZ siswa kelas IV sebagai berikut. “Aku paling mudah memahami pelajaran dengan menyimak penjelasan guru tapi ya harus menyimak lebih dari satu kali.soalnya aku susah menghafalkan. Aku jarang membaca buku kalau di rumah, kalau belajar dengan membaca sendiri agak susah hafal. Kalau belum memahami materi aku kadang-kadang bertanya kepada guru tapi seringnya aku memilih tanya teman. Aku lebih memilih belajar buku paket daripada catatan karena tulisan ku jelek susah kalau buat belajar .” 22 Oktober 2015 Hasil wawancara dengan siswa ARR siswa kelas IV sebagai berikut. “Aku terkadang dijelaskan guru berulang-ulang baru memahami materi pelajaran. Kalau membaca materi tidak mudah mengerti karena aku jarang membaca buku kecuali kalo di sekolah dan diminta oleh guru untuk membaca buku aku baru mau. Terkadang aku tanya kepada guru tentang tugas yang belum jelas atau materi yang belum jelas. Aku mau mencatat materi terkadang bisa paham karena membaca catatan kadang ya gak ngerti. Aku lebih suka belajar dengan melihat video pembelajaran yang dibuat menarik.” Hasil wawancara terhadap AKB teman sebaya sebagai berikut. “Teman-teman sebagian besar bisa memahami materi dengan menyimak penjelasan guru. Ada beberapa anak yang bisa paham hanya dengan belajar sendiri dengan membaca buku. Ketika belum paham teman- teman bertanya kepada guru. Diakhir pembelajaran guru meminta kita mencatat supaya tidak mudah lupa dengan materi yang dipelajari” 29 Oktober 2015 Hasil wawancara kepada guru kelas IV sebagai berikut. “Iya kalau mendengarkan sebenarnya mudah memahami. Biasanya saya menggunakan cara yang mudah. Saya kadang kadang membacakan soal langsung dijawab biar bisa segera selesai ketika diberi latihan soal.Hanya satu anak yang kadang kalau tidak mengerti materi dia tanya-tanya dengan temannya yang lain.Siswa belum biasa melakukan kegiatan membaca ketika di rumah sehingga gaya belajar siswa masih auditor. Hanya sedikit anak yang bisa belajar sendiri dengan membaca. Anak- anak masih perlu penjelasan dari guru. Biasanya saya meminta siswa mencatat ketika siswa sudah membaca, lalu saya jelaskan jadi diakhir pembahasan materi baru mencatat karena siswa lebih mudah memahami kalau menyimak penjelasan dari saya.” 28 Oktober 2015 69 Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa gaya belajar siswa dapat mempengaruhi kecerdasan linguistiknya. Gaya belajar setiap anak berbeda-beda tergantung situasi tertentu. Namun, sebagian besar siswa lebih mudah memahami suatu materi pelajaran dengan melakukan kegiatan menyimak. Hanya beberapa anak yang mampu memahami materi dengan membaca secara mandiri ketika di rumah. Siswa melakukan kegiatan bertanya dengan guru jika belum memahami suatu materi pelajaran. Namun, beberapa anak cendrung jarang melakukan kegiatan berbicara. Siswa terbiasa mencatat materi apabila sudah menerima informasi melalui kegiatan menyimak terlebih dahulu sehingga gaya belajar sebagian besar siswa melalui kegiatan menyimak. Siswa yang memiliki kecerdasan linguistik yang kurang untuk menerima suatu informasi, melakukan kegiatan menyimak beberapa kali supaya bisa menangkap informasi. Siswa yang memiliki kecerdasan linguistik rendah masih kesulitan untuk belajar melalui kegiatan berbicara, membaca dan menulis. 2. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi kecerdasan linguistik Observasi dan wawancara yang dilakukan kepada siswa, guru dan teman sebaya menunjukkan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi kecerdasan linguistik siswa kelas 4 SD Negeri Kotagede 5 Yogyakarta, seperti berikut. 