Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pemutihan Karang Coral Bleaching

kelas Chaetodontidae dan juga sering digunakan sebagai petunjuk kesehatan dan keanekaragaman karang batu Subhan 2010. Menurut Dartnal dan Jones 1986 dalam Subhan 2010, komposisi normal untuk ketiga kelompok ini dalam area karang yang sehat adalah dengan rasio 60:30:10, akan tetapi variasi komposisi selalu terjadi dimana-mana setiap perairan karang. 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di perairan Pulau Weh Kota Madya Sabang, Aceh. Pengambilan data ekosistem terumbu karang dilakukan pada Februari 2009 dan Februari 2011-Maret 2011, sedangkan data kondisi karang saat pemutihan coral bleaching pengambilannya dilakukan pada bulan Mei 2010, Agustus 2010 dan Febuari 2011. Pada penelitian ini lokasi pengamatan terdiri dari 13 stasiun pengamatan. Stasiun penelitian pengamatan tersebut adalah: Ujung seurawan, Rubiah Channel, Rubiah Sea Garden, Batee Meuronron, Lhok Weng, Gapang, Sumur Tiga, Ujung Kareng, Reteuk, Benteng, Anoi Itam, Jaboi, Beurawang. Letak posisi pengamatan dan posisi geografis setiap stasiun dapat dilihat pada Gambar 5. 3.2 Alat dan Bahan Penelitian Untuk mendukung pelaksanaan penelitian ini digunakan beberapa alat dan bahan, disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Daftar alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian No. Nama Kegunaan 1. Kapal Sebagai Alat Transportasi Laut 2. GPS Global Positioning System Untuk Mengetahui Posisi 3. Alat Selam SCUBA Untuk Melakukan Penyelaman 4. Sabak dan Pensil Alat Tulis Bawah Air 5. Underwater Camera Dokumentasi 6. Buku Identifikasi Karang, dan Ikan Laut Identifikasi

3.3 Metode Pengambilan Data

3.3.1 Suhu Permukaan Laut SST

Suhu permukaan Laut atau Sea Surface Temperatur SST diakses pada satelit NOOA yang diunduh maret 2011. Suhu permukaan laut yang diperlukan adalah rata-rata suhu permukaan laut bulanan pada perairan Pulau Weh Sabang 2 4 Gambar 5 Peta Lokasi Penelitian sejak bulan Januari 2009 sampai Maret 2011. Data yang di peroleh akan diubah kedalam bentuk grafik dan gambar.

3.3.2 Pemutihan Karang Coral Bleaching

Penelitian ini dilakukan di sepanjang tepi terumbu. Pengambilan data pemutihan karang berupa koloni genus karang pada kedalaman 3-6 m. Respon warna berdasarkan pengamatan pada koloni karang dilakukan pada bulan Mei 2010, Agustus 2010 dan Febuari 2010. Karang di catat dengan cara berenang sebanyak 10 kayuhan secara acak, kemudian mencatat semua koloni genus karang dengan radius 2 m dan proses ini diulang sebanyak 30 pengulangan McClanahan 2002. Setiap koloni diidentifikasi genusnya dan dikelompokkan ke dalam tujuh kategori: 1 tidak putih normal, 2 pucat, 3 0-20 putih, 4 20-50 putih, 5 50-80 putih, 6 80-100 putih dan 7 mati. Metode pengelompokkan atau perubahan tingkat warna awalnya dideskripsikan oleh Gleason 1993, baru-baru ini di gunakan oleh Marshall dan Baird 2000, dan disahkan oleh Edmunds et al. 2003. Gambar 6 Contoh kategori pemutihan karangpada genera Porites . Ket : a. karang Pucat kiri dan karang normal kanan. b. karang yang telah memucat. c. 20-50 putih d. 100 putih kiri dan karang normal kanan McClanahan 2004.

