Analisis Nilai Visual Objek Wisata Bahari

Potensi ekologis pengunjung ditentukan oleh kondisi sumberdaya dan jenis kegiatan yang akan dikembangkan Tabel 7 dan Tabel 8. Luas suatu area yang dapat digunakan oleh pengunjung mempertimbangkan kemampuan alam mentolerir pengunjung sehingga keaslian alam tetap terjaga. Tabel 7 Potensi ekologi pengunjung K dan luas area kegiatan Lt Sumber: Yulianda 2007 Tabel 8 Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata bahari Sumber: Yulianda 2007 Setelah diperoleh hasil kesesuaian kawasan dan daya dukung maka dilakukan arahan pengembangan kawasan wisata bahari. Pendekatan analisis keruangan dengan menggunakan software ArcGIS.

3.8. Analisis Arahan Strategi dan Kebijakan Pengembangan Wisata Bahari

Atas dasar hasil analisis sebelumnya yaitu kesesuaian kawasan, daya dukung dan supply demand selanjutnya dibuat suatu arahan strategi dan kebijakan pengembangan wisata bahari berbasis ekologi di Pulau Sebesi. Dalam penentuan arahan pengembangan wisata bahari berbasis ekologi di Pulau Sebesi dilakukan dengan teknik gabungan AHP Analytical Hierarchy Process dan SWOT Strenght, Weakness, Opportunities dan Threats atau disebut A’WOT. A’WOT AHP-SWOT adalah metode yang dibangun sebagai upaya penggabungan metode AHP dengan SWOT untuk dapat mendukung pengambilan keputusan melalui analisis AHP dengan memperhatikan unsur analisis SWOT. Proses analisis A’WOT pada prinsipnya sama dengan prosesl analisis AHP konvensional, mulai dari perumusan dan penguraian masalah menjadi kriteria- kriteria, membangun struktur hierarki, melakukan perbandingan berpasangan anatar komponen kriteria dan proses sintesa pendapat untuk memperoleh prioritas No Jenis kegiatan K  pengunjung Lt unit area Keterangan 1 Wisata Diving 2 2.000 m 2 Setiap 2 orang dalam 200 m x 10 m 2 Wisata Snorkling 1 500 m 2 Setiap 1 orang dalam 100 m x 5 m No Jenis kegiatan Waktu yang dibutuhkan Wp jam Total waktu 1 hari Wt jam 1 Wisata Diving 2 8 2 Wisata Snorkling 3 6 alternatif keputusan yang akan diambil. Software yang dikembangkan untuk analisis ini adalah Expert choice 2000. A’WOT merupakan suatu analisis yang mengintegrasikan SWOT Strenght, Weakness, Opportunities dan Threats ke dalam kerangka AHP Analytical Hierarchy Process. Analisis ini terbukti mampu dilakukan dalam merumuskan strategi pengelolaan sumberdaya alam pesisir dan lautan di beberapa wilayah di Indonesia, antara lain di Kepulauan Seribu Priyono 2004, Papua Soselisa 2006, Sulawesi Selatan Saru 2007, Kutai Timur Wijaya 2007 dan Deli Serdang Susilo 2007. Analisis dilakukan dengan dua tahapan. Pertama, identifikasi faktor-faktor komponen SWOT dan merumuskan alternatif kegiatan pengembangan wisata bahari berbasis ekologi Pulau Sebesi. Kedua, melakukan AHP terhadap faktor-faktor komponen SWOT dan alternatif kegiatan pengembangan untuk menentukan prioritas kegiatan. Tahapan metode A’WOT adalah 1. Mengidentifikasikan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman pemberdayaan masyarakat pesisir dengan metode SWOT, dan 2. Melakukan AHP Analytical Hierarchy Process dengan tujuan tahapan sebagai berikut merinci permasalahan kedalam komponen- komponennya, kemungkinan mengatur bagian dari komponen komponen tersebut kedalam bentuk hierarki. Hierarki yang paling atas diturunkan kedalam beberapa elemen set lainnya shingga akhirnya terdapat elemen-elemen yang spesifik atau elemen yang dapat dikendalikan dicapai dalam situasi konflik Adapun proses prinsip kerja A’WOT dalam menentukan prioritas arahan strategi dan kebijakan dalam pengembangan wisata bahari Pulau Sebesi Provinsi Lampung aradalah sebagai berikut, yaitu;

3.8.1. Penyusunan hierarki

Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi suatu struktur hierarki. Dalam penelitian ini persoalan yang akan diselesaikan adalah arahan strategi dan kebijakan dalam pengembangan wisata bahari dengan kriteria adalah faktor internal dan eksternal pengembangan wisata bahari di Pulau dan alternatif kegiatan pengembangan adalah pemanfaatan dan pengelolaan terumbu karang secara optimal, upaya pencegahan kerusakan terumbu karang, peningkatan SDM,