Tujuan Penelitian Study Of Coral Bleaching to the State of Coral Reef and Reef Fish in Weh Island, Sabang

dibekali zooxanthellae oleh induknya sehingga memiliki energi yang cukup untuk melakukan penyebaran lebih jauh Birkeland 1997. Reproduksi karang umumnya terjadi ketika bulan purnama atau di saat suhu air laut hangat. Pada saat bereproduksi, sebagian besar karang melepaskan sel-sel telur dan sperma secara bersamaan ke kolom perairan, sehingga perairan terlihat keruh, dan pembuahan terjadi di kolom perairan. Setelah di buahi oleh sperma sel- sel telur akan menjadi larva polip karang yang berkembang di kolom perairan, yang disebut planula. Planula akan mencari substrat keras dengan air laut bersih dan jernih untuk untuk kemudian menempelkan dirinya dan tumbuh menjadi polip. Seiring pertumbuhan polip, zooxanthellae pun tumbuh dalam jaringan polip. Lalu, polip kembali membelah atau bertunas dan menghasilkan polip-polip baru secara bertahap, hingga akhirnya membentuk koloni karang yang utuh Razak 2005.

2.2.3 Faktor-Faktor Pembatas Pertumbuhan Karang

Terumbu karang memiliki factor-faktor pembatas dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Faktor-faktor itu antara lain adalah kecerahan, cahaya, suhu, salinitas, pergerakan air dan substrat. Menurut Nybakken 1992 faktor lingkungan mempunyai pengaruh cukup besar terhadap pertumbuhan karang. Diantara faktor-faktor lingkungan itu, menurut Nybakken 1992 suhu merupakan faktor lingkungan yang paling besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan organisme laut termasuk karang itu sendiri. Pernyataan ini juga di perkuat oleh Levinton 1977 yang mengatakan bahwa beberapa pengaruhnya dapat dilihat pada kecepatan metabolisme, pertumbuhan dan reproduksi, dan perombakkan bentuk luar dari karang. Secara rinci kondisi lingkungan yang dapat mendukung pertumbuhan karang adalah suhu air lebih dari 18 o C, pada kedalaman 50 m dengan kandungan kadar garam 30-36 ‰, pengendapan yang rendah, air yang bebas dari polusi, harus ada lebih dahulu substrat yang keras untuk menempel Suharsono 1996 dan Nyabakken 1992. Pengaruh sedimen terhadap terumbu karang telah disimpulkan oleh berbagai peneliti antara lain: 1 menyebabkan kematian karang apabila menutupi permukaan karang, 2 menghambat pertumbuhan karang secara langsung, 3 menghambat planula karang untuk meletakkan diri dan berkembang di substrat, serta 4 meningkatkan kemampuan karang terhadap sedimen. Menurut Paonganan 2008 mengatakan bahwa konsentrasi nutrient terutama posfat sangat mempengaruhi tinggi rendahnya invasi makroalga. Sedangkan parameter lainya yang juga berpengaruh adalah suhu dan salinitas. Intensitas cahaya, pH, dan laju sedimentasi dapat mempengaruhi invasi makroalga ke koloni karang hidup pada level rendah dan sedang. Kondisiini menunjukkan bahwa laju sedimen tasi, pH dan intensitas cahaya tidak lagi menjadi faktor pembatas pada laju invasi makroalga pada level yang tinggi.

2.2.4 Bentuk-Bentuk Pertumbuhan Karang

Suatu jenis karang dari genus yang sama dapat mempunyai bentuk pertumbuhan yang berbeda pada lokasi pertumbuhan. Menurut Maduppa 2006 habitat memiliki efek yang besar terhadap sifat dan laju pertumbuhan. Sifat habitat memiliki pengaruh besar terhadap tipe pertumbuhan dan jenis karang. Menurut English et al. 1994 bentuk pertumbuhan karang keras terbagi atas karang Acropora dan karang non-Acropora. Karang non-Acropora terdiri atas: 1 Coral Branching CB, memiliki cabang lebih panjang daripada diameter yang dimiliki. 2 Coral massive CM, berbentuk seperti bola dengan ukuran yang bervariasi, permukaan karang halus dan padat. Dapat mencapai ukuran tinggi dan lebar sampai beberapa meter. 3 Coral encrusting CE, tumbuh menyerupai dasar terumbu dengan permukaan yang kasar dan keras serta berlubang-lubang kecil. 4 Coral submassive CS, cenderung untuk membentuk kolom kecil, wedge-like. 5 Coral foliose CF, tumbuh dalam bentuk lembaran-lembaran yang menonjol yang pada dasar terumbu, berukuran kecil dan membentuk lipatan atau melingkar. 6 Coral Mushroom CMR, berbentuk oval dan tampak seperti jamur, memiliki banyak tonjolan seperti punggung bukit beralur dari tepi hingga pusat mulut. 7 Coral millepora, CME, yaitu karang api. 8 Coral heliopora CHL, yaitu karang biru. Untuk karang jenis Acropora English et al. 1994 menggolongkan karang sebagai berikut: 1 Acropora branching ACB, berbentuk bercabang seperti ranting pohon. 2 Acropora encrusting ACE, bentuk mengerak, biasanya terjadi pada Acropora yang belum sempurna. 3 Acropora tabulate ACT, bentuk bercabang dengan arah mendatar dan rata seperti meja. 4 Acropora submassive ACS, percabangan bentuk gadalempeng dan kokoh. 5 Acropora digitate, ACD, bentuk percabangan rapat dengan cabang seperti jari-jari tangan.

2.3 Pemutihan Karang Coral Bleaching

Suharsono 1996 mengatakan terumbu karang terbentuk dari kalsium karbonat CaCO 3 yang disekresikan selama jutaan tahun oleh hewan karang polip coral. Hewan karang bersimbiosis dengan alga zooxanthellae yang hidup di dalam jaringan karang. Simbiosis yang berlangsung antara hewan karang dengan alga zooxanthella merupakan simbiosis multualisme, dimana zoxanthella mensuplai nutrisi dan hasil fotosintesisinya kepada hewan karang. Sedangkan karang memberi tempat tinggal yang aman dan mensuplai karbondioksida bagi alga zooxanthella. Suhu air laut di daerah tropis mengalami peningkatan hampir 1 o C selama 100 tahun terakhir dan tingakat pertambahannya diperkirakan mendekati 1 o C-2 o C setiap abad. Bagian utama dari karang pembentuk terumbu yang sehat reef building corals sekarang ini hidupnya sudah hampir melampaui batas suhu maksimum. Pertambahan suhu air yang sangat sedikit saja akan membuat terumbu karang mengalami stresstekanan dan mengalami pemutihan. Bleaching merupakan suatu reaksi binatang karang terhadap tekanan dari lingkungan. Bleaching dapat terjadi bila pigmen zooxznthellae dalam jaringan karang hilang atau berkurang, konsentrasi zooxanthellae dalam sel berkurang atau gabungan dari kedua kondisi di atas Glynn 1990. Karang akan cenderung untuk