3.3.3 Persentase Penutupan K

Pengambilan data persen point intercept transect En sepanjang 50 meter x 3 ulang menyinggung transek dan bent menggunakan buku identifikas Gambar 7 Ilustrasi teknik peng transek garis menyi

3.3.4 Kelimpahan Ikan Karan

Pengambilan data ika diidentifikasikan dengan meng Indonesia oleh Kuiter 1992 menggunakan metode sensus English et al. 1997. Data diam dan kiri garis. Gambar 8 Ilustrasi teknik pe sensus transek sa an Karang sen penutupan karang dilakukan dengan metode English et al. 1997. Dengan membentang rollm angan. Data yang diambil berupa genus karang entuk pertumbuhan karang. Identifikasi genus ka kasi Veron 2002. pengumpulan data substrat dasar dengan mengguna nyinggung. arang kan karang yaitu berupa jenis spesies enggunakan buku identifikasi ikan karang pera 1992 dan Allen 2003 dan jumlah kelimpahan de us transek sabuk Belt Transect Census Brock 1982; diambil di sepanjang transek dengan lebar 2,5 m ka k pengumpulan data ikan karang dengan mengguna k sabuk Belt Transect Census. ode PIT llmeter g yang karang gunakan yang perairan dengan k 1982; kanan unakan

3.4 Analisa Data

3.4.1 Pemutihan Karang Coral Bleaching

Indeks pemutihan karang coral bleaching BI yang dihitung dari persentase pengamatan pada masing-masing enam kategori pemutihan karang McClanahan 2004: Bleaching Index BI = 0c1 + 1c2 + 2c3 + 3c4 + 4c5 + 5c6 5 Dimana : BI = Indeks pemutihan karang C1 = Tidak putih normal C2 = Pucat C3 = 0-20 Putih C4 = 20-50 Putih C5 = 50-80 Putih C6 = 80-100 Putih

3.4.3 Persentase Penutupan Karang

Persentase penutupan substrat dasar menggunakan rumus dibawah ini English et al. 1997: 100 x L li C i = Dimana : C i = Persentase penutupan karang hidup l i = Panjang total kategori substrat dasar cm L = Panjang transek cm Data persentase penutupan karang hidup yang diperoleh dikategorikan berdasarkan Gomez dan Yap 1988, yaitu: a. Buruk : 0 - 24,90 b. Sedang : 25 - 49,90 c. Baik : 50 - 74,90 d. Sangat Baik : 75 - 100

3.4.4 Indeks Mortalitas Karang

IMK Nilai indeks mortalitas karang didapat kan dari persentase penutupan karang mati dan patahan karang yang dibagi dengan persentase karang hidup modifikasi dari Gomez and Yap, 1988: B A A + = IM Dimana : MI = Indeks kematian A = Persentase karang mati dan patahan karang B = Persentase karang hidup 3.5 Ikan Karang 3.5.1 Kelimpahan Ikan Banyaknya individu ikan persatuan luas daerah pengamatan ditunjukkan oleh nilai kelimpahan ikan. Menurut Odum, 1971 kelimpahan dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Dimana : N = Kelimpahan individu n = Jumlah individu ikan spesies i A = Luas area sensus ikan

3.6 Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam mengolah data setiap lokasi pengamatan yang ditampilkan berupa bentuk dendogram dengan menggunakan analisis indeks jarak Euclidean untuk mengetahui dan mengelompokkan unit-unit yang homogen dari suatu kelompok data tertentu. Indeks ini tidak dibatasi oleh nilai antara 0 sampai 1. Bila kesamaan antar stasiun makin tinggi, maka nilai indeks jarak Euclidean akan makin rendah. Software yang digunakan dalam analisis ini adalah Statistica 6.0. Adapun dalam menganalisis substrat dasar dan lokasi pengamatan digunakan Analisis Komponen Utama Principal Component Analysis PCA. Adapun software yang digunakan adalah Statistica 6.0. 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Suhu Permukaan Laut