70 a. Cara Mengajar Guru Berdasakan hasil pengamatan, guru menggunakan strategi belajar dengan memancing siswa untuk aktif di dalam kelas. Guru sering melatih kemampuan berbicara siswa dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat bertanya, berpendapat, melakukan kegiatan percobaan secara berkelompok, mempresentasikan laporan selama kegiatan pembelajaran berlangsung walaupun metode yang dilakukan masih banyak menggunakan ceramah. Guru sering menggunakan metode diskusi kelompok ketika memberikan tugas kepada siswa supaya kecerdasan linguistik siswa dapat berkembang. Kadang-kadang guru melakukan demonstrasi di depan kelas, supaya siswa lebih paham mengenai materi pelajaran. Guru juga membiasakan siswa untuk melakukan kegiatan membaca nyaring secara bergiliran di kelas. Siswa yang tidak mampu melanjutkan temannya membaca nyaring, maka guru meminta siswa berdiri di depan kelas sambil membawa buku supaya siswa lebih fokus dalam menyimak temannya yang membaca nyaring. Guru selalu melatih kemampuan siswa dalam menyimak. Setelah melakukan kegiatan membaca nyaring atau mendengarkan penjelasan guru, siswa selalu diberi pertanyaan secara lisan dengan bergiliran. Guru melakukan ini supaya mengetahui sejauh mana siswa mampu menangkap informasi setelah melakukan kegiatan menyimak. Guru sering memberi tugas siswa untuk membuat 71 laporan percobaan, kliping, dan membuat suatu karya tertulis seperti pantun, puisi, dan cerpen yang dikerjakan secara berkelompok. Informasi di atas diperkuat dengan hasil wawancara terhadap ZAHL siswa kelas IV, sebagai berikut. “Pak Win sering membiasakan siswa untuk menyimak. Setiap hari pasti menyimak penjelasan guru atau menyimak teman yang sedang membaca nyaring. biasanya setiap pelajaran IPA, IPS, Basindo, Pkn mesti membaca nyaring terus giliran gitu. Paling kalau laporan percobaan sama kalau habis liburan gitu kadang suruh menulis pengalaman liburan mbak. Kemarin siswa juga diminta membuat puisi, cerpen dan pantun. Siswa-siswa dibiasakan mengacungkan jari apabila mau bertanya, menjawab pertanyaan dan berpenda pat.” 2 November 2015 Hasil wawancara terhadap NIM siswa kelas IV diperoleh hasil sebagai berikut. “Siswa dibiasakan untuk menyampaikan laporan tugas di depan kelas mbak. Tiap hari siswa juga menyimak. Contoh e membaca maraton itu. Kalau gak menyimak temannya yang lagi baca pasti dihukum maju berdiri sambil membawa buku. Kalau mau ulangan gitu kadang juga disuruh membaca dalam hati habis itu buku ditutup terus ulangan. Kita juga sering mencatat materi atau membuat laporan tugas. Tapi kemaren suruh buat pantun sama laporan IPA tapi diketik.” 29 Oktober 2015 Hasil wawancara terhadap guru kelas IV dan diperoleh informasi sebagai berikut. “Siswa biasanya saya minta untuk menyimak temannya yang sedang membaca nyaring, dengan begitu akan melatih konsentrasi dan memfokuskan perhatian siswa. Kalau ada siswa yang tidak menyimak saya suruh untuk maju kedepan membawa buku supaya lebih berkonsentrasi menyimaknya dan ketika saya minta untuk membaca dan benar siswa saya minta duduk kembali ke tempatnya.Di sekolah ini dibiasakan anak untuk menjadi derigen memimpin temannya untuk menyanyi dikelas.Selain itu sswa saya biasakan untuk bertanya, menjawab pertanyaan maupun mengemukakan pendapat secara lisan dengan sopan. Setiap 72 pembelajaran pasti siswa saya suruh untuk membaca nyaring secara bergiliran.Biasanya siswa saya minta untuk menulis laporan percobaan IPA, kemarin ya menulis pantun secara mandiri maupun kelompok. Tapi ya masih perlu dibimbing soalnya kalau menulis pantun sendiri masih kesulitan.” 28 Oktober 2015 Selain melakukan pengamatan dan wawancara, informasi data diperkuat dengan gambar dokumentasi kegiatan belajar. Dalam gambar dokumentasi terdapat aktifitas siswa yang sedang melakukan kegiatan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Berdasarkan data yang diperoleh dengan observasi, wawancara dan dokumentasi dapat disimpulkan bahwa cara guru mengajar tidak mempengaruhi kecerdasan linguistik siswa. Guru membiasakan siswa untuk melakukan kegiatan menyimak, berbicara, membaca dan menulis dalam kegiatan pembelajaran. Namun, tetap masih ada siswa yang memiliki kecerdasan linguistik yang masih rendah walaupun beberapa siswa ada yang kecerdasan linguistiknya bisa berkembang dengan baik. b. Program-Program Sekolah yang Menunjang Program-program di sekolah dapat menjadi salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kecerdasan linguistik siswa. Ada beberapa program sekolah yang menunjang untuk perkembangan kecerdasan linguistik anak di SD Negeri Kotagede 5 Wawancara yang dilakukan kepada siswa kelas IV D dan diperoleh hasil sebagai berikut. 