Metode Membaca Membaca Permulaan
24 c.
Hubungan makna atau meaning. Kemapuan ini mencakup keseluruhan keterampilan membaca yaitu
menghubungkan kata-kata sebagai bunyi dengan makna yang dilambangkan oleh kata-kata tersebut.
Suwaryono Wiryodijoyo 1989: 20-21 mengungkapkan bahwa anak-anak dikatakan siap belajar membaca jika: 1 ingat urutan huruf dan tahu perbedaan
kata-kata; 2 ingat macam-macam bunyi dan dapat membedakan bunyi dalam kata-kata; 3 dapat memusatkan pandangan pada huruf-huruf dan menyelaraskan
gerakan mata mengikuti tulisan serta ke baris berikutnya; 4 mempunyai bahasa lisan yang benar; 5 ingin membaca kata-kata dan menyadari bahwa pikiran
informatif dapat diganti dengan kata-kata; 6 mudah menangkap pengertian- pengertian yang diperkenalkan pada awal buku-buku bacaan.
Anderson Nurbiani Dhieni, 2008: 5.50 mengungkapkan bahwa membaca permulaan adalah membaca yang diajarkan secara terpadu yang menitikberatkan
pada pengenalan huruf, kata, menghubungkannya dengan bunyi. Sedangkan menurut Darmiati Zuhri dan Budiasih 1996: 50 membaca permulaan diberikan
secara bertahap yakni pra membaca dan membaca. Pada tahap pra membaca, anak diajarkan: 1 sikap duduk yang baik pada waktu membaca; 2 cara yang baik
meletakkan buku di meja; 3 cara memegang buku; 4 cara membuka dan membalik halaman buku; 5 melihat dan memperhatikan tulisan. Sedangkan pada
tahap membaca, anak diajrakan: 1 lafal dan intonasi kata dan kalimat sederhana menirukan guru; 2 huruf-huruf banyak digunakan dalam kata dan kalimat
25 sederhana yang sudah dikenal siswa huruf-huruf diperkenalkan secara bertahap
sampai pada 14 huruf. Membaca permulaan menurut Sabarti Akhadiah dkk. 1993: 11 ditekankan
pada menyuarakan kalimat-kalimat yang disajikan dalam bentuk tulisan. Dengan kata lain, anak dituntut untuk mampu menerjemahkan bentuk tulisan ke dalam
bentuk lisan. Dalam hal ini, tercakup pula aspek kelancaran membaca. Anak harus dapat membaca wacana dengan lancar, bukan hanya membaca kata-kata ataupun
mengenali huruf-huruf yang tertulis. Darmiati Zuchri dan Budiasih 1997: 50 menjelaskan bahwa kemampuan
membaca yang diperoleh pada membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan lanjut. Jika pada membaca permulaan belum kuat, maka
pada tahap membaca lanjut, anak akan mengalami kesulitan untuk dapat memiliki kemampuan yang memadai. Darmiati Zuchri dan Budiasih 1997: 123 juga
menambahkan bahwa anak dikatakan mempunyai kemampuan membaca permulaan manakala anak tersebut tepat dalam menyuarakan tulisan, kewajaran
lafal, kewajaran intonasi, kelancaran, kejelasan suara, dan pemahaman isimakna. Anderson Sabarti Akhadiah, 1993: 23-24 mengungkapkan cirri-ciri
membaca permulaan, bahwa membaca adalah sebagai berikut: a.
Merupakan proses konstruktif. b.
Harus lancar. c.
Harus dilakukan dengan strategi yang tepat. d.
Memerlukan motivasi. e.
Merupakan keterampilan
yang harus
dikembangkan secara
berkesinambungan. Tanda-tanda kesiapan anak untuk belajar membaca adalah anak sudah
mampu memahami bahasa lisan, anak sudah dapat mengucapkan kata-kata
26 dengan jelas, anak sudah dapat mengingat kata-kata, anak sudah dapat
mengucapakan bunyi huruf, anak sudah menunjukkan minat membaca dan anak sudah dapat membedakan suara atau bunyi dan objek-objek dengan baik Dhieni,
2008: 9.4. Secara umum karakteristik kemapuan bahasa anak TK usia 4-5 tahun adalah
terjadi perkembangan yang cepat dalam bahasa anak, anak dapat menggunakan kalimat dengan baik dan benar, anak menguasai 90 fonem dan sintaks bahasa
yang digunakan, anak dapat berpartisipasi aktif dalam percakapan dan anak dapat mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapi pembicaraan tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca permulaan adalah kesanggupan anak dalam mengenal dan memahami huruf-huruf
dan lambang-lambang tulisan yang kemudian diucapkan dengan menitikberatkan aspek ketepatan menyuarakan tulisan, lafal dan intonasi yang wajar, kelancaran
dan kejelasan suara.