memperkuat kertas yang sudah rapuh.Alat-alat yang disebutkan di atas diperlukan untuk menentukan sifat asam atau basa suatu bahan, dengan
memakai ukuran derajat keasaman yang disingkat pH. Asam mempunyai pH antara 0-7 dan basa antara 7-14, pH7 adalah normal atau netral. Kalau
pHkertas lebih dari 7, berarti kertas tersebut sudah bersifat asam, jika pH kertas berada antara 4-5, ini menunjukkan kondisi kertas itu sudah parah.
Untuk mengetahui derajat keasaman pada suatu kertas, satu titik pada permukaan kertas dibasahi dengan air suling, kemudian pHnya diukur
dengan pH meter atau kertas pH. Dalam melakukan deasidifikasi, kita harus hati-hati karena deasidifikasi terlalu besar akan menyebabkan kertas
menjadi rusak.
55
5. Alih MediaBentuk
Dalam mengatasi kekurangan tempat atau ruangan di perpustakaan dan juga melestarikan informasi dari buku-buku yang sudah lapuk, maka
diperlukan alih bentuk dokumen. Cara perawatan dengan alih bentuk yaitu pada buku-buku yang telah rapuh. Dan buku itu amat berharga,
buku itu hanya ada satu kopi, sedangkan dipasaran sudah tidak mungkin didapat seperti Undang-Undang Dasar Naskah asli, buku-buku langka,
dan lain-lain yang bernilai sejarah. Maka dengan menyelamatkannya dengan cara alih bentuk.
56
Pelestarian koleksi perpustakaan melalui pengalihan ke dalam bentuk mikrofilm ataupun CD bertujuan selain untuk penyelamatan,
55
Muhammadin Razak, Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip Jakarta: Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992, h. 43
56
Muhamad Djuhro, Pelestarian Bahan Pustaka Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2002, h. 16
pengamatan, juga ternyata dapat menghemat tempat, waktu dan tenaga, menghemat biaya pemeliharaan dan penyebaran, serta mempermudah
pencarian kembali.
57
Alih bentuk yang terkenal adalah bentuk mikro atau lazim disebut dengan mikrofilm. Mikrofilm ini merupakan bentuk lain
dari bahan tercetak seperti buku, majalah atau surat kabar. Bentuk mikro dapat berupa gulungan mikrofilm, mikrofis, aperture card, ultrafis, dan
mikroopaque.
6. Penjilidan
Untuk buku-buku yang telah mengalami kerusakan, perlu segera dilakukan penjilidan ulang, agar nilai informasi yang ada didalamnya tidak
hilang, sehingga buku yang telah diperbaiki dengan penjilidan ulang tersebut dapat dimanfaatkan kembali oleh pengguna perpustakaan. Pada
dasarnya penjilidan merupakan pekerjaan menghimpun menggabungkan lembaran-lembaran yang lepas menjadi satu, yang dilindungi ban atau
sampul.
58
Agar penjilidan dapat awet terhadap penggunaan yang tinggi di perpustakaan, diperlukan struktur penjilidan yang kokoh dan kuat agar
bahan pustaka tidak mudah cepat rusak. Oleh karena itu untuk kepentingan bahan pustaka selain struktur jilidan yang kuat juga diperlukan bahan-
bahan jilidan yang berkualitas baik atau permanen.
57
Tjetjep S. Surilaga, dkk, “Pelestarian Koleksi Perpustakaan”, Jurnal Perpustakaan Pertanian, Vol II no. 2 2002: 56
58
Martoadmodjo Karmidi, Pelestarian Bahan Pustaka Jakarta: Universitas Terbuka, 1993, h. 123