- Hubungan sosial di antara karyawan
- Sugesti dari teman kerja
- Emosi dan situasi kerja
2. Faktor individual, yaitu: -
Sikap orang terhadap pekerjaannya -
Umur orang sewaktu bekerja -
Jenis kelamin 3. Faktor-faktor lain, yaitu:
- Keadaan keluarga karyawan
- Rekreasi
- Pendidikan training, up grading, dan sebagainya
Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor- faktor yang memengaruhi kepuasan kerja adalah:
a. Faktor internal, yaitu segala faktor yang muncul dan disebabkan oleh karyawan itu sendiri, di antaranya adalah:
- Psikologis, yaitu faktor yang berhubungan dengan kejiwaan karyawan, yang meliputi: minat, ketenteraman kerja, sikap
terhadap pekerjaan itu sendiri, bakat dan keterampilan. - Sosial, merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi
sosial antar karyawan maupun karyawan dengan atasan. b. Faktor eksternal, yaitu segala faktor yang datang dari lingkungan
di sekitar karyawan, yang terdiri dari:
- Fisik, merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik karyawan, meliputi jenis pekerjaan, pengaturan waktu,
perlengkapan kerja, keadaan ruangan, suhu, penerangan, kondisi kesehatan karyawan, dan sebagainya.
- Finansial, merupakan faktor yang berhubungan dengan jaminan serta kesejahteraan karyawan, yang meliputi sistem
dan besarnya gaji, jaminan sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas yang diberikan, promosi, dan lain-lain.
1.4. Dampak Kepuasan dan Ketidakpuasan Kerja
Terdapat dua dampak dari sikap karyawan, yaitu dampak positif karena karyawan merasa puas dan dampak negatif atas ketidakpuasan
karyawan. Berikut dampak kepuasan dan ketidakpuasan kerja karyawan:
Dampak dari Kepuasan Kerja Karyawan: a. Dampak terhadap Produktivitas
Mulanya orang berpendapat bahwa produktivitas dapat dinaikkan dengan menaikkan kepuasan kerja. Lawler dan Porter, dalam
Munandar 2012:364 mengharapkan produktivitas yang tinggi menyebabkan peningkatan dari kepuasan kerja jika tenaga kerja
mempersepsikan bahwa ganjaran intrinsik misalnya, rasa telah mencapai sesuatu dan ganjaran ekstrinsik misalnya, gaji yang
diterima kedua-duanya adil dan wajar dan diasosiasikan dengan prestasi kerja yang unggul.
b. Dampak terhadap Ketidakhadiran dan Keluarnya Tenaga Kerja Ketidakhadiran lebih spontan sifatnya dan dengan demikian
kurang mencerminkan ketidakpuasan kerja. Ketidakpuasan kerja pada tenaga kerja atau karyawan dapat diungkapkan ke dalam berbagai
macam cara. Misalnya, selain meninggalkan pekerjaan, karyawan selalu mengeluh, membangkang, menghindari tanggung jawab
pekerjaan mereka. c. Dampak terhadap Kesehatan
Menurut Munandar 2012:367 meskipun jelas bahwa kepuasan kerja berhubungan dengan kesehatan, hubungannya masih tidak jelas.
Diduga bahwa kepuasan kerja menunjang tingkat dari fungsi fisik dan mental dan kepuasan sendiri merupakan tanda dari kesehatan. Tingkat
dari kepuasan kerja dan kesehatan mungkin saling mengukuhkan sehingga peningkatan dari yang satu dapat meningkatkan yang lain.
Sedangkan menurut Robbins dan Judge 2009:112 dampak dari Ketidakpuasan Kerja Karyawan adalah:
a. Keluar exit: ketidakpuasan yang diungkapkan melalui perilaku yang ditujukan untuk meninggalkan organisasi.
b. Aspirasi voise: ketidakpuasan yang diungkapkan melalui usaha- usaha yang aktif dan konstruktif untuk memperbaiki kondisi.
c. Kesetiaan: ketidakpuasan yang diungkapkan dengan secara aktif menunggu membaiknya kondisi.
d. Pengabaian: ketidakpuasan yang diungkapkan dengan membiarkan kondisi menjadi lebih buruk.
2. Kecerdasan Emosional
2.1. Pengertian Kecerdasan Emosional
Beberapa definisi ahli mengenai kecerdasan emosional yaitu: 1. Menurut Robbins dan Judge 2009:335 mengemukakan kecerdasan
emosional sebagai kemampuan seseorang untuk mendeteksi serta mengolah petunjuk-petunjuk dan informasi emosional.
2. Bar-On, dalam Goleman 2000 mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai serangkaian kemampuan pribadi, emosi, dan sosial yang
memengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan.
3. Patton 1998 mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan emosi secara efektif dalam mencapai
suatu tujuan. 4. Goleman 2001 menyatakan bahwa kecerdasan emosional merupakan
pengendalian diri, semangat, dan ketekunan, serta mampu untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi,
kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga
agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, untuk membaca perasaan terdalam orang lain empati dan berdoa, untuk