Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kebijakan pelestarian naskah ini juga diperkuat oleh adanya Undang-undang No. 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Rekam menyebutkan bahwa Perpustakaan Nasional mempunyai tugas untuk menghimpun, menyimpan, melestarikan dan mendayagunakan semua karya cetak dan karya rekam termasuk naskah kuno yang dihasilkan di wilayah Republik Indonesia. Undang-Undang ini secara jelas menyerahkan tanggung jawab kepada Perpustakaan Nasional untuk memelihara, mendayagunakan dan melestarikan naskah termasuk membuat kebijakan agar kegiatan tersebut berlangsung secara sistematis. 2. Pelaksanaan Kegiatan Pelestarian Naskah Koleksi naskah yang belum rusak supaya tidak terkontaminasi dengan perusak koleksi tersebut dapat dicegah dengan melakukan kegiatan pencegahan. Sedangkan untuk naskah yang sudah mengalami kerusakan perlu dilakukan perbaikan agar kerusakan tidak menjadi parah, sehingga proses kerusakan terhenti. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan narasumber 2, didapatkan hasil bahwa kegiatan pelestarian naskah terbagi menjadi dua yaitu usaha pencegahan kerusakan naskah dan usaha perbaikan kerusakan naskah. a. Usaha Pencegahan Kerusakan Naskah Narasumber 2 menjelaskan mengenai kegiatan pencegahan kerusakan naskah yaitu sebagai berikut: “Fumigasi, dilakukan setahun sekali, lalu kalau enam bulan ada serangga lakukan fumigasi lagi. Fumigasi dilakukan 2x24 jam minimal. Kalau debu kan otomatis di cek minimal setiap tahun sekali, jika kita menemukan debu maka kita akan sedot debu tersebut dengan vacuum cleaner. Pakai gorden, untuk ruangan naskah menggunakan saringan ultraviolet berupa kaca film. Kalau untuk cahaya di dalam ruangan menggunakan lampu neon. Naskah wajib 24 jam dengan temperatur 21-24  C, karena agar naskah tetap berada pada suhu dan kelembaban untuk menghindari naskah dari kerusakan. Boleh memakai AC setengah hari dengan temperature harus stabil antara 26-28  C dengan syarat memakai bantuan kipas angin.Alat pengukurnya ada dehumidifier.untuk itu ada bimbingan pemakai setiap tahun di meja nya ada tulisan kecil “tidak boleh melipat, menekan”.Untuk antisipasi kebakaran kita pasang alat hidran sprinkledan smoke detector. Untuk memadamkan api kita mnggunakan hidran dengan busa lebih baik untuk kertas dan naskah. Naskah sudah di sumpan dalam “Cold Storage” dari baja jika terjadi bencana akan terselamatkan, selain itupun kami memasang dilarang merokok d i setiap ruangan.” 73 Kegiatan pencegahan kerusakan naskah ini dipaparkan oleh narasumber 2. Langkah konkrit pencegahan kerusakan yang dilakukan di Perpustakaan Nasional ini dilakukan secara teratur. Perlu adanya komitmen yang kuat agar kegiatan ini berlangsung secara stabil sehingga kegiatan pelestarian ini akan menjadi budaya bagi kalanagan pemustaka. Kegiatan pencegahan kerusakan naskah ini dilakukan secara optimal dengan menggunakan peralatan-peralatan yang berkualitas. Kegiatan pencegahan keruskaan naskah ini bukan hanya sebagai tindakan pencegahan yang pada umumnya bersifat opsional, tetapi menjadi tanggung jawab bagi seluruh pustakawan juga pihak Perpustakaan Nasional. b. Usaha Perbaikan Kerusakan Naskah Perpustakaan Nasional melakukan beberapa usaha perbaikan naskah diantaranya menambal dan menyambung kertas, laminasi, 73 Wawancara Pribadi dengan Staff Perawatan dan Perbaikan Bahan Pustaka, Jakarta, 09 Maret 2015 enkapsulasi, deasidifikasi, penjilidan, alih media bentuk. Usaha perbaikan kerusakan naskah ini menjadi bagian dalam proses pelestarian