27 tertentu. Yang terpenting dan paling diperlukan dalam kegiatan bermain adalah
rasa senang yang ditandai dengan tertawa. Bermain menurut Piaget Yulianti, 2010: 32 merupakan latihan untuk
mengkonsolidasikan berbagai pengetahuan dan keterampilan kognisi yang baru dikuasai, sehingga dapat berfungsi secara efektif. Menurut Hildebrand Yulianti,
2010: 32 bermain berarti berlatih, mengeksploitasi, merekayasa, mengulang latihan apapun yang dapat dilakukan untuk mentransformasi secara imajinatif hal-
hal yang sama dengan dunia orang dewasa. Sementara menurut Moeslichatun Yulianti, 2010: 35 bermain merupakan tuntutan dan kebutuhan psikologis dan
biologis anak yang sangat esensial. Bettelheim Tedjasaputra, 2001: 60, permainan dan olah raga adalah
kegiatan yang ditandai oleh aturan serta persyaratan-persyaratan yang disetuji bersama dan ditentukan dari luar untuk melakukan kegiatan dalam tindakan yang
bertujuan. Dalam permainan, terdapat aturan yang harus diikuti. Sedangkan Conny semiawan 2008: 24 mengatakan bahwa permainan adalah alat bagi anak
untuk menjelajahi dunianya, dari yang tidak ia kenali sampai pada yang ia ketahui dan dari yang tidak dapat diperbuatnya sampai mampu melakukannya. Jadi
bermain mempunyai nilai dan ciri yang penting dalam kemajuan perkembangan kehidupan sehari-hari seorang anak.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa permainan adalah suatu kegiatan menyenangkan bagi anak yang dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan psikologis dan biologisnya tanpa mempertimbangkan hasil akhir dengan unsur aturan yang harus diikuti.
28
2. Manfaat bermain
Bermain sangat penting bagi anak. Bermain sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak itu sendiri. Anak-anak harus bermain agar
dapat mencapai perkembangan yang optimal. Anak-anak yang tidak pernah bermain akan bermasalah di kemudian hari. Herbert Spencer Cattron dan Allen,
1999 menyatakan bahwa anak bermain karena mereka punya energi berlebih. Energy ini mendorong mereka melakukan aktivitas sehingga mereka terbebas dari
perasaan tertekan. Andang Ismail 2005: 18 mengemukakan tentang beberapa manfaat bermain, yaitu sebagai sarana untuk membawa anak kea lam masyarakat,
untuk mengenal keuatan sendiri, memperoleh kesempatan mengembangkan fantasi dan menyalurkan kecenderungan pembawaannya, melatih anak untuk
menempa emosi, memperoleh kegembiraan, kesenangan dan kepuasan, serta melatih diri untuk mentaati peraturan yang berlaku.
Movitz Lazarus dalam Takhiroatun Musfiroh 2008: 5 anak bermain karena mereka memerlukan penyegaran kembali atau mengembalikan energi yang
habis digunakan untuk kegiatan rutin sehari-hari. Lebih lanjut Karl Groos menjelaskan bahwa anak bermain karena anak perlu belajar peran-peran tertentu
dalam kehidupan. Nakita dalam Kamtini dan Husni Wardi Tanjung 2005: 55 menyebutkan manfaat bermain bagi anak sangat bervariatif. Ia merinci bebrapa
manfaat bermain meliputi tiga ranah, yaitu: a.
Fisik-motorik. Anak akan terlatih motorik kasar dan halusnya. Dengan bergerak, ia akan memiliti otot-otot tubuh yang terbentuk secara baik
dan lebih sehat secara fisik. b.
Social-emosional. Anak merasa senang karena ada teman bermainnya. Ditahun-tahun pertama kehidupannya, orang tua merupakan teman
bermain utama bagi anak. Ini membuatnya merasa disayang dan ada
29 kelekatan dengan orang tua, selain itu anak juga belajar komunikasi dua
arah. c.
Kognisi. Anak belajar mengenal atau mempunyai pengalaman kasar- halus, rasa asam, manis dan asin. Ia pun belajar perbendaharaan kata,
bahasa, dan komunikasi timbal balik.