Sea Surface Temperature Suhu permukaan laut Sea Surface Temprature pada daerah perairan Pulau Weh Sabang dipertengahan tahun 2010 yaitu bulan Mei 2010, telah terjadi peningkatan suhu perairan sebesar 4°C dari suhu normal. Data hasil rekaman satelit NOAA Gambar 9 menyatakan bahwa pada bulan Mei 2010 suhu permukaan laut pada lokasi pengamatan bulatan merah mencapai 33°C dimana nilai suhu ini lebih tinggi dari nilai rata-rata suhu perairan laut untuk ekositem terumbu karang pada umumnya. Menurut Birkeland 1997 suhu optimum untuk terumbu karang adalah 26 – 28°C. Pada pengamatan bulan Juli 2010 dan Februari 2011 suhu permukaan laut mengalami penurunan Gambar 10. Penurunan suhu terjadi mulai 30°C pada bulan Juli 2010 dan 28°C pada bulan Februari 2011. Penurunan suhu permukaan laut di karenakan pada saat bulan Juli 2010 dan Februari 2011sudah kembali dalam kondisi normal. Gambar 9 Rata-rata suhu Bulanan permukaan laut pada wilayah perairan Pulau Weh Sabang dari Januari 2009 sampai Maret 2011. 26 28 30 32 34 S S T C Jan-09 Feb-09Mar-09 Apr-09 May-09 Jun-09 Jul-09 Aug-09 Sep-09 Oct-09 Nov-09 Dec-09 Jan-10 Feb-10Mar-10 Apr-10 May-10 Jun-10 Jul-10 Aug-10 Sep-10 Oct-10 Nov-10 Dec-10 Jan-11 Feb-11 Tahun S S T C ⁰ Gambar 10 Suhu permukaan laut bulan Mei 2010, Juli 2010 dan Februari 2011 Coral Reef Watch 2011.

4.2 Pemutihan Karang Coral Bleaching

4.2.1 Perbandingan Katagori Pemutihan Karang

Pemutihan karang atau yang dikenal juga dengan sebutan coral bleaching ini merupakan suatu respon visual yang sangat mencolok dan sering dikaitkan dengan naiknya suhu permukaan laut serta gangguan dari lingkungan terhadap terumbu karang Obura 2005. Beberapa peneliti melihat kejadian pemutihan karang sebagai suatu gejala stress lingkungan dan merupakan indikator penyakit serta berisiko kematian. Sedangkan para peneliti lain melihatnya sebagai adaptasi hewan karang untuk perubahan kondisi lingkungan Sebastian 2009. Dari hasil survey pengamatan yang dilakukan pada bulan Mei 2010, Juli 2010 dan Februari 2011 menunjukkan bahwa katagori pemutihan karang pada setiap pengamatan mengalami perubahan yang kontras Gambar 11. Gambar 11 Persentase katagori pemutihan karang coral bleaching pada bulan Mei 2010, Juli 2010 dan Februari 2011. Pada pengamatan pertama yakni pada bulan Mei 2010 ditemukannya banyak karang mengalami pemutihan mulai dari katagori pucat sampai putih 100. Katagori putih 100 persentasenya mencapai 40. Selain itu persentase katagori pucat C2 saat pengamatan bulan Mei 2010 merupakan katagori dengan nilai 10 20 30 40 50 60 70 80 Normal Pucat 0-20 putih 20-50 putih 50-80 putih 80-100 putih Mati K a ta g o ri P e m u ti h a n Mei 2010 Juli 2010 Februari 2011 tertinggi dibandingkan dengan waktu pengamatan lainnya Gambar 11 yaitu 20 karang pada saat tersebut menggalami katagori pucat. Tingginya pemucatan yang terjadi pada karang merupakan respon pertama karang terhadap tekanan misalnya peningkatan suhu dan bersifat sementara. Karang yang mengalami pemucatan akan mengalami dua kemungkinan yaitu sembuh kembali atau menjadi putih yang kemudian mati McClanahan 2004. Pada saat bulan Juli 2010 suhu permukaan laut sudah berangsur menurun hingga menjadi 30 o C Gambar 2, hal ini berpengaruh juga terhadap turunnya persentase katagori putih. Pada bulan Juli 2010 untuk katagori Normal hingga 50- 80 putih masih dijumpai dengan nilai yang sangat rendah jika dibandingkan dengan bulan Mei 2010. Namun banyak juga karang yang ditemukan dalam kondisi katagori 80-100 putih C6 dengan nilai 35. Intensitas upwelling juga sangat berkontribusi selama bulan-bulan terpanas yang dapat mengurangi stres pada karang Sebastian et al. 2009. Namun pada pengamatan bulan Juli 2010 hampir 30 karang pada perairan Pulau Weh mengalami tingkat kematian yang merupakan tingkat kematian tertinggi selama pengamatan. Hal ini kemugkinan disebabkan oleh banyaknya karang yang mengalami pemutihan pada bulan Mei 2010 yang berujung pada kematian. Pada Februari 2011 tidak terjadinya fenomena pemutihan karang. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa hampir70 karang kembali pada kondisi normal atau katagori C1. Tingginya karang yang telah normal kembali atau rendahnya karang yang berkategori putih dikarenakan bahwa pada Februari 2011 suhu permukaan air laut telah mengalami penormalan kembali atau adanya perubahan suhu yang lebih cepat yang dapat ditoleransi oleh karang Gambar 9 dan Gambar 10. Sehingga persentasi karang berkatagori pucat relative sangat kecil dan yang berkatagori putih hampir tidak ditimukan lagi. Selain itu peningkatan persentase karang normal sangat dipengaruhi oleh kondisi bio- ekologis antara lain tipe reproduksi karang induk, konsentrasi alga simbion, kompetisi dan predasi Suharsono 1984 dan Nybaken 1992. Reproduksi dan rekolonisasi merupakan suatu kejadiaan dari suatu proses kehidupan karang untuk membantu melakukan pemulihan. Reproduksi dan rekolonisasi tidak akan dapat terjadi jika dalam keadaan kondisi terganggunya faali biota karang Fitt et al. 2001. Pada bulan Februari 2011 tingkat kematian karang menurun hingga 15 dari pengamatan bulan Juli 2010 Gambar 3. Penurunan ini terjadi karena kebanyakan karang yang sudah lama mati sudah menyatu dengan batu rock terutama untuk karang kerak encrusting dan sudah dipenuhi alga sehingga sulit untuk membedakannya. Dalam tekanan yang bersifat terus menerus dan dalam jangka waktu yang lama maka akan dapat menyebabkan kematian bagi hewan karang Fitt et al. 2001.

