Definisi Pelestarian Bahan Pustaka

tidak membawa makanan dan minuman ke dalam perpustakaan, tidak mengotori bahan pustaka maupun ruang perpustakaan. Mendidik pemakai dan pustakawan sendiri untuk berdisiplin tinggi dan menghargai kebersihan. e. Fungsi Kesabaran. Fungsi ini menguji pustakawan untuk bersikap lebih sabar dengan cara menambal buku berlubang, membersihkan kotoran binatang kecil dengan baik. Semua itu ibarat merawat bahan pustaka seperti merawat bayi. f. Fungsi Sosial. Pelestarian ini tidak hanya dikerjakan oleh seorang diri. Pustakawan harus mengikut sertakan pembaca perpustakaan untuk merawat bahan pustaka dan perpustakaan. g. Fungsi Ekonomi. Dengan pelestarian yang baik, bahna pustaka menjadi lebih awet. Keuangan dapat dihemat. h. Fungsi Keindahan. Dengan pelestarian yang baik, penataan bahan pustaka yang rapih, perpustakaan tampak menjadi semakin indah, sehingga menambah daya tarik pembacanya. 16

4. Unsur-unsur Pelestarian Bahan Pustaka

Berbagai unsur penting yang perlu diperhatikan dalam pelestarian bahan pustaka adalah sebagai berikut: 16 Martoatmodjo Karmidi, Pelestarian Bahan Pustaka Jakarta: Universitas Terbuka, 1999, h. 6-7 a. Manajemennya, perlu diperhatikan siapa yang bertanggungjawab dalam pekerjaan ini. Bagaimana prosedur pelestarian yang harus diikuti. Bahan pustaka yang akan diperbaiki harus dicatat dengan baik, apa saja kerusakannya, apa saja alat perlu disiapkan dan bahan kimia yang diperlukan dan sebagainya. b. Tenaga yang merawat bahan pustaka dengan keahlian yang mereka miliki. Mereka yang mengajarkan pelestarian ini hendaknya mereka yang telah memiliki ilmu atau keahlianketerampilan dalam bidang ini. Paling tidak mereka sudah pernah mengikuti penataran dalam bidang pelestarian dokumen. c. Laboratorium, suatu ruang pelestarian dengan berbagai peralatan yang diperlukan, misalnya alat penjilidan, lem, alat laminasi, alat untuk fumigasi, berbagai sikat untuk membersihkan debu “vacuum cleaner” dan sebagainya. Sebaiknya setiap perpustakaan memiliki ruang laboratorium sebagai „bengkel‟‟ atau gudang buat bahan pustaka yang perlu dirawat atau diperbaiki. d. Dana untuk keperluan ini harus diusahakan dan dimonitor dengan baik, sehingga pekerjaan pelestarian tidak akan mengalami gangguan. Pendanaan ini tergantung dari lembaga tempat perpustakaan bernaung. 17 17 Ibid, h.7

C. Pengertian Naskah

Naskah kuno atau naskah lama mengandung dua pengertian yaitu “naskah” dan “kuno atau lama” naskah dalam bahasa inggris manuscripts, dalam bahasa latin manuscriptum dan dalam bahasa belanda Handschrift. Manuskrip merupakan bahan tulisan tangan yang menyimpan berbagai ungkapan rasa dan pikiran hasil budaya masa lampau, tetapi juga memuat unsur historis. 18 Manuskrip adalah semua bahan tulisan tangan peninggalan nenek moyang yang tertulis pada kertas, kulit kayu, dan rotan. Berita tentang hasil budaya yang diungkapkan oleh teks klasik dapat dibaca dalam peninggalan-peninggalan berupa tulisan yang disebut manuskrip. 19 Naskah merupakan semua bentuk tulisan tangan berupa ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil budaya bangsa pada masa lampau. 20 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan pada Pasal 1 Ayat 4 menyatakan bahwa naskah kuno adalah semua dokumen tertulis yang tidak dicetak atau tidak diperbanyak dengan cara lain, baik yang berada di dalam negeri maupun di luar negeri yang berumur sekurang-kurangnya 50 lima puluh tahun, dan mempunyai nilai penting bagi kebudayaan nasional, sejarah dan ilmu pengetahuan. 21 Berdasarkan pengertian tersebut, maka yang dimaksud dengan naskah kuno atau manuskrip adalah dokumen dalam bentuk apapun yang ditulis 18 Pudjiastuti, Titik Analisa Unsur Sejarah Dalam Sumber Tertulis Cirebon Depok: FSUI, 1996, h. 9 19 Ibid, h. 4 20 Baried Siti Baroroh, Pengantar Teori Filologi Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1994, h. 12 21 Perpustakaan Nasional RI, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan, Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2008, h. 3