Sistem imun nonspesifik merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroorganisme, sehingga dapat memberikan respon langsung terhadap
antigen. Sistem imun spesifik membutuhkan waktu untuk mengenal antigen terlebih dahulu sebelum dapat memberikan respon. Kedua sistem tersebut memiliki beberapa perbedaan sifat yang
akan dideskripsikan pada Tabel 9. Perbedaan sifat tersebut tidak menjadikan kedua sistem bekerja secara terpisah untuk mempertahankan imun tubuh. Kedua sistem tersebut bekerja sama erat dan
tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Tabel 9. Perbedaan sifat-sifat sistem imun nonspesifik dan spesifik
e
Sifat Nonspesifik
Spesifik Resistensi
Tidak berubah oleh infeksi Membaik oleh infeksi berulang
memori Spesifitas
Umumnya efektif terhadap semua mikroba
Spesifik untuk mikroba yang sudah mensensitasi sebelumnya
Sel yang penting Fagosit, sel NK, sel mast, eosinofil Th, Tdth, Tc, Ts, Sel B
Molekul yang penting
Lisozim, komplemen, APP, interferon, CRP, kolektin, molekul
adhesi Antibodi, sitokin, mediator,
molekul adhesi
e
Baratawidjaja 2006 Bentuk kerja sama sistem imun nonspesifik dan spesifik ditampilkan saat menghadapi
infeksi. Sistem imun nonspesifik bekerja dengan cepat dan sering diperlukan untuk merangsang sistem imun spesifik. Mikroba ekstraselular mengaktifkan komplemen melalui jalur lektin.
Kompleks antigen-antibodi mengaktifkan komplemen melalui jalur klasik. Virus intraselular merangsang sel yang diinfeksinya untuk melepas IFN yang mengerahkan dan mengaktifkan sel
NK. Sel dendritik yang memakan antigen bermigrasi ke kelenjar getah bening dan mempresentasikan antigen yang dimakannya ke sel T. Sel T yang diaktifkan bermigrasi ke tempat
infeksi dan memberikan bantuan ke sel NK dan makrofag Kresno, 2001; Baratawidjaja, 2006. Pengaktifan sistem imun dapat segera dilaksanakan oleh tubuh karena keberadaan sel-sel
sistem imun yang tersebar di seluruh tubuh, seperti ditemukan di dalam sumsum tulang, timus, darah, kelenjar getah bening, limpa,saluran pernapasan, saluran pencernaan, saluran kemih, dan
jaringan. Sel-sel tersebut berasal dari sel prekursor yang multipoten dalam sumsum tulang yang kemudian berdiferensiasi menjadi dua golongan sel progenitor imun.
D. MEKANISME RESPON IMUN SPESIFIK
Reaksi yang dikoordinasi sel-sel dan molekul-molekul terhadap mikroba dan bahan lainnya disebut respons imun Baratawidjaya, 2006. Respon imun didefinisikan sebagai respon atau
reaktifitas yang terjadi jika ada kontak antara antigen dengan molekul yang memiliki konfigurasi spesifik Roitt, 1994. Respon imun menjalankan tiga fungsi, yaitu pertahanan, homeostatis, dan
pengawasan surveillance. Fungsi pertahanan bertujuan melawan invasi mikroorganisme dan senyawa asing lainnya. Fungsi homeostatis bertujuan mempertahankan dari jenis sel tertentu dan
memusnahkan sel-sel yang rusak. Sedangkan fungsi pengawasan bertujuan memonitor jenis sel yang abnormal atau sel mutan Yanuwar, 2009.
Mekanisme respon imun spesifik adalah dengan mengenali benda yang dianggap asing bagi dirinya. Benda asing yang pertama kali hadir dalam tubuh akan segera dikenali oleh sistem imun
spesifik. Sehingga terjadi sensitasi sel-sel sistem imun tersebut. Benda asing yang sama, jika
terpajan ulang akan dikenali lebih cepat kemudian dihancurkan. Istilah spesifik dimaksudkan karena mekanisme kerja sistem ini hanya dapat menyingkirkan dan menghancurkan benda-benda
asing yang sudah dikenal sebelumnya. Benda-benda asing ini kerap kali disebut sebagai imunogen atau antigen.
Imunogen atau antigen adalah setiap bahan yang dapat menimbulkan respon imun spesifik pada manusia dan hewan. Imunogen adalah setiap bahan yang dapat menimbulkan respon imun,
sedangkan antigen adalah setiap bahan yang bersifat imunogen dan dapat mengikat komponen yang dihasilkan dari respon imun spesifik, misalnya antibodi dan limfosit T Baratawidjaya,
2006. Respon imun spesifik memiliki enam ciri utama yang dinyatakan oleh Kresno 2001, yakni spesifisitas, diversitas, memory, spesialisasi, self limitation, membedakan self dari non-self.
Sistem imun spesifik dibagi menjadi dua jenis, yakni sistem imun spesifik humoral dan seluler. Sistem imun spesifik humoral bekerja pada cairan tubuh humor berarti cairan tubuh,
dimana pemeran utamanya adalah limfosit B atau sel B. Sel B berasal dari sel asal multipoten di sumsum tulang. Pada manusia, sel ini akan berdiferensiasi menjadi sel B yang matang dalam
sumsum tulang. Bila sel B dirangsang oleh imunogen atau antigen, sel tersebut akan berproliferasi, berdiferensiasi, dan berkembang menjadi sel plasma yang memproduksi antibodi. Antibodi yang
dilepas dapat ditemukan dalam serum. Fungsi utama antibodi ini adalah pertahanan terhadap infeksi ekstraselular, virus, dan bakteri, serta menetralisasi toksin Baratawidjaya, 2006.
Pemeran utama sistem imun spesifik selular adalah limfosit T atau sel T. Sel tersebut berasal dari sel asal yang sama dengan sel B. Pada orang dewasa, sel T dibentuk di dalam sel
sumsum tulang, tetapi proliferasi dan diferensiasinya terjadi dalam kelenjar timus atas pengaruh berbagai faktor asal kelenjar timus. Sel T yang dapat matang dan meninggalkan kelenjar timus
untuk selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi hanya sebanyak 5-10, sedangkan sebanyak 90-95 dapat mati. Fungsi utama sistem imun ini adalah untuk pertahanan terhadap bakteri yang hidup
intraselular, virus, jamur, parasit, dan keganasan Baratawidjaya, 2006. Perbedaan kedua jenis sistem imun spesifik secara ringkas disajikan pada Tabel 10.
Walaupun terdapat perbedaan pada beberapa faktor, tetapi kedua sistem ini tidak dapat dipisahkan karena untuk menjaga imunitas tubuh secara sempurna dibutuhkan kerja sama dari
kedua sistem ini. Tabel 10. Perbedaan imunitas humoral dan selular
f
Pembeda Imunitas Humoral
Imunitas Selular Ekstraselular
Intraselular
Mikroba Mikroba ekstraseular
Fagositosis oleh makrofag
Mikroba intraselular
virus berkembang biak
dalam sel terinfeksi
Respon limfosit Sel B
Th CTL
Mekanisme efektor dan fungsi
Antibodi mencegah infeksi dan
menyingkirkan mikroba ekstraselular
Makrofag yang diaktifkan
memusnahkan mikroba yang
dimakan CTL
memusnahkan sel terinfeksi dan
menyingkirkan sumber infeksi
f
Baratawidjaya 2006
E. DARAH