Matriks Kesesuaian Wisata Bahari Kategori Wisata Snorkling

  100 x Z Z SBE O X X   Keterangan: SBE X = Nilai penduga nilai keindahan objek ke-x Z X = Nilai rata-rata z untuk objek ke-x Z o = Nilai rata-rata suatu objek tertentu sebagai standar Dibuat klasifikasi menjadi tiga yaitu Scenic Beauty Estimation SBE tinggi, sedang dan rendah dengan menggunakan jenjang sederhana simplified rating menurut Hadi 2001 in Khakim 2009.

3.7 Analisis Daya Dukung Kawasan

Analisis daya dukung ditujukan pada pengembangan wisata bahari dengan memanfaatkan potensi sumberdaya pulau-pulau kecil secara lestari. Mengingat pengembangan wisata bahari berbasis ekologi tidak bersifat mass tourism, mudah rusak dan ruang untuk pengunjung terbatas. Metode yang digunakan untuk menghitung daya dukung pengembangan wisatai berbasis ekologi dengan menggunakan konsep Daya Dukung Kawasan DDK. Daya Dukung Kawasan DDK merupakan jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia Yulianda 2007. Persamaan Daya Dukung Kawasan DDK dalam bentuk rumus : Keterangan: DDK = Daya dukung kawasan oranghari K = Potensi ekologis pengunjung persatuan unit area Lp = Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan Lt = Unit area untuk kategori tertentu Wt = Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk setiap kegiatan Wp = Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan Wp Wt x Lt KxLp DDK  Potensi ekologis pengunjung ditentukan oleh kondisi sumberdaya dan jenis kegiatan yang akan dikembangkan Tabel 7 dan Tabel 8. Luas suatu area yang dapat digunakan oleh pengunjung mempertimbangkan kemampuan alam mentolerir pengunjung sehingga keaslian alam tetap terjaga. Tabel 7 Potensi ekologi pengunjung K dan luas area kegiatan Lt Sumber: Yulianda 2007 Tabel 8 Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata bahari Sumber: Yulianda 2007 Setelah diperoleh hasil kesesuaian kawasan dan daya dukung maka dilakukan arahan pengembangan kawasan wisata bahari. Pendekatan analisis keruangan dengan menggunakan software ArcGIS.

3.8. Analisis Arahan Strategi dan Kebijakan Pengembangan Wisata Bahari

Atas dasar hasil analisis sebelumnya yaitu kesesuaian kawasan, daya dukung dan supply demand selanjutnya dibuat suatu arahan strategi dan kebijakan pengembangan wisata bahari berbasis ekologi di Pulau Sebesi. Dalam penentuan arahan pengembangan wisata bahari berbasis ekologi di Pulau Sebesi dilakukan dengan teknik gabungan AHP Analytical Hierarchy Process dan SWOT Strenght, Weakness, Opportunities dan Threats atau disebut A’WOT. A’WOT AHP-SWOT adalah metode yang dibangun sebagai upaya penggabungan metode AHP dengan SWOT untuk dapat mendukung pengambilan keputusan melalui analisis AHP dengan memperhatikan unsur analisis SWOT. Proses analisis A’WOT pada prinsipnya sama dengan prosesl analisis AHP konvensional, mulai dari perumusan dan penguraian masalah menjadi kriteria- kriteria, membangun struktur hierarki, melakukan perbandingan berpasangan anatar komponen kriteria dan proses sintesa pendapat untuk memperoleh prioritas No Jenis kegiatan K  pengunjung Lt unit area Keterangan 1 Wisata Diving 2 2.000 m 2 Setiap 2 orang dalam 200 m x 10 m 2 Wisata Snorkling 1 500 m 2 Setiap 1 orang dalam 100 m x 5 m No Jenis kegiatan Waktu yang dibutuhkan Wp jam Total waktu 1 hari Wt jam 1 Wisata Diving 2 8 2 Wisata Snorkling 3 6