Anak dapat mengembangkan rasa harga diri melalui bermain, karena dengan bermain anak memperoleh kemampuan untuk menguasai tubuh mereka, benda-
benda, dan keterampilan sosial Erikson, 1963. Anak bermain karena mereka berinteraksi guna belajar mengkreasikan pengetahuan. Bermain merupakan cara
dan jalan anak berfikir dan menyelesaikan masalah. Anak bermain karena membutuhkan pengalaman langsung dalam interaksi sosial agar mereka
memperoleh dasar kehidupan sosial. Piaget Diana Mutiah, 2010: 138, permainan sebagai suatu media yang
meningkatkan perkembangan kognitif anak-anak. Permainan memungkinkan anak mempraktekkan kompetensi-kompetensi dan keterampilan-keterampilan yang
dilakukan dengan cara yang santai dan menyenangkan. Mildred Parten Daiana Mutiah, 2010: 138-139 mengklasifikasikan permainan anak yang didasarkan
pada observasi terhadap anak-anak dalam permainan bebas yaitu: unoccupied play, solitary play, onlooked play, parallel play, assosiatif play, cooperative play.
3. Ciri-ciri bermain
Bermain mempunyai cirri-ciri yang khas yang membedakan dengan kegiatan yang lain Musfiroh, 2004: 7. Kegiatan bermain pada anak-anak
memilik cirri-ciri sebagai berikut: a.
Bermain selalu menyenangkan dan menggembirakan; b.
Motivasi bermain adalah motivasi intrinsik;
30 c.
Bermain bersifat spontan dan suka rela; d.
Bermain melibatkan peran aktif semua peserta; e.
Bermain bersifat non-literal, pura-pura dan tidak senyatanya; f.
Bermain tidak memiliki kaidah ekstrinsikbermain memiliki aturan sendiri yang ditentukan oleh permainan;
g. Bermain dengan aktif;
h. Bermain bersifat fleksibel.
4. Tahapan bermain
Rubin, Fein, Vandenberg dan Smilansky Tedjasaputra, 2001: 28-30, tahapan bermain anak adalah sebagai berikut:
a. Bermain fungsional
Kegiatan ini dilakukan dengan atau tanpa alat permainan. Tahap bermain ini berupa gerakan yang bersifat sederhana dan berulang-ulang. Bermain
seperti ini biasanya tampak pada usia 1-2 tahun. b.
Bermain membangun Constructive play Dalam kegiatan bermaian ini anak-anak berbentuk sesuatu, menciptakan
bangunan tertentu dengan alat yang tersedia. c.
Bermain pura-pura make-believe play Kegiatan bermain pura-pura mulai banyak dilakukan anak berusia 3-7
tahun. Dalam permainan ini, anak-anak menirukan kegiatan orang yang pernah dilihatnya dalam kehidupan anak. Dapat juga anak-anak bermain
peran imajinatif misalnya peran tokoh dalam film atau kartun.
31 d.
Bermain dengan peraturan games with rules Dalam kegiatan bermain ini anak-anak sudah dapat memahami dan
bersedia mematuhi aturan permainan. Aturan permainan pada awalnya diikuti anak berdasarkan yang diajarkan orang lain. Kemudian anak
memahami bahwa aturan itu dapat diubah sesuai kesepakatan orang-orang yang terlibat dalam permaianan.
Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada tahap bermain dengan peraturan games with rules dan tahap bermain play stage. Hal ini dikarenakan
permainan yang dikreasikan peneliti mempunyai tujaun yaitu agar anak dapat mengenal simbol huruf dan bunyinya. Agar tujuan tersebut dapat terlaksana
dengan baik maka dibutuhkan aturan dalam permainan ini. Selain itu permainan ini juga membutuhkan alat untuk mendukung terlaksananya permainan.
5. Jenis-jenis permainan
Kegiatan bermain menurut jenisnya terdiri atas bermain aktif dan bermain pasif. Kegiatan bermain aktif adalah kegiatan yang memberikan kesenangan dan
kepuasan pada anak melalui aktivitas yang mereka lakukan sendiri. Kegiatan bermain aktif juga dapat diartikan sebagai kegiatan yang melibatkan banyak
aktifitas tubuh atau gerakan-gerakan tubuh. Ragam bermain aktif adalah bermain bebas dan spontan, bermain konstruktif, mengumpulkan benda-benda collecting,
melakukan penjelajahan eksplorasi, permainan games dan olah raga sport, musik dan melamun.
Jenis bermain pasif biasanya lebih disukai oleh anak-anak usia remaja. Hiburan merupakan salah satu bentuk bermain pasif. Bermain pasif dapat