Letak Geografis dan Administrasi Pulau Sebesi

Dinas Pariwisata 2007 menyatakan bahwa penduduk yang bermata pencaharian sebagai nelayan hanya sekitar 8 dari jumlah penduduk Pulau Sebesi. Nelayan tradisional yang menangkap ikan di perairan Teluk Lampung dengan menggunakan perahu jukung dan alat tangkap berupa jaring, bubu dan pancing. Sebagian nelayan tradisional di Pulau Sebesi melakukan aktivitas penangkapan ikan di sekitar perairan Pulau Sebesi dengan menggunakan alat tangkap ramah lingkungan seperti panah dan pancing.

4.2. Kondisi Iklim dan Musim

Keadaan curah hujan di suatu tempat dipengaruhi oleh antara lain yaitu keadaan iklim, geografi dan pertemuanperputaran arus udara begitu juga halnya dengan Pulau Sebesi. Kondisi curah hujan di Pulau Sebesi tidak jauh berbeda dengan kondisi curah hujan di Kabupaten Lampung Selatan. Berdasarkan pencatatan Stasiun Meteorologi Radin Inten II Bandar Lampung, terdapat peningkatan rata-rata hari hujan dari tahun 2006 ke 2007 hingga 2008. Rata-rata jumlah curah hujan mengalami kenaikan dari tahun 2006 sebanyak 140.63 mm ke tahun 2007 sebanyak 161.78 mm dan mengalami penurunan pada tahun 2008 sebanyak 161.68 mm. Jumlah hari dan curah hujan di Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2006, 2007 dan 2008 dapat dilihat pada Tabel 12. Berdasarkan data pada Stasiun Meteorologi Radin Inten II Bandar Lampung Tabel 12, iklim akan relatife basah ≥100 mm dengan hujan yang turun tersebar merata terjadi antara bulan Januari-Juni. Bulan Juli-Oktober merupakan rentang waktu yang relatife kering ≤85 mm dan bulan Nopember- Desember curah hujan mulai meningkat. Iklim di Kabupaten Lampung Selatan sama halnya dengan daerah lain di Indonesia. Iklimnya dipengaruhi oleh adanya pusat tekanan rendah dan tekanan tinggi yang berganti di daratan sentra Asia dan Australia pada bulan Januari dan Juli. Akibat pengaruh angin Muson, maka daerah Kabupaten Lampung Selatan tidak terasa adanya musim peralihan pancaroba antara musim kemarau dan musim hujan. Tabel 12. Jumlah hari dan curah hujan di Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2006, 2007 dan 2008 No Bulan 2006 2007 2008 Hari Curah Hari Curah Hari Curah Hujan day Hujan mm Hujan day Hujan mm Hujan day Hujan mm 1 Januari 21 318.6 18 344.0 17 164.8 2 Februari 17 289.8 17 103.1 22 183.3 3 Maret 23 250.8 17 202.4 17 246.6 4 April 13 194.6 18 303.9 16 174.3 5 Mei 14 38.9 12 115.9 8 38.2 6 Juni 9 108.3 17 123.0 13 45.5 7 Juli 6 131.9 11 82.9 4 29.0 8 Agustus 1 0.4 7 19.0 12 135.2 9 September 3 18.2 10 86.0 10 Oktober 2 4.4 7 50.3 18 153.8 11 Nopember 12 69.0 7 128.0 20 204.5 12 Desember 24 280.8 23 450.7 23 478.9 Rata-rata 11.83 140.63 13.08 161.78 15.00 161.68 Perbulan Sumber: diolah dari data BPS Kabupaten Lampung Selatan 2007,2008 dan 2009 Sebagaimana daerah tropis lainya di Indonesia, Kabupaten Lampung selatan mempunyai perubahan suhu dan bervariasi antara 21.3 o C-33.0 o C. kondisi perubahan suhu ini dipengaruhi oleh beda tinggi tempat terhadap permukaan laut dan jarak pantai BPS Lampung Selatan 2009. Sedangkan menurut Wiryawan et al . 2002 bahwa rata-rata suhu bulanan di Pulau Sebesi sebesar 28.5 o C dengan perbedaan suhu maksimum dan minimum sebesar 11.8 o C. Musim terbagi 4 yaitu musim barat, musim peralihan awal tahun, musim timur dan musim peralihan akhir tahun. Pulau Sebesi tidak berbeda dengan kondisi musim di Kabupaten Lampung Selatan dimana tidak terasa adanya musim peralihan baik itu terjadi diawal tahun maupun diakhir tahun. Musim barat berlangsung dari bulan Nopember-Mei dengan kondisi perairan yang berombak dan disertai angin kencang sedangkan musim timur dan selatan terjadi pada bulan Juni-Oktober dengan kondisi perairan yang berombak besar disertai angin kencang. Pengembangan wisata bahari menggunakan musim sebagai salah satu dasar dalam penentuan lokasi wisata bahari seperti menentukan divespot, dan snorkling . Pada musim barat, angin yang berhembus dari barat disertai ombak besar sehingga aktivitas wisata bahari diutamakan pada kawasan yang berada di sisi timur Pulau Sebesi yang relative tenang karena angin dari barat terlindung oleh pulau. Demikian pula ketika musim timur dan selatan, dimana angin disertai ombak besar dari arah timur dan selatan, sehingga pengembangan wisata bahari diutamakan di kawasan perairan sisi utara Pulau Sebesi relative lebih tenang. Kawasan perairan sisi barat Pulau Sebesi tidak direkomendasikan untuk dilakukan aktivitas wisata bahari karena sisi barat Pulau Sebesi memiliki dataran bebatuan yang curam dan tinggi, sisi barat Pulau Sebesi juga terdapat beberapa gua batu. Kondisi ini membahayakan keselamatan jiwa wisatawan.

4.3. Kondisi Oseanografi

Kondisi oseanografi di Pulau Sebesi tidak begitu berbeda dengan kondisi oseanografi Teluk Lampung. Angin yang bertiup di sekitar Pulau Sebesi merupakan angin musim yang berubah arah dua kali dalam setahun dengan rata- rata kecepatan 3-7 knot. Dalam penentuan tinggi pasang surut diperoleh nilai F sebesar 0.42 menyatakan bahwa tipe pasang surut di Pulau Sebesi merupakan pasang surut dengan tipe campuran yang condong ke harian ganda mix semi diurnal . Dimana artinya bahwa dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut, tetapi kadang-kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi serta periode yang berbeda. Nilai konstanta harmonik pasang surut Pulau Sebesi mengacu dengan survey Dishidros di daerah Dermaga Paku berdasarkan metode Admirarty. Nilai konstanta harmonik pasang surut dapat dilihat pada Tabel 13. Wiryawan et al. 2002 menyatakan bahwa konsentrasi chlorofil sebagai representasi dari konsentrasi fitoplankton mencapai maksimum pada bulan Juli yaitu pad musim timur. Diperkirakan konsentrasi plankton maksimum dipengaruhi gerakan masa air dari pantai timur Sumatera dan Laut Jawa yaitu gerakan arus permukaan ke arah barat. Namun demikian secara rata-rata keseluruhan, bahwa kondisi perairan sekitar Pulau Sebesi adalah oligotrofik.