73 “Di sekolah ada ekstrakulikuler bahasa Inggris yang dilaksanakan pada hari jumat selama 2 jam pelajaran. Guru yang mengajar bahasa Inggris bukan guru kelas. selain ada ekstrakulikuler bahasa di kelas ini ada perpustakan kelas, supaya memudahkan siswa ysng ingin membaca buku. Di sekolah ada fasilitas majalah dinding akan tetapi sudah lama tidak digunakan untuk memajang karya siswa. Namun kata pak guru akhir november mading akan diaktifkan lagi. Saya dulu pernah mengikuti lomba MTQ dan memenangkan tingkat kecamatan. Kalau lomba menulis belum pernah ada yang ikut serta.” 24 Oktober 2015 Data lain diperoleh dari wawancara terhadap sebagai teman sebaya seperti berikut. “Ada ekstra bahasa Inggris. Biasanya menerjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia atau sebaliknya. Pak guru sering menasehati supaya rajin membaca buku di rumah. Dibelakang kelas ada perpustakaan kecil. Itu bukunya dari kita semua terus dikumpulkan dan diperpinjamkan ke teman-teman yang lain dalam kelas ini. Di sekolah ada majalah dinding, tapi sekarang gak pernah digunakan untuk memajang hasil karya siswa. Dulu ada yang ikut lomba MTQ 4 anak. Yang memenangkan juara satu tingkat kecamatan hanya Zafi.” 22 Oktober 2015 Data di atas diperkuat dengan informasi hasil wawancara terhadap guru kelas IV sebagai berikut. “Adanya bahasa Inggris. Setiap jam terakhir hari jumat. Beda guru yang membimbing. Ekstrakulkulernya wajib. Itu ada perpustakaan kelas dibelakang. Siswa membaca buku dari rumah dan dikumpulkan di belakang. Itu untuk dibaca anak-anak kelas IV. Tapi yang suka membaca hanya beberapa anak. Itu ada perpustakaan kelas dibelakang. Siswa membawa buku dari rumah dan dikumpulkan di belakang. Itu untuk dibaca anak-anak kelas IV. Tapi yang suka membaca hanya beberapa anak.Program mading udah lama tidak aktif.Perlombaan yang pernah diikuti siswa ini MTQ yang ikut lomba Zafi, Farel, Lambang, Ima. Kalau menulis belum p ernah ada.kalau lomba menulis karena siswa belum bisa.” 28 Oktober 2015 Berdasarkan data wawancara terhadap siswa, teman sebaya dan guru kelas, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa macam 74 program yang mennjang perkembangan kecerdasan linguistik siswa di SD Negeri Kotagede 5 diantaranya ada program ekstrakulikuler bahasa Inggris yang diikuti oleh semua siswa kelas IV. Ekstrakulikuler bahasa Inggris bersifat wajib diikuti oleh siswa. Di SD N Kotagede 5 di kelas IV ada program pembiasaan rajin membaca dengan menyediakan perpustakaan kelas maupun perpustakaan sekolah. Namun, hanya beberapa siswa yang memanfaatkan fasilitas perpustakaan kelas maupun perpustakaan sekolah. Siswa-siswa yang meminjam buku hanya anak yang memiliki kegemaran membaca yang memiliki kecerdasan linguistik menengah dan tinggi. Siswa-siswa lain yang memiliki kecerdasan linguistik rendah yaitu siswa IGR, AZ, ARR, R, SDA dan MIM memilih bermain ketika ada waktu senggan. Program ini belum bisa meningkatkan kecerdasan linguistik siswa secara optimal dan merata, karena siswa yang memiliki kecerdasan linguistik yang kurang tidak berpartisipasi dalam pelaksanaan program ini. Di sekolah terdapat fasilitas majalah dinding namun tidak digunakan sebagaimana fungsinya. Hal ini akan membuat kecerdasan linguistik siswa tidak berkembang dengan baik, karena siswa tidak memiliki sarana untuk mengembangakan keterampilan menulis dan tidak bisa memajang hasil karyanya. Ini semua akan berdampak pada menurunnya motivasi siswa untuk berkarya melalui tulisan. 