Z = Z = HASIL DAN PEMBAHASAN

wisata terpadu 22.6. Pengembangan wisata bahari untuk kegiatan peningkatan SDM dan pengelolaan wisata terpadu memberikan dampak yang tinggi terhadap aspek kekuatan 48.9 kemudian terhadap aspek peluang 33.3, aspek kelemahan 10.9 dan aspek ancaman 6.9. Gambar 26 Hasil akhir prioritas pendapat gabungan masyarakat. Enam alternatif kebijakan lihat Gambar 26 dalam pengembangan wisata bahari, antara lain: 1. Peningkatan SDM, 2. Pengelolaan wisata terpadu, 3. Penguatan peraturan dan kelembagaan, 4. Pemberdayaan Masyarakat, 5. Pemanfaatan dan pengelolaan terumbu karang dan 6. Upaya pencegahan kerusakan terumbu karang. Hasil analisis A’WOT memperoleh bobot prioritas dari enam alternatif tersebut seperti dijelaskan pada Tabel 21. Tabel 21 Nilai bobot prioritas alternatif kebijakan pengembangan wisata bahari menurut pendapat gabungan masyarakat No. Kriteria Bobot Peringkat 1. Peningkatan SDM 0.238 1 2. Pengelolaan wisata terpadu 0.226 2 3. Penguatan peraturan dan kelembagaan 0.175 3 4. Pemberdayaan Masyarakat 0.161 4 5. Pemanfaatan dan pengelolaan terumbu karang 0.123 5 6. Upaya pencegahan kerusakan terumbu karang 0.076 6 Sumber: Hasil olahan data primer

5.5.2. Pendapat Gabungan Pemerintah

Hasil analisis gabungan pendapat pemerintah berdasarkan matrik hierarki kebijakan pengembangan wisata bahari lihat Gambar 27 diperoleh bahwa kriteria kekuatan nilai bobot 0.432 merupakan kriteria yang paling penting dan sebaiknya menjadi perhatian dalam menentukan kebijakan pengembangan wisata bahari berbasis ekologi di Pulau Sebesi Provinsi Lampung. Kriteria berikutnya yang perlu mendapat perhatian yaitu peluang nilai bobot 0.309. Kriteria selanjutnya secara berurutan yang menjadi prioritas adalah kriteria kelemahan nilai bobot 0.137 dan terakhir kriteria ancaman nilai bobot 0.123. Nilai matrik prioritas empat kriteria komponen SWOT yang dijadikan sebagai pertimbangan dalam penentuan kebijakan pengembangan wisata bahari berbasis ekologi di Pulau Sebesi pendapat gabungan dari pemerintah dapat dilihat pada Lampiran 11. Hasil analisis matrik hierarki kebijakan yang dapat dilihat pada Gambar 27 menjelaskan perbandingan masing-masing keinginan keempat kriteria komponen SWOT dari gabungan pendapat pemerintah Pulau Sebesi. Kriteria tersebut terdiri dari kriteria kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Kecenderungan dari gabungan pendapat pemerintah adalah kriteria kekuatan lebih dominan jika dibandingkan dengan kriteria-kriteria lainnya. Perbandingan kriteria kekuatan dengan kriteria lainya adalah sebagai berikut kriteria kekuatan 3 lebih bila dibandingkan dengan kriteria kelemahan, kriteria kekuatan 1 lebih sama tinggi bila dibandingkan dengan kriteria peluang serta kriteria kekuatan 5 lebih tinggi bila dibandingkan dengan kriteria ancaman. Hasil dari pendekatan analisis A’WOT diperoleh berdasarkan diagram hierarki dan nilai keseluruhan pembobotan struktur hierarki penentuan kebijakan pengembangan wisata bahari Pulau Sebesi lihat pada Gambar 27 menunjukan bahwa kekuatan nilai bobot 0.432 merupakan kriteria yang paling dikehendaki oleh pemerintah, selanjutnya adalah kriteria peluang nilai bobot 0.309, kelemahan nilai bobot 0.137 dan ancaman nilai bobot 0.123 dalam kebijakan pengembangan wisata bahari di Pulau Sebesi. Pada kriteria kekuatan, pemerintah menghendaki memprioritaskan kebijakan pengembangan wisata bahari pada partisipasi masyarakat nilai bobot 0.429 dan aksesibilitas yang mudah nilai bobot 0.307 lebih besar, dibanding sektor pengembangan wisata bahari pada keanekaragaman karang dan ikan nilai bobot 0.121 dan kualitas perairan yang relatif baik nilai bobot 0.082.