Sasaran Pengembangan : GAMBARAN UMUM WILAYAH

B. Rencana Pola Ruang

Pola pemanfaatan ruang Tanjungsari secara umum dibagi dalam tiga pola pemanfaatan ruang meliputi :  pola pemanfaatan ruang yang dominan perdesaan dan kawasan lindung,  pola pemanfaatan ruang perkotaan dengan intensitas kegiatan jasa perkotaan yang relative tinggi  pola pemanfaatan ruang untuk pengembangan permukiman baru. a. a. Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan Perdesaan Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan Perdesaan Pemanfaatan ruang akan didominasi untuk pengembangan pertanian dan permukiman perdesaan serta perlindungan bagi kelestarian sumber air baku dan keseimbangan lingkungan alam. Tujuan pengelolaan ruang pada kawasan ini adalah untuk mencegah timbulnya kerusakan fungsi lingkungan hidup dan meningkatkan ekonomi masyarakat melalui kegiatan pertanian termasuk industri kerajinan pengolahan hasil pertanian, agrobisnis, pariwisata alam dan pedesaan.

a. Sasaran Pengembangan :

1. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan ekonomi berbasis pertanian yang berorientasi bagi pemenuhan pasar sesuai dengan kemampuan daya dukung lingkungan. 2. Meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan dan satwa serta nilai keindahan dan budaya bangsa. 3. Mempertahankan keanekaragaman tumbuhan, satwa, tipe ekosistem dan keunikan alam. 4. Meningkatkan pelestarian lingkungan lam khusunya untuk pelestarian sumber air baku bagi wilayah Tanjungsari. Disekitar wilayah Tanjungsari terdapat kawasan yang perlu mendapat perlindung yaitu kawasn Goa Walet yang beradadiluar wilayah perencanaan. Sedangkan jenis kawasan lindung lainnya yang perlu ditetapkan meliputi jenis sebagai berikut:  Kawasan Hutan Lindung.  Kawasan Resapan Air.  Kawasan Sempadan Sungai.  Kawasan Rawan Bencana Alam termasuk tebing-tebing bekas penggalian tanah bahan tambang lainnya. IV-92 5. Jenis kawasan lindung yang terdapat di wilayah perencanaan yaitu kawasan hutan, kawasan resapan air, kawasan sempadan sungai dan kawasan rawan bencana alam, dengan kondissi yang ingin dicapai adalah tercapainya alokasi ruang untuk kawasan lindung tersebut di atas yang mencakup;  Kawasan Perlindungan Sungai; Penetapan kawasan sebagai kawasan lindung bertujuan untuk menjaga sempadan sungai untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat menganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai. Selain berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, perlu dipertimbangkan juga Peraturan Pemerintah RI No. 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang menetapkan bahwa garis sempadan sungai bertanggul ditetapkan dengan batas lebar sekurang-kurangnya 5 lima meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul. Untuk sungai yang tidak bertanggul garis sempadan sungai ditetapkan berdasarkan pertimbangan teknis dan sosial ekonomis oleh pejabat yang berwenang, demikian pula dengan sungai tidak bertanggul yang berada di wilayah perkotaan dan sepanjang jalan.  Kawasan Hutan Lindung; Kawasan Hutan Lindung diarahkan agar kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah.  Kawasan Rawan Bencana Alam; Penetapan ruang sebagai kawasan rawan bencana alam diarahkan untuk mencegah kerugian material- imaterial bagi masyarakat dan lingkungan apabila terjadi suatu bencana alam yang tidak dapat dihindarkan, yang dapat berdampak pada seluruh kegiatan kota.  Kawasan Resapan Air; Penetapan suatu kawasan sebagai kawasan resapan air dalam rencana tata ruang diharapkan dapat melindungi kawasan tersebut dari pemanfaatan ruang dengan fungsi lain, sehingga kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan tidak terganggu. Dengan demikian kawasan tersebut dapat menjadi tempat pengisian air bumi akifer yang berguna sebagai sumber air. IV-93

b. Arah Pengembangan