40.88 µ
gml dengan 0.97, kemudian menurun pada konsentrasi 163.54 µ
gml dengan 0.84, dan proliferasi terendah ditunjukkan pada konsentrasi 81.77
µ gml dengan 0.74. Ilustrasi
proliferasi sel limfosit ini dapat dilihat dengan jelas pada Gambar 9.
Gambar 9. Rata-rata indeks stimulasi proliferasi sel limfosit kontrol standar dan ekstrak heksana
Ketiga variasi konsentrasi ekstrak heksana dalam penelitian ini tidak mampu menstimulasi proliferasi sel limfosit manusia secara baik diakibatkan nilai rata-rata indeks
stimulasinya yang lebih rendah dibandingkan kontrol standar. Ketidakmampuan ekstrak heksana untuk menstimulasi sel limfosit dikarenakan rendahnya konsentrasi ekstrak pada
kultur sel. Konsentrasi ekstrak heksana pada kultur sel yang tidak sesuai dengan konsentrasi
ekstrak heksana secara teoritis mengindikasikan fakta baru bahwa banyaknya tepung biji pearl millet tersosoh 100 detik yang diasumsikan terkonsumsi hanyalah sebesar 18.18
ghari dari asumsi konsumsi awal yang adalah 100 ghari. Contoh perhitungan untuk mendapatkan besar konsumsi tepung ini disajikan pada Lampiran 22.
b. Pengaruh ekstrak etil asetat terhadap proliferasi sel limfosit secara in vitro
Ekstrak etil asetat yang memberikan pengaruh tertinggi terhadap proliferasi sel limfosit manusia ditunjukkan pada konsentrasi 11.43
µ gml dengan 1.00, kemudian menurun pada
konsentrasi dua kalinya yakni 22.87 µ
gml dengan 0.95, dan hasil terendah ditunjukkan pada konsentrasi setengahnya yakni 5.72
µ gml dengan 0.92. Pengaruh ekstrak etil asetat
terhadap proliferasi sel limfosit diilustrasikan secara jelas pada Gambar 10.
Gambar 10. Rata-rata indeks stimulasi proliferasi sel limfosit kontrol standar dan ekstrak etil asetat
Ekstrak etil asetat dalam penelitian ini yang mampu menstimulasi proliferasi sel limfosit manusia secara baik hanya pada konsentrasi 11.43
µ gml dengan nilai rata-rata indeks
stimulasi sama dengan kontrol standar. Hasil ini menunjukkan kemungkinan ekstrak etil asetat dari tepung biji pearl millet tersosoh 100 detik dengan kandungan senyawa semipolar
terlarutnya memiliki kemampuan sebagai senyawa imunomodulator. Konsentrasi ekstrak etil asetat pada kultur sel yang tidak sesuai dengan konsentrasi
ekstrak etil asetat secara teoritis mengindikasikan fakta baru bahwa banyaknya tepung biji pearl millet yang diasumsikan terkonsumsi hanyalah sebesar 18.18 ghari dari asumsi
konsumsi awal yang adalah 100 ghari.
c. Pengaruh ekstrak etanol terhadap proliferasi sel limfosit secara in vitro
Pengaruh ekstrak etanol berfluktuatif terhadap proliferasi sel limfosit pada ketiga tingkatan konsentrasi. Ekstrak etanol pada konsentrasi tertinggi yakni 117.59
µ gml
memberikan nilai rata-rata indeks stimulasi tertinggi pula yakni 1.10, lalu menurun pada konsentrasi 29.40
µ gml dengan 0.93, dan pengaruh stimulasinya semakin menurun pada
konsentrasi 58.80 µ
gml dengan 0.91. Pengaruh ekstrak etanol terhadap proliferasi sel limfosit diilustrasikan secara jelas pada Gambar 11.
Gambar 11. Rata-rata indeks stimulasi proliferasi sel limfosit kontrol standar dan ekstrak etanol
Ekstrak etanol dalam penelitian ini yang mampu menstimulasi proliferasi sel limfosit manusia secara baik hanya pada konsentrasi 117.59
µ gml dengan nilai rata-rata indeks
stimulasi lebih besar dari kontrol standar, yakni 1.10. Hasil ini menunjukkan kemungkinan ekstrak etanol dari tepung biji pearl millet tersosoh 100 detik dengan kandungan senyawa
polar terlarutnya memiliki kemampuan sebagai senyawa imunomodulator. Konsentrasi ekstrak etanol pada kultur sel yang tidak sesuai dengan konsentrasi ekstrak
etanol secara teoritis mengindikasikan fakta baru bahwa banyaknya tepung biji pearl millet yang diasumsikan terkonsumsi hanyalah sebesar 18.18 ghari dari asumsi konsumsi awal
yang adalah 100 ghari.
d. Pengaruh ekstrak akuades terhadap proliferasi sel limfosit secara in vitro