Profil Objek Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3. Strukrur Organisasi Perpustakaan Nasional Dalam melaksanakan tugasnya sebagai Pusat Preservasi maka diperlukan suatu susunan atau struktur organisasi, agar setiap tugas yang ada di pusat preservasi dapat berjalan dengan baik. Stuktur Organisasi di Pusat Preservasi Dari Staf organisasi Pusat Preservasi di Perpustakaan Nasional, maka ada pula staf yang menaungi kegiatan preservasi di Perpustakaan Nasional. Berikut nama- nama staf yang ada di Pusat Preservasi” a. Elis Sekar Ayu, S.Pd b. Cecep Nurjanjah, S.Sos c. Toto Sugiwanto KEPALA PRESERVASI Dra. Sri Sumekar, M.Ikom BID. REPROGRAFI Dra. Sarwidiati, M. Si SUB. BID. MIKRO FILM M. Kodir, S.Sos. M.Si SUB. BID PENJILIDAN Agus Suyono, S.Sos BID. TRANSFORMASI DIGITAL Teguh Purwanto, M.Si BID. KONSERVASI Ir. Mulatsih Sosilorin, M.Si SUB. BID REPRODUKSI Pristiawati, S.E SUB. BID. PERAWATAN DAN PERBAIKAN BAHAN PUSTAKA Dra. M. Ayu wirayati, M. Ikom d. Hamida Ernawati, Ad e. Leni Sudiarti, S.Si f. Wahyu Cahyo, S g. Edi Suryono h. M. Yusuf i. Mulya 4. Koleksi Perpustakaan Nasional Terdapat jenis koleksi bahan pustaka yang dilayankan oleh Perpustakaan Nasional yaitu antara lain: a. Koleksi Buku Koleksi buku mempunyai pelayanan bahan pustaka dan referensi rujukan kepada pemustaka, baik untuk anggota maupun pengunjung perpsutakaan biasa non anggota. Koleksi buku atau monograf mencakup terbitan tahun 1556 sampai yang paling mutakhir, yang terdiri atas buku-buku teks, laporan penelitian, skripsi, tesis dan buku rujukan. b. Koleksi Surat Kabar Koleksi surat kabar terjilid Perpustakaan Nasional terdiri atas terbitan masa kolonial Belanda, zaman pendukung Jepang, masa awal kemerdekaan, periode 1950an sampai dengan terbitan tiga tahun lalu. Tersedia lebih dari 1.000 judul koleksi surat kabar terjilid, terbitan dalam dan luar negeri dalam bahasa Indonesia, bahasa daerah, bahasa asing seperti Bahasa Be;anda, Inggris, Perancis, Arab, Cina, san Jepang. Selain terbitan LKBN antara, Perpustakaan Nasional memiliki surat kabar tua terbitan tahun 1812 yang merupakan koleksi unggulan Perpustakaan Nasional. c. Koleksi Majalah Meliputi terbitan sebelum perang Dunia II, zaman pendudukan Jepang, periode kemerdekaan sampai yang diterbitkan tiga tahun terakhir. Majalah tertua Perpustakaan Nasional terbit tahun 1731, majalah luar negeri tahun 1779, dan majalah dalam negeri berbahasa Indonesia tahun 1903. d. Koleksi Kliping Koleksi kliping ini mencakup kumpulan gunting berita dan artikel berbagai surat kabar khususnya terbiatan tiga tahun terakhir tentang berbagai subyek. e. Koleksi Peta Koleksi peta yang tersedia terbitan dari tahun 1609 sampai dengan sekarang. Peta Batavia merupakan koleksi tertua yang diterbitkan tahun 1669. Jenis koleksi peta yang tersedia meliputi peta topografi, geologi, kemampuan tanah, pertambangan, pertanian, dan sejarah. Media yang digunakan berupa kain, kertas, dan plastik. f. Koleksi Lukisan Untuk koleksi ini sebagian besar merupakan reproduksi lukisan arkeologi Indonesia sperti candi, petung, keris, dan sebagainya. Reproduksi lukisan tersebut merupakan hadiah dari The British Library kepada Perpustakaan Nasional pada tahun 1995 yang aslinya masih disimpan disana. Koleksi lukisan unggulan lainnya adalah karya pelukis berkebangsaan Belanda di masa colonial yang bernama Johannes Rach. g. Koleksi Audio Visual Koleksi audio visual disebut juga koleksi pandang dengar. Terdiri atas mikrofilm, mikrofis, foto, video, dan kaset yang berisi tentang film dokumenter seni dan berbagai koleksi Perpustakaan