Pendapat Gabungan Swasta Prioritas Arahan Strategi dan Kebijakan Pengembangan Wisata Bahari

Kriteria tersebut terdiri dari kriteria kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Kecenderungan dari gabungan pendapat swasta adalah kriteria kekuatan lebih dominan jika dibandingkan dengan kriteria-kriteria lainnya. Perbandingan kriteria kekuatan dengan kriteria lainya adalah sebagai berikut kriteria kekuatan 5 lebih bila dibandingkan dengan kriteria kelemahan, kriteria kekuatan 7 lebih tinggi bila dibandingkan dengan kriteria peluang serta kriteria kekuatan 8 lebih tinggi bila dibandingkan dengan kriteria ancaman. Hasil dari pendekatan analisis A’WOT diperoleh berdasarkan diagram hierarki dan nilai keseluruhan pembobotan struktur hierarki penentuan kebijakan pengembangan wisata bahari Pulau Sebesi lihat pada Gambar 32 bahwa kekuatan nilai bobot 0.661 merupakan kriteria yang paling dikehendaki oleh swasta, selanjutnya adalah kriteria kelemahan nilai bobot 0.178, peluang nilai bobot 0.109 dan ancaman nilai bobot 0.052 dalam kebijakan pengembangan wisata bahari di Pulau Sebesi. Pada kriteria kekuatan, swasta menghendaki memprioritaskan kebijakan pengembangan wisata bahari pada partisipasi masyarakat nilai bobot 0.445 dan aksesibilitas yang mudah nilai bobot 0.407 lebih besar, dibanding sektor pengembangan wisata bahari pada kualitas perairan yang relatif baik nilai bobot 0.075 dan keanekaragaman karang dan ikan nilai bobot 0.072. Pada kriteria kelemahan, gabungan pendapat swasta beranggapan bahwa kriteria yang berpotensi menjadi kelemahan dalam pengembangan wisata bahari yakni rendahnya sumberdaya manusia nilai bobot 0.655 daripada lemahnya penegakan hukum nilai bobot 0.210 dibanding dengan kurang adanya dukungan pemerintah nilai bobot 0.072 dan kurangnya koordinasi dan implementasi nilai bobot 0.062. Pada kriteria peluang, pendapat gabungan swasta lebih memilih memprioritaskan dalam pengembangan wisata bahari yang lebih berpeluang dalam trigger PAD nilai bobot 0.747 dibanding antara target PEMDA Lampung Selatan nilai bobot 0.134 dengan peluang dukungan dari LSM dan donator nilai bobot 0.119. Sedangkan pada kriteria ancaman pengembangan wisata bahari di Pulau Sebesi, pendapat gabungan swasta lebih menitik beratkan pada ancaman pencemaran nilai bobot 0.582 dibanding antara ancaman akan spesies yang dilindungi memiliki nilai ekonomi tinggi nilai bobot 0.367 dengan degradasi SDA nilai bobot 0.051. Model hierarki kebijakan pengembangan wisata bahari di Pulau Sebesi dapat dilihat pada Lampiran 12. Hasil analisis A’WOT yang menggabungkan semua pembobotan dari pendapat gabungan swasta tersebut menghasilkan pilihan bahwa kecenderungan pengembangan wisata bahari berbasis ekologi di Pulau Sebesi pilihan diarahkan pada kegiatan pengelolaan wisata terpadu 26.7 dan pemberdayaan masyarakat 19.6. Pengembangan wisata bahari untuk kegiatan pengelolaan wisata terpadu dan pemberdayaan masyarakat memberikan dampak yang tinggi terhadap kriteria kekuatan 66.1 kemudian terhadap kriteria kelemahan 17.8, kriteria peluang 10.9 dan kriteria ancaman 5.2. Gambar 30 Hasil akhir prioritas pendapat gabungan swasta. Enam alternatif kebijakan lihat Gambar 30 dalam pengembangan wisata bahari, antara lain: 1. Pengelolaan wisata terpadu, 2. Pemberdayaan Masyarakat, 3. Peningkatan SDM, 4. Penguatan peraturan dan kelembagaan, 5. Pemanfaatan dan pengelolaan terumbu karang dan 6. Upaya pencegahan kerusakan terumbu karang. Hasil analisis A’WOT memperoleh bobot prioritas dari enam alternatif tersebut seperti dijelaskan pada Tabel 23. Tabel 23 Nilai bobot prioritas alternatif kebijakan pengembangan wisata bahari menurut pendapat gabungan swasta No. Prioritas Bobot Peringkat 1. Pengelolaan wisata terpadu 0.267 1 2. Pemberdayaan Masyarakat 0.196 2 3. Peningkatan SDM 0.173 3 4. Penguatan peraturan dan kelembagaan 0.157 4 5. Pemanfaatan dan pengelolaan terumbu karang 0.138 5 6. Upaya pencegahan kerusakan terumbu karang 0.069 6 Sumber: Hasil olahan data primer

