dengan tangan atau diketik yang belum dicetak atau dijadikan buku tercetak yang berumur 50 tahun lebih.
D. Faktor Penyebab Kerusakan Naskah
Pemeliharaan dan pelestarian bahan pustaka adalah bukanlah tugas yang mudah bagi para pustakawan. Apalagi di negara tropis seperti Indonesia,
maka dihadapkan pada berbagai musuh dalam menjaga kelestarian bahan pustaka seperti manusia, tikus, serangga, mikroorganisme serta berbagai
bencan alam. Bahan-bahan pustaka pada umumnya merupakan bahan yang terbuat dari kertas merupakan bahan yang mudah terbakar, mudah sobek,
mudah terkena noda dan sebagainya. Penyebab kerusakan naskah tidak jauh beda dengan kerusakan bahan pustaka lainnya.
1. Faktor Biologi
a. Fungi Jamur
Jamur atau fungi merupakan mikroorganisme yang tidak berklorophyl. Jamur mengambil makanan dari makhluk lain
sebagai parasit atau mengambil bahan makanan dari bahan organik mati sebagai saphrophit. Sebagai saphrophit, mereka merupakan
penyebab kerusakan yang berperan besar pada obyek yang mengandung selulosa seperti kertas. Bahan pustaka yang sudah
menderita penyakit jamuran biasanya warna kertasnya berubah menjadi kuning karena memang jamur bisa menyebabkan
berubahnya warna kertas, di samping itu jamur bisa menyebabkan kertas lengket satu dengan yang lain sehingga halaman buku
tersebut tidak bisa dibuka, bilamana hal ini dipaksa besar kemungkinan kertas tersebut akan robek sehingga bahan pustaka
tersebut menjadi rusak. Jamur juga memproduksi beberapa macam asam organik seperti: asam oksalat, asam fumorik dan asam sitrat
yang menyebabkan kertas menjadi rapuh.
22
b. Serangga dan binatang pengerat
1. Rayap
Rayap merupakan jenis serangga yang tidak asing lagi, yang selalu dikaitkan dengan
”si perusak”. Keberadaannya sangat menyeramkan dan dengan gerakan komunitasnya dapat
meruntuhkan sebuah bangunan atau gedung. Serangga ini berukuran kecil struktur tubuhnya lunak serta berwarna pucat
tidak berwarna putih, tampak seperti semut, dan hidupnya berkelompok dengan sistem kasta yang berkembang sempurna.
23
2. Kecoa
Kecoa merupakan binatang yang sering terdapat di luar atau didalam rumah atau perpustakaan. Tempat-tempat ini bagi
mereka merupakan tempat yang memiliki banyak makanan menurut mereka, dan bisa juga dijadikan sarang oleh mereka.
Struktur tubuh kecoa adalah merupakan hal yang paling membedakan kecoa dengan makhluk serangga lainnya. Kecoa
yang menyebabkan kerusakan diperpustakaan ini dibagi dalam
22
Muhammadin Razak, Pedoman Teknis Fumigasi Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 1998, h.13
23
Ibid h. 6
empat jenis, semuanya mempunyaibentuk mulut besar dan sangat suka memakan kanji dan perekatsampul buku.
3. Ikan perak silver fish
Hewan yang ini mempunyai banyak nama dari beberapa spiesies, tetapi yang umum dan sering dijumpai di bahan pustaka
adalah Lapisma Saccharina dan Thermobia Aegyptiaca.
24
Serangga ini memiliki sifat nokturnal yaitu aktif pada malam hari. Habitatnya cenderung di tempat yang lembab dan gelap, sehingga
perkembangbiakannya sangat cepat. Hewan ini dapat berlari dengan cepat dan bentuknya sangat kecil serta tidak memiliki
sayap, biasanya ikan perak terdapat di belakang buku, arsip, rak, laci, lemari, dan di celah-celah jilidan. Makanan yang disukainya
adalah perekat, pati kertas dan jilidan buku. 4.
Kutu Buku Kutu buku disebut juga psocids, panjangnya sekitar 1 - 2
mm dan tidak berwarna sehingga tidak kelihatan. Hama ini sangat kecil sehingga disebut juga kutu debu dust lice, kebanyakan
tidak bersayap. Kepalanya cukup besar dan memiliki rahang bawah yang cukup kuat. Kutu buku betina dapat bertelur sekitar
20 sampai 100 butir terletak secara tersebar atau berkelompok. Serangga ini sering menyerang buku terutama bagian punggung
buku dan pinggirnya, serta mengikis permukaan kertas sehingga huruf-hurufnya dapat hilang.
25
Makanan utama yang paling disukai oleh kutu buku adalah perekat, glue, dan kertas-kertas
24
Ibid., h. 5
25
Martoatmodjo Karmidi, Pelestarian Bahan Pustaka Jakarta: Balai Pustaka, 2006, h. 38-39