Nasional dalam format mikrofilm, mikrofis, maupun digital. h. Koleksi Manuskrip Naskah Nusantara Koleksi-koleksi yang tersedia sebagian besar diantaranya hasil pengumpulan kolektor seperti Pigeaud, Brandes, Coben Stuart, Von de Wall, Van der Tuuk dan Artati Soedirjo, serta Gusdur. Jumlah koleksi naskah sekitar ±10.000 judul dan koleksi ini berusia ±100 tahun, dan yang sudah dialih media ke bentuk mikrofilm sekitar ±80 dari jumlah koleksi. Dan yang dialih media dalam bentuk layanan digital baru sekitar 300-an judul naskah. i. Koleksi Buku Langka Koleksi buku langka berjumlah 80.000 judul atau 120.000 eksemplar. Pada awalnya merupakan koleksi perpustakaan Museum Nasional. Buku-buku ini mencakup terbitan zaman kolonial sejak tahun 1556-1985. Koleksi varia lembaran berjumlah 2.854 entri berupa ilustrasi yang terdapat pada lembaran-lembaran lepas yang terkumpul dalam portopel dan kotak karton, terdiri dari surat kabar, gambar, peta, piagam, lukisan asli dan naskah. Koleksi ster berjumlah 1.000 entri koleksi ini berupa majalah yang memuat tentang sejarah indonesia. Koleksi braile berjumlah 300 entri. Koleksi deposit tahun 1924-1989 berjumlah 68.940 eksemplar terdiri atas tebitan Indonesia pada masa itu. 5. Layanan Perpustakaan Nasional Layanan yang diberikan kepada pemustaka antara lain adalah sebagai berikut: a. Sistem Layanan Perpustakaan Nasional menerapkan sistem layanan tertutup, artinya pemustaka tidak dapat mencari dan mengambil sendiri bahan pustaka langsung ke rak, melainkan harus meminta bahan pustaka yang diinginkan melalui petugas, selain itu bahan pustaka tidak dipinjamkan untuk dibawa pulang, tapi hanya untuk dibaca diruang baca yang tersedia. b. Jam Layanan Layanan perpustakaan dibuka pada setiap hari, kecuali pada hari libur dan minggu, dengan jadwal sebagai berikut: HARI JAM LAYANAN ISTIRAHAT Senin- Kamis 09.00 – 18.00 12.00 – 13.00 Jum’at 09.00 – 18.00 11.00 – 13.30 Sabtu 09.00 – 16.00 ------------------ MingguLiburResmi Tutup ------------------ c. Jenis Layanan Jenis layanan yang disediakan Perpustakaan Nasional antara lain: 1 Layanan Keanggotaan Dibuka untuk masyarakat umum baik berada di Ibu kota maupun di seluruh wilayah indonesia berhak menjadi anggota dan menggunakan fasilitas Perpustakaan Nasional apabila telah memenuhi persyaratan yang ditentukan. 2 Layanan Penelusuran Informasi Ilmiah Layanan ini menelusur literatur melalui berbagai sumber koleksi nasional dan asing serta internet, secara langsung maupun lewat surat, fax, telepon atau e-mail. 3 Layanan Konsultasi Memberikan konsultasi perorangan maupun instansi yang berkaitan dengan penyelenggaraan layanan perpustakaan, secara langsung maupun melalui surat, fax, telepon atau e-mail. 4 Layanan Pembuatan Kliping Melayani permintaan pembuatan kliping artikel surat kabar atau majalah terbaru koleksi Perpustakaan Nasional dengan topik khusus. 5 Layanan Reproduksi dan Alih Media Melayani reproduksi dan alih media bahan pustaka langka, baik berupa buku, majalah, surat kabar, dan peta ke dalam bentuk mikrofilm atau mikrofis maupun ke format digital melalui media fotografi, foto copy dan mikro pinter. 6 Layanan Indeks Beranotasi Melayani indek beranotasi dari artikel surat kabar dan majalah terbitan sebelum perang dunia II sampai dengan terbitan terbaru dengan topik-topik khusus. 7 Layanan Transliterasi Oleh karena sebagian besar koleksi naskah ditulis dalam berbagai jenis bahasa dan aksara yang tidak selalui dipahami oleh semua pembaca, perpustakaan nasional melayani penterjemahan dalam transliterasi daerah ke aksara latin 8 Layanan Internet Dengan kecepatan 256kbps, Perpustakaan Nasional melayani penelususran informasi melalui internet ke berbagai sumber di berbagai bahan dunia, berhubungan via e-mail dan pencetakan hasil penelusuran. 