naskah karena kegiatan ini ditujukan bagi naskah-naskah yang sudah terlampau mengalami kerusakan, usang dan tua. Naskah- naskah yang telah mengalami kerusakan tidak serta merta dibiarkan dan tidak didayagunakan kembali. Perlu ada tindakan perbaikan agar naskah atau bahan pustaka lainnya masih tetap memberikan manfaat meskipun telah mengalami kerusakan. Narasumber 2 menjelaskan dalam wawancara yang dilakukan mengenai usaha perbaikan kerusakan naskah ini, sebagai berikut : “Kita melakukan kegiatan laminasi ini dengan melapisi dua sisi dokumen dengan memakai tisu jepang. Selain itu,proses menambal juga dilakukan untuk merekatkan bagian yang robek atau patah karena lipatan pada kertas, sedangkan untuk kegiatan menyambung ada dua cara yaitu secara manual dan mesin. Untuk proses manual ini dengan menggunakan tisu jepang tetapi caradengan mesin tidak dilakukan, misalkan ada naskah yang robek, ambil tisu jepang secukupnya sebesar area yang robek, di lem dan ditempel di naskah yang robek. Kemudian perbaikan selanjutnya enkapsulasi untuk melindungi naskah dari kerusakan fisik.Usaha perbaikan lainnya deasidifikasi kertas untuk mengurangi kandungan asam pada naskah.” 74 Untuk tahapan perbaikan kerusakan naskah melalui enkapsulasi, narasumber tidak menjabarkan satu persatu, tetapi narasumber memberikan rujukan bahan pustaka yang di dalamnya menjelaskan tahapan enkapsulasi tersebut, tahap-tahap itu adalah sebagai berikut: Pertama, meletakkan plastik mylar di atas meja untuk dilakukan pengeleman pada naskah dengan menggunakan double side tape bebas asam. Tahapan ini dilakukan secara berulang sebanyak dua kali 74 Ibid pengulangan. Kedua, melepaskan double side tape yang bebas asam secara perlahan, dan melakukan perekatan naskah yang sudah ditempeli oleh double side tape. Ketiga, menggosok permukaan naskah yang direkatkan oleh double side tape agar penempelan lebih kokoh. Keempat, merapikan plastik mylar yang tersisa dari bagian naskah yang direkatkan. Perbaikan kerusakan naskah yang dilakukan selanjutnya adalah Deasidifikasi adalah proses menetralkan asam pada kertas. Sebelum dilakukan tahap deasidifikasi maka langkah yang dilakukan yaitu proses bleaching. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: Pertama, memberikan penomoran pada naskah yang akan di perbaiki dan melepaskan penjilidan naskah dengan hati-hati. Kedua, merendam naskah dalam air kran, kemudian merendam naskah kembali dengan larutan PK 25 gram. Ketiga, mengangkat rendaman naskah dan membersihkan kandungan larutan PK 25 yang tersisa pada naskah untuk kemudian naskah kembali direndam dengan larutan asam oksalat dan kemudian dibersihkan dengan melakukan pembilasan. Keempat, memulai proses deasidifikasi dengan larutan campuran Magnesium Hidro Karbonat dengan CO 2 . Proses ini bertujuan untuk melakukan penteralan pH pada kertas. 75 Setelah 4 kegiatan perbaikan kerusakan naskah tersebut, terdapat usaha perbaikan kerusakan naskah yang dijelaskan narasumber 5 yaitu sebagai berikut: 75 Ibid., h. 51-66 “Naskah dipisah yang masih bisa dijilid apa engga, kalau naskah engga bisa dijilid dibuat portopel. Naskah yang masih bisa dijilid dibersihin debunya sebelum masuk ke tahap berikutnya. Kalau pinggiran naskah yang rusak ditambal atau disambung menggunakan tissue jepang. Cutter dan sampul dilepas terlebih dahulu, baru jilidannya dibongkar. Sampulnya dibikin ulang dengan menggunakan bahan buckram itu board bebas asam. Kalo misalnya ada sisa judul, judul yang masih melekat di board itu direndam di air lalu dijemur. Setelah itu judulnya dilekatkan kembali ke sampul yang baru. Lalu di pres serta alat yang digunakan untuk penjilidan itu lem, kuas dan gunting. ” Usaha perbaikan kerusakan naskah yang terakhir adalah alih media. Seperti yang dikatakan narasumber 4: “iya, naskah juga dialihmediakan salah satunya dalam bentuk digital guna menjaga informasinya agar dapat digunakan oleh para pengguna ”. 