4.2.2 Indeks Pemutihan Bleaching Index Pada Setiap Lokasi

Indeks pemutihan pada setiap lokasi di Pulau Weh Sabang mempunyai nilai yang bervariasi Gambar 12. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor-faktor lokal yang mempengaruhi respon terumbu karang terhadap kenaikan suhu permukaan laut secara tiba-tiba. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap respon terumbu karang adalah fisika kimia perairan, kualitas perairan, topografi perairan, pola arus, cahaya matahari, polusi dan sedimentasi Veron dan Minchin 1992. Secara umum indeks pemutihan karang pada bulan Mei 2010 bervariasi, berkisar antara 83,07 hingga 48,07. Indeks pemutihan karang paling tinggi dibulan Mei 2010 terjadi di Gapang yaitu 83,07. Tingginya tingkat pemutihan karang pada daerah Gapang dapat dikarenakan akibat daerah ini yang membentuk teluk, sehingga kemungkinan massa air yang panas terperangkap lebih lama. Reuteuk merupakan daerah yang paling kecil indeks pemutihan karang pada bulan Mei 2010 dibandingkan dengan lokasi-lokasi lainnya yaitu 48,25. Indeks pemutihan karang memberikan infomasi mengenai pemutihan karang pada suatu lokasi. Semakin tinggi indeks pemutihan karang maka semakin tinggi pula pemutihan karang yang terjadi pada suatu lokasi. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah nilai indeks pemutihan karang pada suatu lokasi maka semakin rendah juga pemutihan yang terjadi dilokasi tersebut. Pada bulan Juli 2010 terjadi penurunan indeks pemutihan karang pada stiap lokasi pengamatan dari indeks respon pemutihan karang bulan Mei 2010. Indeks pemutihan tertinggi pada bulan Juli 2010 terjadi pada lokasi Gapang yaitu 62,29, lokasi ini mengalami penurunan indek pemutihan karang sekitar 20. Indeks pemutihan karang paling rendah terjadi di Sumur Tiga yaitu sebesar