9 Layanan Fotocopy Karena bahan pustaka tidak dipinjamkan untuk dibawa pulang, pemakai yang memerlukannya disediakan layanan fotocopy. d. Fasilitas Perpustakaan Nasional Perpustakaan Nasional menyediakan fasilitas untuk para pemustaka yaitu antara lain: 1. Layanan internet gratis dengan WIFI dan hotspot. 2. Perpustakaan Nasional menerima hibah bahan pustaka. 3. Layanan Perpustakaan Elektronik keliling PUSTELING, mobil PUSTELING mengunjungi SMP dan SMA di wilayah jabodetabek. 4. Bantuan bahan pustaka: bantuan bahan pustaka ini diberikan kepada perpustakaan-perpustakaan yang membutuhkan. 5. Membina dan mengembangkan berbagai jenis perpustakaan.

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan 3 metode, yaitu observasi, wawancara serta kajian pustaka. Metode observasi dilakukan dengan teknik check list, metode wawancara dilakukan dengan semi-terstruktur yaitu menggunakan pedoman wawancara dimana pertanyaan yang diajukan secara lepas kepada informan sehingga dapat dilakukan penyempitan atau perluasan topik, metode kajian pustaka penulis meninjau literatur-literatur yang terkait dengan objek penelitian. Maka pada bab ini akan dijabarkan hasil dari penelitian yang dilakukan beserta pembahasannya.

1. Kebijakan Pelestarian Naskah

Naskah merupakan satu dari berbagai macam jenis bahan pustaka yang biasa terdapat di perpustakaan termasuk Perpustakaan Nasional.Bahan pustaka itu sendiri merupakan elemen yang krusial dalam sistem perpustakaan.Secara praktis, naskah juga menjadi salah satu unsur pembangun keanekaragaman bahan pustaka di perpustakaan. Tingginya frekuensi penggunaan bahan pustaka yang disertai dengan minimnya fasilitas pemeliharaan dapat menyebabkan kerusakan, terlebih lagi apabila tidak ada upaya pencegahan yang dilakukan.Upaya pemeliharaan dan pencegahan dirasakan perlu dilakukan sedini mungkin mengingat bahwa biaya yang diperlukan untuk kegiatan tersebut tidaklah sedikit. Pemeliharaan dan pelestarian bahan pustaka oleh Perpustakaan Nasional ini tidak hanya ditujukan bagi bahan pustaka yang sudah usang atau tua, tetapi juga di prioritaskan untuk bahan pustaka baru agar terhindar dari kerusakan. Proses pencegahan dan perbaikan bahan pustaka menjadi kajian substantif penelitian ini. Diperlukan adanya aturan tertulis yang menjadi pedoman berlangsungnya kegiatan pemeliharaan serta pelestarian bahan pustaka.Hal ini juga menjadi perhatian pemerintah sehingga terbentuklah peraturan tertulis yang biasa disebut sebagai kebijakan pelestarian naskah. Hal tersebut juga sejalan dengan hasil wawancara dengan narasumber 1 yaitu tentang kebijakan pelestarian naskah yang dilakukan pada 27 Maret 2015, mengatakan bahwa : “Kebijakan pelestarian naskah ada dalam buku “Pokok-Pokok Kebijakan dan Strategi Pelestarian Bahan Perpustakaan BP dan Naskah Kuno”.Kebijakan pelestarian naskah ini melibatkan pejabat pusat preservasi dalam membuat surat keputusan SK tentang kegiatan pembuatan kebijakan ini kemudian mengajukan nomor SK kepada Kepala Perpustakaan. Implementasi kebijakan ini harus berlaku untuk semua perpustakaan di Indonesia, kekurangan kita itu, kan kadang tidak mengetahui kondisi perpustakaan di masing-masing daerah. Tetapi tentu saja penerapan ini jelas penting karena setiap kebijakan itu kan buat acuan dan pedoman kita”. 