memangsanya maka polip ini akan mengecil dan berada dalam cangkang Barnes 1980.
Menurut sumich dsn Burke et al. 2002 karang dapat menghasilkan komponen senyawa inorganic yang berupa nitrat, fosfat dan karbon dioksida yang
diperlukan untuk keperluan hidup zooxanthella, sedangkan zooxanthella dalam simbiosis dengan hewan karang menghasilkan oksigen dan senyawa organic
melalui fotosintesis yang akan dimanfaatkan oleh hewan karang. Bentuk simbiosis yang terjadi antara hewan karang dengan zooxanthella adalah simbiosis
multualisme dimana zooxanthella membantu dalam pembentukan kerangka. Asosiasi simbiotik antara zooxanthella dengan hewan karang sangat erat,
zoxanthella merupakan penentu utama untuk proses metabolisme, dan juga untuk membentuk kerangka dan sebaran vertical hewan karang tersebut. Selain itu
zooxanthella juga terdapat dalam berbagi jenis invertebrate di daerah terumbu karang sehingga memberi petunjuk bahwa peranan alga tersebut sangat penting
dalam ekosistem terumbu karang Nyabakken 1992 dan Nontji 1987.
2.2.2 Reproduksi Karang
Reproduksi hewan karang dapat terjadi secara seksual maupun non seksual. Reproduksi Aseksual karang dilakukan dengan cara membentuk tunas. Tunas ini
biasanya akan tumbuh di permukaan bagian bawah atau pada bagian pinggir koloni karang. Tunas baru akan tetap melekat hingga ukuran tertentu sampai dapat
melepaskan diri dan menjadi individu baru. Pembentukan tunas ini dapat terjadi dilakukan dengan cara pertunasan intretentakular, yaitu pembentukan individu
baru dalam individu lama, sedangkan pertunasan ekstrakurikuler merupakan pembentukan individu lama Suharsono 1996.
Setiap polip memiliki kemampuan memperbanyak koloni dengan cara reproduksi seksual yang menghasilkan larva yang mampu berenang bebas,
menetap dan membentuk koloni baru. Sedangkan reproduksi seksual dilakukan dengan pembentukan tunas cabang. Kebanyakan spesies karang melakukan
reproduksi secara seksual yaitu melalui pemijahan massal. Dalam kurun waktu 24 jam, seluruh karang dari satu spesies atau kandang-kadang dari satu genus
melepaskan telur dan spermanya pada saat yang bersamaan. Ini terjadi pada
spesies-spesies dari genus Montastraea, dan juga pada genera lain seperti Montipora, Platygra, Favia
dan Favites Harrison dan Wallace 1990. Dalam beberapa spesies Montipora dan Acropora, telur dan sperma di lepaskan dalam
suatu kantung, kemudian mereka mengapung di permukaan air dimana mereka terpisah dan fertilisasi akan berlangsung. Beberapa saat kemudian, zigot akan
berkembang menjadi larva yang disebut planula. Hasil kajian Rani 2004 melaporkan bahwa karang Acropora nobilis dan
Pocillopora verrucosa memiliki tingkah laku pemijahan yang hermafrodit
simultan broadcast spawning simultaneous hermaphrodite, namun kedua karang ini memiliki tipe tingkah laku berpijah yang berbeda. Karang A. nobilis
melepaskan gametnya dalam satu paket buntelan telur-sperma egg-sperm bundles
dengan warna putih dan pada umumnya berwarna putih kekuning- kuningan, sedangkan karang P. verrucosa melepaskan gametnya secara bebas dan
terpisah antara telur dan sperma dengan dengan 3 tipe tingkah laku polip dalam pelepasan gamet telur saja, sperma saja dan telur dan sperma.
Gambar 3 Siklus reproduksi seksual karang Timotius 2003
Ket: Telur sperma dilepaskan ke kolom air a fertilisasi menjadi zigot terjadi di permukaan air b zygot berkembang menjadi larva planula
yang kemudian mengikuti pergerakan air . Bila menemukan dasaran yang sesuai, maka planula akan menempel di dasar c planula akan
tumbuh menjadi polip d terjadi kalsifikasi e membentuk koloni karang f namun karang soliter tidak akan membentuk koloni
Larva planula dari tipe brooding memiliki kemampuan yang cepat untuk penempelan di substrat dan proses metamorfosis. Larva planula ini mempunyai
ukuran yang lebih besar dari larva yang dihasilkan tipe Spawning. Larva ini juga