Tabel 20 Daya dukung kawasan di Pulau Sebesi kategori diving dan snorkling No
Jenis Kegiatan DDK
1 Wisata diving
2.394 oranghari 2
Wisata snorkling 2.489 oranghari
Sumber: Hasil olahan data primer Hasil dari analisis daya dukung kawasan DDK di Pulau Sebesi diperoleh
bahwa kegiatan wisata bahari kategori diving yaitu 2.394 oranghari dan wisata bahari untuk kategori snorkling yaitu 2.489 oranghari.
Menurut Scheleyer dan Tomalin 2000; Zakai dan Chadwick 2002 bahwa salah satu upaya dalam mengurangi tekanan dari aktifitas yang dapat
merusak karang yaitu dengan cara membatasi waktu wisata diving dan snorkling. Daya dukung kawasan wisata diving dan snorkling pada satu kawasan
konservasi sekitar 200.000 orangtahun300 hari Scura dan Van’t Hof in Davis dan Tisdell 1995.
5.5. Prioritas Arahan Strategi dan Kebijakan Pengembangan Wisata Bahari
Proses A’WOT gabungan analisis berjenjang AHP dengan analisis SWOT pada penilitian ini untuk menentukan prioritas kebijakan kegiatan dan
menentukan strategi pengembangan bagi pengembangan wisata bahari berbasis ekologi Pulau Sebesi dengan berdasarkan atas pendapat responden yang
berkompeten. Adapun struktur hierarki penentuan pengembangan wisata bahari berbasis
ekologi di Pulau Sebesi terdiri dari 4 tingkat. Tingkat pertama merupakan tujuan utama, tingkat kedua merupakan aspek dari komponen SWOT, tingkat ketiga
merupakan kriteriadan tingkat keempat adalah kegiatan dalam pengembangan wisata bahari di Pulau Sebesi Provinsi Lampung. Proses analisis A’WOT
berjenjang dapat dilihat dari gambar matrik pengembangan wisata bahari berbasis ekologi tiap kegiatan pemanfaatan dan pengelolaan terumbu karang, upaya
pencegahan kerusakan terumbu karang, peningkatan SDM, pengelolaan wisata terpadu, pemberdayaan masyarakat, penguatan peraturan dan kelembagaan.
Dalam tahapan proses ini juga terdapat diagram nilai-nilai aspek kekuatan, kelemahan, peluang dan kelemahan. Masing-masing aspek tersebut diperoleh
nilai-nilai kriteria masing-masing di tiap-tiap aspek sesuai persepsi stakeholder.
Hasil analisis ini diperoleh gambar model pengembangan wisata bahari berbasis ekologi seseuai keinginan para stakeholder yang akhirnya merupakan
rekomendasi kebijakan pengembangan. Dalam penentuan prioritas pengembangan wisata bahari berbasis ekologi Pulau Sebesi para stakeholder dapat dilihat dalam
bentuk rekomendasi kebijakan pengembangan yang diperoleh dari pendapat gabungan persepsi masyarakat, pendapat gabungan persepsi pemerintah, pendapat
gabungan persepsi swasta dan pendapat gabungan persepsi seluruh stakeholder masyarakat, pemerintah dan swasta. Pendapat gabungan tersebut dijelaskan satu
persatu sebagai berikut yaitu;
5.5.1. Pendapat Gabungan Masyarakat
Hasil analisis gabungan pendapat dari masyarakat berdasarkan matrik hierarki kebijakan pengembangan wisata bahari lihat Gambar 25 diperoleh
bahwa kriteria kekuatan nilai bobot 0.489 merupakan kriteria yang paling penting dan sebaiknya menjadi perhatian dalam menentukan kebijakan
pengembangan wisata bahari berbasis ekologi di Pulau Sebesi Provinsi Lampung. Kriteria berikutnya yang perlu mendapat perhatian yaitu peluang nilai bobot
0.333. Kriteria selanjutnya secara berurutan yang menjadi prioritas adalah kriteria kelemahan nilai bobot 0.109 dan terakhir kriteria ancaman nilai bobot 0.069.
Nilai matrik prioritas empat kriteria komponen SWOT yang dijadikan sebagai pertimbangan dalam penentuan kebijakan pengembangan wisata bahari
berbasis ekologi di Pulau Sebesi pendapat gabungan dari masyarakat dapat dilihat pada Lampiran 10.
Hasil analisis matrik hierarki kebijakan yang dapat dilihat pada Lampiran 10 menjelaskan perbandingan masing-masing keinginan keempat kriteria
komponen SWOT dari gabungan pendapat masyarakat Pulau Sebesi. Kriteria tersebut terdiri dari kriteria kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.
Kecenderungan dari gabungan pendapat masyarakat adalah kriteria kekuatan lebih dominan jika dibandingkan dengan kriteria-kriteria lainnya. Perbandingan kriteria
kekuatan dengan kriteria lainya adalah sebagai berikut kriteria kekuatan 3 lebih bila dibandingkan dengan kriteria kelemahan, kriteria kekuatan 2 lebih tinggi
bila dibandingkan dengan kriteria peluang serta kriteria kekuatan 8 lebih tinggi bila dibandingkan dengan kriteria ancaman.