Pearl millet Pennisetum glaucum

Tepung jewawut biasanya dibuat dari biji jewawut ataupun dari proses perkecambahan terhadap biji-bijian yang digerminasi dan selanjutnya dijadikan bahan baku utama produk olahan. Tepung jewawut yang dihasilkan dari perkecambahan biji jewawut memiliki perbaikan nilai gizi suatu produk olahan karena proses perkecambahan akan menyebabkan perubahan nilai nutrisi yang terkandung dalam biji. Aplikasi ini merupakan salah satu jawaban yang tepat bagi pemenuhan nutrisi kebutuhan masyarakat. Nilai tambah dari tepung kecambah biji-bijian yang telah ditepungkan ini tidak hanya memiliki kandungan antioksidan yang tinggi, tetapi juga kandungan nutrisi yang penting bagi pemenuhan gizi masyarakat, karena selama proses germinasi perkecambahan, melibatkan banyak enzim untuk proses katabolisme senyawa makromolekul seperti karbohidrat, lemak dan protein menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana sehingga mudah dicerna dan diserap oleh tubuh Sari, 2010. Pemanfaatan jewawut pada masa modern ternyata semakin berkembang dengan semakin banyaknya produk pangan berbahan baku jewawut di berbagai wilayah lain. Deskripsi singkat mengenai jenis produk pangan tersebut dan wilayahnya disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Pemanfaatan jewawut di masa modern b Nama Produk Wilayah Nasi, bubur, roti tidak beragi, roti beragi, dan puding Asia, Eropa bagian tenggara, dan Afrika Utara Bahan pokok makanan yang dicampur dengan polong- polongan dan dimasak Cina bagian utara Adonan roti dan mie Cina bagian utara Keripik mini, jewawut gulung kering, tepung makanan bayi Cina Kecambah jewawut digunakan untuk sayuran, bahan pembuatan bir, alkohol, cuka, wine Rusia dan Burma Myanmar b Yanuwar 2009; Suherman et al. 2009

4. Pearl millet Pennisetum glaucum

Pearl millet adalah jenis tanaman jewawut yang paling luas penyebaran dan pembudidayaannya dibandingkan jenis jewawut lainnya. Pearl millet Pennisetum glaucum merupakan jenis yang potensial untuk pangan dan penyebarannya luas Leder, 2004. Pearl millet berasal dari Afrika Barat dan setidaknya sekitar 2000 tahun lalu dibawa ke Afrika Timur, Afrika Tengah, dan India. Hal ini terjadi karena kemampuan tanaman tersebut untuk hidup di lingkungan marginal dan kering Hulse et al., 1980. Di India, pearl millet memiliki banyak sebutan, tetapi yang paling umum adalah bajra. Wujud tanaman pearl millet disajikan pada Gambar 1, sedangkan penampakan biji pearl millet yang digunakan pada penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 2. Pearl millet dibagi menjadi dua kelas, yakni early millet yang dewasa pada umur 60-95 hari dan late season millet yang dewasa pada umur 130-150 hari. Tanaman jewawut jenis pearl millet memiliki variasi kultivar yang memiliki perbedaan karakter, termasuk tinggi tanaman dalam jangkauan 0.5−4 m, ketebalan dan derajat percabangan stem, serta ukuran, bentuk, dan warna dari bijinya, berwarna agak putih, kuning pucat, coklat, hijau, atau ungu. Selain itu, panjang tangkai biji mencapai 3−4 mm dan setiap tangkai mencapai 1000 biji dengan berat 2.5−14 g. Ukuran biji setengah lebih kecil dari sorgum, serta proporsi germ dan endosperma lebih rendah dari sorgum Hulse et al., 1980. Klasifikasi tanaman pearl millet yang dikutip dari Nurmala 1997 disajikan sebagai berikut: Kelas : Monocotyledon Ordo : Poales Famili : Poaceae Genus : Pennisetum Spesies : Pennisetum sp. Gambar 1. Tanaman Pearl Millet Gambar 2. Biji Pearl Millet Pearl millet sebagai sumber karbohidrat memiliki kandungan kalsium lebih tinggi dari jagung, tapi lebih rendah dari sorgum, lalu sifat viskositas pati lebih tinggi dari gandum dan sifat gelatinisasi lebih baik dari sorgum Suherman et al., 2009. Pearl millet yang banyak dipakai sebagai sumber pangan yang memiliki protein kasar lebih tinggi 1-2 dari sorgum, tetapi masih rendah kandungan asam amino yang mengandung sulfur Singh et al., 2003. Komposisi struktur biji sedikit berbeda dengan sorgum, bagian endospermanya 75, sedangkan sorgum 82. Leder 2004 menyatakan protein pearl millet memiliki fraksi protein albumin dan globulin sebesar 22-28, prolamin sebesar 28-35, glutelin 28-32. Fraksi prolamin pearl millet lebih kecil dari sorgum. Kandungan asam amino pada pearl millet dan fraksi proteinnya disajikan secara ringkas pada Tabel 6 menurut Bhuja 2009. Serna-Saldivar et al. 1995 juga menyebutkan bahwa pearl millet memiliki kandungan protein dan lemak yang lebih tinggi dari sorgum, semua jenis millet memiliki kandungan asam amino lisin terbatas tapi pearl millet memiliki kandungan lisin lebih tinggi dari jenis millet lainnya. Kandungan lemak umumnya lebih tinggi dari sorgum 3-6, sebanyak 75 termasuk asam lemak tidak jenuh rantai panjang PUFA, jenis PUFA yang terbanyak adalah asam linoleat. Kandungan vitamin pearl millet umumnya vitamin C, A, dan mineral umumnya adalah Fe, Ca, Mg, dan Zn. Kandungan mineral besi pearl millet lebih tinggi daripada sorgum Leder, 2004. Komposisi kimia pearl millet dari beberapa sumber dapat dilihat pada Tabel 7. Informasi yang terdapat pada Tabel 7 menunjukkan perbedaan kadar komposisi nutrisi pearl millet yang disebabkan oleh perbedaan metode yang digunakan, dan keakuratan alat uji yang dipakai. Perbedaan hasil analisis kimia biji jewawut juga disebabkan oleh faktor prapanen seperti teknik penanaman, tingkat kesuburan tanah, faktor lingkungan seperti radasi matahari, suhu, dan varietas yang berbeda Yanuwar, 2009. Tabel 6. Komposisi asam amino esensial dan distribusi fraksi protein pada pearl millet dengan sorgum sebagai pembanding Bhuja, 2009 Biji Sorgum Pearl millet Komposisi asam amino mgg Isoleusin 245 256 Leusin 832 598 Lisin 126 214 Metionin 87 154 Fenilalanin 306 301 Treonin 189 241 Triptofan 63 122 Fraksi protein protein total Albumin dan globulin 17.4 25.0 Prolamin 6.4 28.4 Glutelin 35.7 18.4

5. Struktur Pearl millet Pada Umumnya