72 Berdasarkan hasil tersebut, peraturan serta pedoman kegiatan pelestarian naskah sudah dibukukan sebagai bentuk kebijakan yang aplikatif bagi seluruh perpustakaan di Indonesia.Kebijakan ini berkenaan dengan perpurstakaan dan lembaga yang memliki naskah kuno baik daerah maupun pusat memiliki kewajiban melestarikan naskah. Untuk melakukan pelestarian ini diperlukan perhitungan yang matang berkaitan dengan anggaran yang harus dialokasikan sesuai kebutuhan, pembekalan sumber daya manusia, dan penggunaan standar yang baku dalam pelaksanannya pelestariannya. Kebijakan ini meliputi tindakan pencegahan kerusakan preventif dan perbaikan kerusakan 72 Wawancara Pribadi dengan Kepala Bidang Konservasi, Jakarta, 27 Maret 2015 kuratif yang dalam pelaksanannya dilakukan berdasarkan naskah yang prioritas terlebih dahulu.Bahan pustaka dan naskah kuno yang rusak menjadi prioritas utama dibanding dengan BP dan naskah kuno yang murah dan mengalami kerusakan karena masih dapat dilakukan pengadaan baru. Kebijakan pelestarian naskah diformulasikan oleh bagian yang berwenang dan memiliki otoritas dalam hal pelestarian naskah tersebut. Pejabat pusat preservasi tentunya sudah sedemikian rupa melakukan adaptasi dan pengamatan terhadap kerusakan bahan pustaka sehingga mampu membuat kebijakan pelestarian meskipun bersifat pengajuan kepada Kepala Perpustakaan.Langkah yang dilakukan oleh pejabat pusat preservasi ini merupakan titik tolak adanya upaya untuk melestarikan bahan pustaka berupa naskah di Perpustakaan Nasional. Namun demikian, proses implementasi kebijakan pelestarian naskah ini tetap mengalami hambatan karena pihak Perpustakaan Nasional tidak secara akurat mengetahui kondisi masing-masing perpustakaan di setiap daerah sehingga proses implementasi kebijakan ini dirasakan sulit untuk di serap oleh perpustakaan daerah. Implementasi kebijakan ini tidak hanya fokus dilakukan oleh Perpustakaan Nasional saja, tetapi secara umum juga diberlakukan bagi seluruh perpustakaan di Indonesia. Mengingat bahwa kebijakan ini bersifat sebagai pedoman bagi kegiatan pelestarian naskah yang menjadi satu standar umum bagi seluruh perpustakaan di Indonesia. Kebijakan pelestarian naskah ini juga diperkuat oleh adanya Undang-undang No. 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Rekam menyebutkan bahwa Perpustakaan Nasional mempunyai tugas untuk menghimpun, menyimpan, melestarikan dan mendayagunakan semua karya cetak dan karya rekam termasuk naskah kuno yang dihasilkan di wilayah Republik Indonesia. Undang-Undang ini secara jelas menyerahkan tanggung jawab kepada Perpustakaan Nasional untuk memelihara, mendayagunakan dan melestarikan naskah termasuk membuat kebijakan agar kegiatan tersebut berlangsung secara sistematis. 2. Pelaksanaan Kegiatan Pelestarian Naskah Koleksi naskah yang belum rusak supaya tidak terkontaminasi dengan perusak koleksi tersebut dapat dicegah dengan melakukan kegiatan pencegahan. Sedangkan untuk naskah yang sudah mengalami kerusakan perlu dilakukan perbaikan agar kerusakan tidak menjadi parah, sehingga proses kerusakan terhenti. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan narasumber 2, didapatkan hasil bahwa kegiatan pelestarian naskah terbagi menjadi dua yaitu usaha pencegahan kerusakan naskah dan usaha perbaikan kerusakan naskah. a. Usaha Pencegahan Kerusakan Naskah Narasumber 2 menjelaskan mengenai kegiatan pencegahan kerusakan naskah yaitu sebagai berikut: “Fumigasi, dilakukan setahun sekali, lalu kalau enam bulan ada serangga lakukan fumigasi lagi. Fumigasi dilakukan 2x24 jam minimal. Kalau debu kan otomatis di cek minimal setiap tahun sekali, jika kita