2. Kegiatan Penyosohan dan Pembuatan Tepung Pearl Millet Tersosoh 100 detik
a. Kegiatan penyosohan biji pearl millet selama 100 detik Yanuwar, 2009
Kegiatan penyosohan biji pearl millet selama 100 detik sama dengan kegiatan yang dilakukan dengan kegiatan penentuan derajat sosoh yang terilustrasikan pada Lampiran 4
diagram alir nomor 2. Alat yang digunakan adalah satake grain mill dengan jumlah biji pearl millet yang disosoh adalah 150 g dan waktu penyosohannya adalah 100 detik.
b. Kegiatan pembuatan tepung pearl millet tersosoh 100 detik Andriani, 2008
Sejumlah biji pearl millet yang telah tersosoh selama 100 detik kemudian segera diolah menjadi tepung menggunakan alat pin disc mill. Kegiatan pembuatan tepung ini dilakukan
agar memudahkan proses ekstraksi yang akan dilakukan pada kegiatan penelitian ketiga. Pembuatan tepung pearl millet dilakukan dengan menggunakan metode hasil modifikasi
dari metode kontrol Andriani 2008. Proses pembersihan biji pearl millet dari serpihan kulit hasil kegiatan penyosohan dan proses pengayakan pada saringan 80 mesh dilakukan
dalam metode kontrol Andriani 2008, sedangkan dalam penelitian ini dilakukan proses pembersihan dan tidak dilakukan proses pengayakan tersebut. Jadi, tepung pearl millet
yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan hasil pengolahan biji pearl millet yang telah disosoh selama 100 detik menggunakan alat satake grain mill, dilakukan proses
pembersihan dengan memisahkan biji pearl millet yang telah tersosoh dengan serpihan kulit hasil penyosohan, dan penggilingan biji pearl millet yang telah tersosoh selama 100
detik menjadi tepung menggunakan alat pin disc mill. Ilustrasi kegiatan ini digambarkan pada Gambar 7.
Gambar 7. Diagram alir kegiatan pengolahan biji pearl millet menjadi tepung sosoh 100 detik
3. Kegiatan Ekstraksi Tepung Pearl Millet Tersosoh 100 Detik
a. Ekstraksi bertingkat dengan metode maserasi
Tahapan ekstraksi bertingkat tepung jewawut ini didasarkan atas penggunaan metode
yang terdapat dalam penelitian Fitrial 2008, namun dengan bahan tepung yang berbeda.
Ekstraksi bertingkat tepung jewawut dilakukan dengan metode maserasi yang dilakukan berdasarkan tingkat kepolaran pelarut, yaitu heksana nonpolar, etil asetat
semipolar, dan alkohol polar .
Biji pearl millet Penyosohan dengan Satake Grain Mill 100 detik
Pembersihan biji pearl millet tersosoh dari serpihan kulit Penggilingan dengan Pin Disc Mill
Tepung pearl millet sosoh 100 detik
Tepung jewawut sebanyak 100 g diekstrak dengan pelarut heksana absolut dan diletakkan pada shaker dengan suhu ruang selama 24 jam. Kemudian, campuran tersebut
disaring menggunakan saringan vakum dan akan didapatkan filtrat heksana campuran pelarut heksana dan komponen terlarut yang larut dalam pelarut heksana dan substrat
berupa endapan padatan yang tidak lolos filterisasi. Filtrat heksana diuapkan dengan rotavapor pada suhu 40
C dan sisa pelarut heksana dihembuskan dengan gas nitrogen, kemudian akan didapatkan ekstrak dari kegiatan ini. Ekstrak yang diperoleh digunakan
sebagai sampel untuk pengujian proliferasi sel limfosit secara in vitro. Substrat heksana berupa padatan yang tidak lolos dalam filterisasi kemudian digunakan
sebagai sampel untuk ekstraksi dengan pelarut etil asetat dalam keadaan yang sama dengan ekstraksi heksana. Begitu pun dengan ekstraksi menggunakan pelarut alkohol yang
merupakan kelanjutan setelah perlakuan dengan etil asetat. Ilustrasi ekstraksi bertingkat ini digambarkan pada Lampiran 5. Perbandingan tepung jewawut yang diekstraksi dengan
pelarut adalah 1:4 pada setiap perlakuan. Untuk perbandingan, dilakukan pengekstrasian dengan akuades menggunakan proses esktraksi yang sama dengan ketiga pelarut
sebelumnya dan ditunjukkan pada Lampiran 6. b.
Ekstraksi dan purifikasi senyawa
ββββ
-glukan Bhatty, 1995
Tepung biji pearl millet yang telah disosoh selama 100 detik sebanyak 10 g diekstrak dengan larutan NaOH 1N dengan perbandingan 1:50 1 g 50 ml. Kemudian diaduk
mekanis dengan stirer selama 1 jam pada suhu kamar dan disentrifugasi dengan kecepatan 6000 g selama 15 menit. Bagian pelet dan supernatan dipisahkan pelet I dan supernatan I.
Pelet I kemudian diekstraksi kembali dengan NaOH 1N seperti tahapan sebelumnya dan
disentrifugasi kembali, selanjutnya akan didapatkan pelet II dan supernatan II.
Supernatan I dan II dicampur dan diatur pH larutan menjadi 6.5 dengan penambahan HCl. Setelah itu, CaCl
2
7 mg100 ml dan α-amilase 0.1 ml 100 ml ditambahkan. Kemudian, campuran larutan tersebut diletakkan dalam shaker waterbath pada suhu 96
C selama 1 jam dan didinginkan hingga suhu kamar dan pH kembali diatur menjadi 4.5, pelet
III dan supernatan III kembali dipisahkan dengan sentrifugasi. Setelah sentrifugasi, etanol 96 ditambahkan ke dalam larutan supernatan III sampai
konsentrasi total campuran larutan adalah 50 dan diinkubasi semalam pada suhu 4 C.
Untuk memisahkan pelet IV dan supernatan IV diperlukan sentrifugasi dalam kondisi yang sama. Kemudian, pelet IV tersebut diresuspensi dengan akuades dan dicuci dengan etanol
50 sebanyak 2 kali pencucian, disentrifugasi kembali, pelet dihomogenasi dengan akuades, dan dikeringbekukan, lalu akan didapatkan ekstrak
β -glukan. Ilustrasi proses
ekstraksi dan purifikasi senyawa β
-glukan digambarkan pada Lampiran 7.
4. Kegiatan Pembuatan Larutan Kerja Ekstrak untuk Kultur Sel