75 Perlombaan MTQ yang berkaitan dengan kecerdasan linguistik siswa, namun sekolah belum mempunyai program untuk lomba menulis karya untuk siswa kelas 4. Beberapa program penunjang belum terlaksana dengan maksimal sehingga kecerdasan linguistik siswa belum terasah secara maksimal pula. Hanya beberapa anak yang potensimya bisa tersalurkan dengan mengikuti lomba MTQ. Anak yang memiliki potensi untuk berkarya melalui karya tulisan. Hal itu dikarenakan siswa belum cukup terlatih ketika membuat suatu karya tertulis sehingga sekolah belum mengikutsertakan siswa kelas IV untuk mengikuti lomba menulis. Selama melakukan penelitian, diperoleh data tentang faktor- faktor yang memberikan pengaruh dan tidak berpengaruh terhadap kecerdasan linguistik siswa. Untuk memperjelas hasil penelitian di atas, dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 9. Faktor-faktor yang memberikan pengaruh dan tidak berpengaruh terhadap rendahnya kecerdasan linguistik siswa. Variabel Indikator Berpengaruh Tidak berpengaruh Faktor dari dalam diri siswa internal 1. Gaya belajar 2. Kondisi emosi 3. Kondisi fisik 1. Minat Faktor dari luar diri siswa eksternal 1. Program sekolah yang menunjang 1. Cara mengajar guru 76 Pengelompokan data di atas berdasar pada data dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi yang dilakukan selama kegiatan penelitian berlangsung. Faktor internal yang memiliki berpengaruh terdiri atas gaya belajar, kondisi emosi dan kondisi fisik sedangkan faktor internal yang memiliki tidak pengaruh adalah minat. Faktor eksternal yang memiliki berpengaruh terhadap rendahnya kecerdasan linguistik adalah program sekolah yang menunjang, sedangkan faktor eksternal yang memiliki tidak berpengaruh adalah cara mengajar guru

2. Pembahasan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Kecerdasan

Linguistik Siswa Kelas IV SD Negeri Kotagede 5 Yogyakarta Berdasarkan hasil penelitian dari tanggal 19 Oktober sampai 2 November 2015, faktor yang mempengaruhi rendahnya kecerdasan linguistik siswa berasal dari dalam diri siswa dan dari luar diri siswa. Faktor yang mempengaruhi rendahnya kecerdasan linguistik yang berasal dari dalam diri siswa faktor internal yaitu; 1 kondisi fisik, 2 kondisi emosi, dan 3 gaya belajar. Faktor dari luar diri siswa faktor eksternal yaitu; 1 program penunjang di sekolah. Dari tabel 9 mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya kecerdasan linguistik ada yang memberikan pengaruh dan tidak memberikan pengaruh. Faktor yang berpengaruh dan mendukung secara positif kecerdasan linguistik didapatkan dari penelitian yang dilakukan selama proses 77 pembelajaran. Dari faktor internal, faktor yang mempengaruhi rendahnya kecerdasan linguistik siswa kelas IV SD N Kotagede 5 adalah kondisi fisik, kondisi emosi, gaya belajar. Kecerdasan linguistik berkaitan dengan kemampuan berkomunikasi. Manusia melakukan komunikasi dengan memanfaatkan alat indera yaitu telinga, mulut alat ucap, mata dan tangan, sehingga kondisi fisik pada alat indera akan mempengaruhi kecerdasan linguistik anak. Menurut Nurlaila, Tientje dan Yul Iskandar Riani Septiawati, 2010: 8 kesehatan fisik anak yang baik, akan sangat berpengaruh terhadap kecerdasan linguistik anak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di kelas IV SD Negeri Kotagede 5, ada anak yang bernama IGR yang memiliki kecerdasan linguistik rendah. IGR mengalami hambatan dalam penglihatan dikarenakan cacat mata silinder. Ketika menulis suatu paragraf IGR sering terbolak-balik dalam menulis urutan kalimat. IGR jarang menggunakan kacamatanya sehingga IGR sering salah dalam menulis suatu soal yang ada dipapan tulis. Kondisi fisik penglihatan IGR yang cacat mata silinder ini, menghambat perkembangan kecerdasan linguistiknya. Faktor yang memberikan pengaruh yang kedua adalah kondisi emosi siswa. Kondisi emosi siswa dapat ditunjukkan dengan kemampuan siswa dalam memotivasi dirinya sendiri. Kemampuan memotivasi diri sendiri dapat terlihat dengan semangat siswa dalam melakukan suatu kegiatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamzah B Uno 2010: 16 yang menyatakan bahwa kemampuan memotivasi diri adalah kemampuan memberikan semangat