5.5.4. Pendapat Gabungan Seluruh Stakeholder

Hasil analisis gabungan pendapat dari seluruh stakeholder berdasarkan matrik hierarki kebijakan pengembangan wisata bahari lihat Gambar 31 diperoleh bahwa kriteria kekuatan nilai bobot 0.560 merupakan kriteria yang paling penting dan sebaiknya menjadi perhatian dalam menentukan kebijakan pengembangan wisata bahari berbasis ekologi di Pulau Sebesi Provinsi Lampung. Kriteria berikutnya yang perlu mendapat perhatian yaitu kriteria kelemahan nilai bobot 0.196. Kriteria selanjutnya secara berurutan yang menjadi prioritas adalah kriteria peluang nilai bobot 0.175 dan terakhir kriteria ancaman nilai bobot 0.069. Nilai matrik prioritas empat kriteria komponen SWOT yang dijadikan sebagai pertimbangan dalam penentuan kebijakan pengembangan wisata bahari berbasis ekologi di Pulau Sebesi pendapat gabungan dari seluruh stakeholder dapat dilihat pada Lampiran 13. Hasil analisis matrik hierarki kebijakan yang dapat dilihat pada Gambar 31 menjelaskan perbandingan masing-masing keinginan keempat kriteria komponen SWOT dari gabungan pendapat seluruh stakeholder Pulau Sebesi. Kriteria tersebut terdiri dari kriteria kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Kecenderungan dari gabungan pendapat seluruh stakeholder adalah kriteria kekuatan lebih dominan jika dibandingkan dengan kriteria-kriteria lainnya. Perbandingan kriteria kekuatan dengan kriteria lainya adalah sebagai berikut kriteria kekuatan 4 lebih bila dibandingkan dengan kriteria kelemahan, kriteria kekuatan 3 lebih tinggi bila dibandingkan dengan kriteria peluang serta kriteria kekuatan 7 lebih tinggi bila dibandingkan dengan kriteria ancaman. Sehingga nilai bobot kriteria keempat komponen SWOT dalam penentuan kebijakan pengembangan wisata bahari dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24 Nilai bobot kriteria penentuan prioritas kebijakan pengembangan wisata bahari Pulau Sebesi No. Kriteria Bobot Peringkat 1. Kekuatan 0.560 1 2. Kelemahan 0.196 2 3. Peluang 0.175 3 4. Ancaman 0.069 4 Sumber: Hasil olahan data primer Gambar 31 Nilai keseluruhan pembobotan struktur hierarki penentuan kebijakan pengembangan dari gabungan seluruh stakeholder. Tingkat 4 Kegiatan PEMANFATAN DAN PENGELOLAAN TERUMBU KARANG 0.068 UPAYA PENCEGAHAN KERUSAKAN TERUMBU KARANG 0.073 PENINGKATAN SDM 0.187 PENGELOLAAN WISATA TERPADU 0.263 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 0.170 PENGUATAN PERATURAN DAN KELEMBAGAAN 0.239 Tingkat 1 Tujuan Utama Penentuan Prioritas Kegiatan PENGEMBANGAN WISATA BAHARI PULAU SEBESI Tingkat 2 Komponen SWOT KEKUATAN 0.560 KELEMAHAN 0.196 PELUANG 0.175 ANCAMAN 0.069 Tingkat 3 Kriteria KUALIT AS PERAIR AN 0.92 KEANE KARAG AMAN KARAN G DAN IKAN 0.085 AKSESI BILITAS 0.356 PARTISI PASI MASYA RAKAT 0.467 KOORDI NASI DAN IMPLEM ENTASI 0.086 DUKUN GAN PEMERI NTAH 0.099 PENEGA KAN HUKUM 0.187 SUMBE RDAYA MANUSI A 0.628 TARGET PEMDA 0.610 DUKUN GAN DARI LSM 0.099 TRIGER PAD LAMPU NG SELATA N 0.610 DEGRA DASI SDA 0.067 PENCE MARAN 0.641 SPESIES EKONO MI TINGGI 0.293 1 1 7 Komponen-komponen penentuan prioritas arah kebijakan pengembangan wisata bahari dijelaskan sebagai berikut, yaitu;

5.5.4.1. Komponen Kekuatan Strength

Pemilihan kriteria kekuatan yang menjadi prioritas utama dalam penentuan kebijakan pengembangan wisata bahari berbasis ekologi Pulau Sebesi mengindikasikan bahwa partisipasi dan keinginan dari masyarakat mendukung terhadap pengembangan wisata bahari Pulau Sebesi cukup tinggi. Beberapa komponen yang dapat dipertimbangkan dalam melihat kriteria kekuatan lihat Tabel 25 sebagai hal yang paling prioritas pada kebijakan pengembangan wisata bahari antara lain yaitu partisipasi dan keinginan dari masyarakat yang tinggi nilai bobot 0.467, Aksesibilitas mudah nilai bobot 0.356, kualitas perairan yang relatif baik nilai bobot 0.092, dan keanekaragaman karang dan ikan karang serta biota laut lainnya nilai bobot 0.085. Nilai bobot komponen kekuatan dapat dilihat pada Tabel 25 dan pembanding dengan hasil nilai keseluruhan pembobotan struktur hierarki dalam penentuan kebijakan pengembangan wisata bahari berbasis ekologi di Pulau Sebesi Provinsi Lampung dari gabungan pendapat seluruh stakeholder dapat dilihat pada Gambar 31. Tabel 25 Nilai bobot komponen kekuatan dalam penentuan prioritas kebijakan pengembangan wisata bahari Pulau Sebesi No. Kriteria Bobot Persentase Prioritas 1. Partisipasi dan keinginan masyarakat tinggi 0.467 46.7 1 2. Aksesibilitas mudah 0.356 35.6 2 3. Kualitas perairan yang relatif baik 0.092 9.20 3 4. Keanekaragaman karang dan ikan karang serta biota laut lainnya 0.085 8.50 4 Sumber: Hasil olahan data primer Dalam pengembangan wisata bahari berbasis ekologi di Pulau Sebesi, partisipasi dan keinginan masyarakat sangat diutamakan. Mengingat partisipasi masyarakat ini memiliki arti penting dalam menjaga wisata bahari secara berkelanjutan. Partisipasi masyarakat 46.7 merupakan kekuatan yang di miliki