Cara Pencegahan yang Disebabkan oleh Faktor Manusia dan

sekarang digunakan adalah kertas tisu washi dari Jepang atau kertas buatan tangan handmade paper, dari Indonesia daluang yang kini sudah dapat diproduksi dalam negri.

2. Laminasi

Laminasi adalah suatu kegiatan melapisi bahan pustaka dengan kertas khusus, agar bahan pustaka menjadi lebih awet. 48 Proses keasaman terjadi pada kertas dapat dihentikan oleh pelapis kertas yang terdiri dari film oplas kertas cromton atau kertas pelapis lainnya. Pelapis kertas ini menahan polusi debu yang menempel di bahan pustaka, sehingga tidak beroksidasi dengan pollutan. Biasanya kertas atau dokumen yang dilaminasi adalah kertas yang sudah tua, berwarna kuning, berwarna cokelat, berbau apek, kotor, berdebu. 49 Oleh karena itu laminasi sangatlah penting guna melindungi kertas dari kerusakan yang lebih parah. Beberapa jenis laminasi, yaitu teknik laminasi dengan tangan biasa disebut kath palia process, laminasi dengan mesin dengan cara panas, laminasi dengan manual. 50 Dalam melaminasi kertas perlu ketelitian dan kehati-hatian yang sangat extra dan tidak boleh sembarangan, harus dipikirkan bagaimana caranya agar kertas tidak menjadi rusak oleh bahan pelapis. 48 Ibid., h. 111 49 Muhammadin Razak, Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip Jakarta: Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992, h.54 50 Martoatmodjo Karmidi, Pelestarian Bahan Pustaka Jakarta: Universitas Terbuka, 1999, h. 112

3. Enkapsulasi

Salah satu usaha perbaikan bahan pustaka selain laminasi ialah enkapsulasi. 51 Enkapsulasi adalah cara melindungi kertas dari kerusakan yang bersifat fisik. Pada enkapsulasi setiap lembar kertas diapit dengan cara menempatkannya di antara dua lembar plastik yang transparan, sehingga tulisannya tetap dapat dibaca dari luar. 52 Jenis-jenis kertas yang akan dienkapsulasi ini adalah kertas lembaran seperti naskah kuno, peta, bahan cetakan atau poster. Peralatan dan bahan yang dibutuhkan dalam proses ini adalah guntung kecil atau besar, alas dari plastic tebal yang dilengkapi dengan garis-garis yang berpotongan tegak lurus untuk mempermudah pekerjaan, sikat halus film plastik polyester, pisau, pemotong cutter, double sided tape 3M, pemberat, kertas, penyerap bebas asam dan lembaran kaca. 53

4. Deasidifikasi

Deasidifikasi adalah kegiatan pelestarian bahan pustaka dengan cara menghentikan proses keasaman yang terdapat pada kertas. Dalam proses pembuatan kertas, ada campuran zat kimia yang apabila zat tersebut terkena udara luar, membuat kertas menjadi asam. 54 Proses deasidifikasi ini merupakan cara yang hanya dapat menghilangkan asam yang sudah ada dan melindungi kertas dari kontaminasi asam dari berbagai sumber, deasidifikasi tidak dapat 51 Martoatmodjo Karmidi, Pelestarian Bahan Pustaka Jakarta: Universitas Terbuka, 1993, h.113 52 Muhammadin Razak, Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip Jakarta: Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1999, h. 56 53 Ibid., h. 58 54 Martoatmodjo Karmidi, Pelestarian Bahan Pustaka Jakarta: Universitas Terbuka, 1999, h. 104 memperkuat kertas yang sudah rapuh.Alat-alat yang disebutkan di atas diperlukan untuk menentukan sifat asam atau basa suatu bahan, dengan memakai ukuran derajat keasaman yang disingkat pH. Asam mempunyai pH antara 0-7 dan basa antara 7-14, pH7 adalah normal atau netral. Kalau pHkertas lebih dari 7, berarti kertas tersebut sudah bersifat asam, jika pH kertas berada antara 4-5, ini menunjukkan kondisi kertas itu sudah parah. Untuk mengetahui derajat keasaman pada suatu kertas, satu titik pada permukaan kertas dibasahi dengan air suling, kemudian pHnya diukur dengan pH meter atau kertas pH. Dalam melakukan deasidifikasi, kita harus hati-hati karena deasidifikasi terlalu besar akan menyebabkan kertas menjadi rusak. 55

5. Alih MediaBentuk

Dalam mengatasi kekurangan tempat atau ruangan di perpustakaan dan juga melestarikan informasi dari buku-buku yang sudah lapuk, maka diperlukan alih bentuk dokumen. Cara perawatan dengan alih bentuk yaitu pada buku-buku yang telah rapuh. Dan buku itu amat berharga, buku itu hanya ada satu kopi, sedangkan dipasaran sudah tidak mungkin didapat seperti Undang-Undang Dasar Naskah asli, buku-buku langka, dan lain-lain yang bernilai sejarah. Maka dengan menyelamatkannya dengan cara alih bentuk. 56 Pelestarian koleksi perpustakaan melalui pengalihan ke dalam bentuk mikrofilm ataupun CD bertujuan selain untuk penyelamatan, 55 Muhammadin Razak, Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip Jakarta: Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992, h. 43 56 Muhamad Djuhro, Pelestarian Bahan Pustaka Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2002, h. 16