adalah satu wadah tempat dengan produksi tahu, sehingga proses produksinya dilakukan secara bergantian. Kedua usaha ini masih dijalankan hingga sekarang.
3.1.4. Bapak R. Silitonga
Bapak R. Silitonga adalah seorang laki-laki berusia 56 tahun. Beliau lahir di Aceh Tenggara pada tahun 1955. Bapak R. Silitonga memiliki seorang istri
bernama Sumarni. Ibu Sumarni berusia 48 tahun, beliau lahir di Aceh Tenggara pada tahun 1963. Bapak R. Silitonga dengan Ibu Sumarni memiliki 5 lima orang
anak. Dari kelima orang anaknya tersebut, diantaranya adalah 2 dua orang anak laki-laki dan 3 tiga orang anak perempuan. Adapun usia anak Pak R. Silitonga
yaitu anak pertama beliau berusia 29 tahun, anak keduanya 27 tahun, anak ketiga 24 tahun, anak keempat 22 tahun, dan anak kelima berusia 20 tahun.
Bapak R. Silitonga memulai usaha pada tahun 1978. Usaha yang dijalankannya adalah produksi dan distribusi tahu Cina. Selain menjalankan usaha
tersebut, Bapak R. Silitonga juga memiliki usaha lain yaitu beternak babi. Ternak babi yang dimilikinya tidak di tempatkan di lokasi pabriknya. Hal tersebut
dikarenakan lokasi pabrik berada di lingkungan masyarakat yang mayoritas beragama Islam. Beliau mengetahui bahwa hewan babi diharamkan umat Islam.
Untuk itulah beliau tidak menempatkan ternaknya pada lokasi tersebut. Tidak hanya beternak babi, beliau juga memiliki usaha lainnya yaitu
produksi tempe. Produksi tempe yang menjadi usaha tambahan ternyata tidak berjalan sesuai harapannya. Pada beberapa bulan yang lalu usaha produksi tempe
terpaksa di hentikan. Produksi tempe hanya berjalan selama 2 dua hingga 3 tiga tahun saja. Hal tersebut dikarenakan kacang kedelai yang menjadi bahan
Universitas Sumatera Utara
baku dalam produksi tempe sering mengalami masalah. Tempe yang dihasilkan menjadi tidak baik yaitu terjadinya pembusukan. Jika hal itu terjadi maka tempe
tidak dapat didistribusikan dan terpaksa di buang. Hingga saat ini usaha yang masih ditekuni oleh bapak R. Silitonga adalah
produksi sekaligus distribusi tahu Cina dan beternak babi. Beternak babi dipilihnya sebagai usaha sampingan karena dianggapnya mendapatkan untung
laba yang cukup memuaskan. Selain hal tersebut, makanan yang dikonsumsi oleh ternaknya itu adalah berasal dari limbah produksinya yaitu ampas dari tahu
Cina. Produksi dan distribusi tahu Cina adalah usaha pokok baginya. Hal
tersebut dikarenakan dalam usaha ini penghasilannya lebih banyak dari pada beternak. Terdapat 10 orang pekerja namun yang aktif hanya 8 delapan orang
sedangkan yang 2 dua orang lagi sebagai cadangan atau untuk pergantian pekerja. Adanya pergantian pekerja dikarenakan dalam produksi dan distribusi
tahu Cina tidak terdapat hari libur. Hari libur hanya pada hari-hari besar saja misalnya natal dan tahun baru. Agar tidak terjadi kejenuhan pada pekerja maka
hal tersebut dilakukan sebagai solusinya. Produksi tahu Cina dilakukan pada malam hari yaitu pada pukul 08:00
WIB hingga pukul 04:30 WIB. Pada pukul 05:00 WIB tahu yang sudah siap untuk di distribusikan segera dinaikkan ke dalam mobil pick up miliknya. Tahu tersebut
tidak lagi dijual secara eceran, akan tetapi langsung di antar kerumah pelanggannya.
Pendistribusian dilakukan oleh bapak R. Silitonga beserta istri dan anak pertamanya. Beliau tidak memerlukan pekerja dalam pendistribusian. Hal tersebut
Universitas Sumatera Utara
dikarenakan agar lebih menghemat biaya dan juga adanya kekhawatiran akan kecurangan dalam ’menarik’ pelanggan. Beliau khawatir bila suatu saat orang
yang ditunjuk sebagai distribotor tersebut akan menjadi pengusaha dan ’menarik’ pelanggannya, sehingga pelanggannya beralih darinya.
3.2. Alasan Memilih Pekerjaan Sebagai Pengusaha Tahu