76 Alih media bentuk yang dilakukan pada Perpustakaan Nasional yaitu proses digitalisasi naskah. Transformasi digital melakukan kegiatan alih media digital sebagai upaya menyelamatkan kandungan isi informasi yang terdapat didalam naskah agar isinya dapat dimanfaatkan untuk selama-lamanya. Dalam melaksanakan kegiatan transformasi digital menetapkan prosedur atau alur kerja alih media digital. Hal ini bertujuan supaya kegiatan alih media digital bekerja secara sistematik dan terkontrol. Alur kerja bidang transformasi digital terdapat dalam Lampiran 1. 3. Penyebaran Informasi Naskah. Kegiatan penyebaran informasi naskah merupakan upaya menyebarluaskan isi naskah kepada para pemustaka. Upaya penyebaran 76 Wawancara Pribadi dengan Kepala Transformasi Digital, Jakarta, 16 Maret 2015 informasi naskah pada Perpustakaan Nasional meliputi pembuatan katalog naskah. Hal ini diutarakan oleh narasumber 5 sebagai berikut: “Memamerkan naskah ke daerah-daerah dan juga seluruh naskah telah dibuatkan katalog kemudian katalog tersebut telah kami bukukan. katalog naskah biasanya digunakan para peneliti. peneliti menelusur naskah melalui katalog tersebut. Katalog naskah belum online seluruhnya, baru 30 dari keseluruhan yang sudah dipublikasikan di website Perpustakaan Nasional ”. 77 Penyebaran informasi ini dapat dikatakan sebagai upaya sosialisasi atau promosi informasi yang ada pada naskah agar diketahui khalayak umum. Proses penyebaran informasi biasanya melalui forum festival nusantara ini dilakukan dengan tujuan untuk memperkenalkan informasi yang ada dalam naskah sebagai pengetahuan umum khususnya untuk masyarakat yang mengakses perpustakaan di daerah. Selain itu, kegiatan penyebaran informasi ini memberikan kemudahan untuk pemustaka mengakses bahan pustaka yang berjenis naskah.

C. Pembahasan

1. Kebijakan Pelestarian Naskah

Perpustakaan Nasional sudah memiliki kebijakan tertulis tentang pelestarian naskah yang tertuang dalam buku “Pokok-Pokok Kebijakan dan Strategi Pelestarian Bahan Pustaka BP dan Naskah Kuno ”. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang penulis lakukan, Perpustakaan Nasional memperinci kebijakan tersebut dalam bentuk buku yaitu buku “Pokok-Pokok Kebijakan dan Strategi Pelestarian Bahan Pustaka BP dan Naskah Kuno ”. Acuan kebijakan 77 Wawancara Pribadi dengan Kepala Layanan Naskah dan Transliterasi, Jakarta, 23 Maret 2015 buku tersebut diantaranya Undang-Undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 1990, Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 Tahun 2007, Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007, Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2014 dan Standar Nasional Perpustakaan. Dalam hal ini Perpustakaan Nasional merumuskan kebijakan pelestarian naskah seperti yang dikatakan Sutarno bahwa kebijakan perpustakaan adalah pembentukan sejumlah dasar, pedoman aturan dan tata tertib dalam rangka penyelenggaraan perpustakaan agar segala sesuatunya berjalan dengan baik. 78 Berdasarkan pengamatan penulis terhadap buku “Pokok-Pokok Kebijakan dan Strategi Pelestarian Bahan Perpustakaan BP dan Naskah Kuno ”. Buku tersebut sudah dirancang secara sedemikian rupa