Bapak Suwardi Profil Pengusaha Tahu 1. Bapak Dharmadi

Jenis tahu yang diproduksi Pak Dharmadi adalah jenis tahu Sumedang. Kini beliau hanya memiliki satu orang anggota pekerja yang memproduksi tahu dan empat orang anggota yang memasarkan hasil produksinya tersebut. Seorang anggotanya adalah laki-laki bernama Rudi. Rudi berumur 26 tahun, dia merupakan saudara Pak Dharmadi yang berasal dari Pematangsiantar. Rudi dijadikan anggota oleh Pak Dharmadi karena selain masih tergolong sebagai keluarganya, Rudi juga masih pengangguran di kampungnya. Proses produksi tahu dimulai sejak pukul 07:00 WIB hingga berakhir pada pukul 16:00 WIB. Pak Dharmadi dan seorang anggotanya itulah yang memproduksi tahu. Sebelum ikut terjun langsung dalam memproduksi tahu, beliau terlebih dahulu memasarkan mendistribusikan tahunya ke pasar yang sudah menjadi langganannya pembeli tetap. Beliau memasarkan tahu pada pukul 04:00 WIB dini hari, dengan menggunakan mobil pick-up mobil yang terbuka bagian belakangnya. Beliau tidak sendirian karena dibantu oleh anak pertamanya. Sepulang dari mengantarkan tahu ke tempat langganannya, beliau istirahat sejenak dirumah untuk sarapan pagi. Setelah istirahat dan sarapan pagi, beliau langsung menuju pabriknya. Jarak antara pabrik dan rumahnya cukup jauh, maka hal tersebut mengharuskannya untuk tetap menggunakan mobilnya agar cepat sampai.

3.1.2. Bapak Suwardi

Pak Suwardi berusia 46 tahun, beliau lahir di Jawa Timur. Pak Suwardi memiliki seorang istri yang bernama Erni. Ibu Erni lahir di Kota Medan dan beliau berusia 42 tahun. Pak Suwardi dan Ibu Erni memiliki 3 tiga orang anak. Ketiga anaknya masih sekolah, diantaranya yaitu: anak pertama berusia 17 tahun Universitas Sumatera Utara dan duduk di kelas 2 dua SMA, anak kedua berusia 13 tahun dan duduk di kelas 1 SMP, dan anak ketiganya berusia 7 tujuh tahun yang sekarang masih duduk di kelas 2 dua SD. Pak Suwardi memulai usaha pada tahun 1993. Usaha yang dijalankannya adalah produksi dan distribusi tahu Sumedang. Beberapa bulan kemudian, beliau juga membuat usaha tempe sebagai penambah penghasilannya. Hal tersebut dilakukan karena pembuatan tempe dirasakan tidaklah sulit untuk diproses karena bahan baku utamanya sama dengan produksi tahu yaitu kacang kedelai. Kedua usaha tersebut dilakukan secara sejalan. Dengan begitu beliau dapat menambah penghasilan untuk keluarganya. Namun usaha ini ternyata tidak berjalan dengan baik hingga akhirnya beliau mengganti produksi tahu Sumedang menjadi tahu Cina. Produksi tahu Cina dimulai pada tahun 1995. Sejak beralihnya produksi tahu Sumedang menjadi tahu Cina pada tahun 1995 itu maka berangsur-angsur penghasilan yang beliau dapatkan semakin membaik. Beralihnya beliau dari produksi dan distribusi tahu Sumedang menjadi tahu Cina adalah karena usaha tahu Sumedang yang dijalankannya tidak berjalan dengan baik. Usaha produksi dan distribusi tahu Sumedang yang dijalankannya tidak mendapatkan laba untung yang cukup memuaskan sering terjadi balik modal. Hal tersebut dikarenakan sedikitnya konsumen yang minat pada tahu Sumedang yang dihasilkan melalui pabriknya. Keadaan tersebut membuatnya harus mengganti usaha. Usaha produksi dan distribusi tahu sudah dipahami olehnya sehingga hal tersebut membuatnya tetap menjadi pengusaha tahu, hanya saja jenis tahu yang Universitas Sumatera Utara dirubahnya yaitu dengan menggantinya pada tahu Cina. Beralihnya usaha tahu Sumedang menjadi tahu Cina ternyata membuahkan hasil. Hal tersebutlah yang membuatnya tetap menjalankan usaha itu hingga sekarang. Jika pada sebelumnya beliau memproduksi tahu Sumedang dan juga sekaligus memproduksi tempe sebagai penambah penghasilan maka kini beliau memproduksi tahu Cina dan juga sebagai perental mobil. Rental mobil bukanlah mata pencaharian utama baginya karena rental mobil hanyalah sebagai penambah penghasilan saja. Mata pencaharian utama baginya tetaplah produksi dan distribusi tahu Cina. Beliau memiliki 2 dua buah mobil untuk direntalkan. Hal ini dilakukan karena anak-anaknya semakin besar yang akhirnya akan semakin membutuhkan biaya yang cukup besar pula khususnya dalam fasilitas pendidikan. Pak Suwardi menginginkan agar anak-anaknya mendapat pendidikan yang layak dan berharap agar ketika mereka dewasa kelak, mereka dapat menjadi anak-anak yang berguna dan membanggakan kedua orangtuanya. Dalam produksi dan distribusi tahu Cina sebagai mata pencaharian utama baginya maka usaha ini lebih mendapat perhatian khusus. Untuk pekerjanya saja terdiri dari 8 delapan orang anggota pekerja dan semuanya berjenis kelamin laki-laki. Mereka adalah pemuda dengan usia produktif yaitu usia 18 tahun hingga 27 tahun.

3.1.3. Bapak Anto