oleh Perpustakaan Nasional sehingga pembacanya dapat memahami dengan mudah kebijakan yang dibuat. Kebijakan pelestarian naskah mempunyai mekanisme, prosedur, dan tata aturan tertentu agar dapat berjalan dengan baik. Dalam hal ini perpustakaan telah mewujudkan kebijakan pelestarian naskah secara sederhana, sistematis dan mudah dipahami, seperti yang dikatakan Sutarno “... untuk dapat mewujudkan suatu sistem kerja yang baik, maka perlu disusun sistem kerja yang mudah, sederhana dan dapat dijalan kan...” 79 78 Sutarno NS, Tanggung Jawab Perpustakaan Dalam Mengembangkan Masyarakat Informasi Jakarta: Panta Rei, 2005, h. 118 79 Ibid., h. 121 2. Pelaksanaan Kegiatan Pelestarian Naskah a. Usaha Pencegahan Kerusakan Naskah Salah satu tugas Perpustakaan Nasional yang tertuang dalam UU No. 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan yaitu Perpustakaan Nasional bertugas sebagai pelestarian bahan pustaka. Dalam hal ini pelestarian mencakup semua aspek usaha melestarikan bahan pustaka dan arsip. 80 Pelestarian bahan pustaka di Perpustakaan Nasional dihadapkan pada berbagai faktor kerusakan diantaranya: 1 Faktor Biota Berdasarkan pengamatan penulis salah satu faktor kerusakan yang dihadapi Perpustakaan Nasional adalah faktor biota yang disebabkan oleh serangga. Upaya Perpustakaan Nasional dalam mengantisipasi hal ini yaitu dengan melakukan fumigasi selama enam 6 bulan sampai satu 1 tahun sekali dengan waktu pengasapan 2x24 jam. Dalam hal ini Perpustakaan Nasional telah melakukan salah satu upaya untuk menghilangkan serangga dari beberapa upaya yang sering kali digunakan diantaranya penyemprotan dengan menggunakan bahan insektisidan bahan pembasmi serangga, penggunaan sistem pengumpanan, penuangan larutan racun ke dalam lubang, dan penaburan kapur barus pada rak-rak buku secara berkala. 81 80 Sudarsono Blasius, Antologi Kepustakawanan Indonesia Jakarta: Sagung Seto, 2006, h. 314 81 Suwija Nyoman, Laporan Penelitian: Upaya Pelestarian Bahan Pustaka Pada Perpustakaan Universitas Udayana Denpasar: Universitas Udayana, 1995, h. 95

2 Faktor Fisika

Berdasarkan hasil pengamatan penulis penyebab kerusakan yang diakibatkan oleh faktor fisika pada Perpustakaan Nasional yaitu disebabkan oleh debu, cahaya serta kelembaban udara. Perpustakaan Nasional memeriksa debu secara berkala minimal satu tahun sekali, dan kemudian membersihkannya dengan vacuum cleaner. Perpustakaan Nasional sudah modern dengan menggunakan vacuum cleaner dalam membersihkan debu. Sebenarnya banyak cara yang bisa dilakukan untuk membersihkan debu tersebut diantaranya dengan menggunakan kuas, vacuum cleaner, karet busa spon, atau bulu ayam. 82 Perpustakaan Nasional memasang gorden atau saringan ultraviolet berupa kaca film jika diperlukan untuk menghalangi sinar matahari masuk ke ruangan naskah.Cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan, baik yang langsung atau pantulandihalangi dengan kain gorden atau disaring dengan filter untuk mengurangi radiasi ultra violet . 83 Perpustakaan Nasional memasang Air Conditioner AC di ruangan naskah selama 24 jam tanpa henti. Seperti yang dinyatakan oleh Halim Sobri dan M.Syafe‟i, usaha pencegahan agar naskah tidak terlalu mengalami kerusakan dengan cara 82 Halim Sobri dan M.Syafe‟i, “Peranan Pelestarian Koleksi Bahan Pustaka Berbasis Kertas. Tinjauan Penyimpanan Sebagai Bahan dari Pelestarian “, Jurnal Kepustakawanan dan Masyarakat Membaca, vol. 22, no. 2 Juli-Desember 2006: 39 83 Martoatmodjo Karmidi, Pelestarian Bahan Pustaka Jakarta: Universitas Terbuka, 1993, h. 45