14 usahatani. Salah satunya adalah dengan menggunakan metode nilai standar
analisis z-score untuk mengukur probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dari masing-masing sumber risiko produksi yang ada pada suatu usaha dan
dengan menggunakan analisis Value at Risk VaR untuk mengukur dampak risiko tersebut. Hasil perkalian antara probabilitas risiko dan dampak dari risiko tersebut
akan menghasilkan status risiko. Status risiko akan memperlihatkan sumber risiko produksi yang paling besar sampai yang paling kecil pada suatu usahatani.
Metode analisis risiko yang seperti ini telah digunakan oleh Parengkuan 2011, Lestari 2009, dan Pinto 2011.
Berbeda halnya dengan metode analisis risiko yang digunakan oleh Ginting 2009, Sembiring 2010, Jamilah 2010, Sianturi 2011, dan Silaban
2011. Kelima peneliti ini hanya mengidentifikasi sumber-sumber risiko yang sering muncul pada suatu usahatani yang dianalisis dengan menggunakan
analisis kualitatif tanpa melakukan penilaian terhadap masing-masing sumber risiko.
2.2.2. Metode Penilaian Risiko Usahatani
Pada umumnya metode analisis yang dipakai dalam pengukuran risiko antara lain Variance, Standard Deviation, dan Coefficient Variation. Ketiga
ukuran tersebut berkaitan satu sama lain, dimana untuk menghitung variance, sebelumnya harus mengetahui peluang dan expected return dari suatu kejadian
dalam menjalankan usaha. Alat ukur risiko ini digunakan untuk mengukur besarnya risiko yang dihadapi dalam menjalankan suatu usaha. Semakin kecil
nilai Variance, Standard Deviation, dan Coefficient Variation-nya, maka semakin
rendah risiko yang dihadapi.
Pengukuran risiko menggunakan Variance, Standard Deviation, dan Coefficient Variation telah digunakan oleh Ginting 2009, Sembiring 2010,
Jamilah 2010, Sianturi 2011, dan Silaban 2011. Namun, kelima peneliti tersebut ada yang menggunakan data satu perusahaan dan ada juga yang
menggunakan data survey. Ginting 2009 meneliti risiko produksi jamur tiram putih dalam suatu perusahaan. Demikian juga dengan Sembiring 2010, Sianturi
2011, dan Silaban 2011 yang juga menggunakan data satu perusahaan, namun
15 terdiri dari beberapa komoditas yang akan dianalisis risikonya analisis risiko
pada kegiatan spesialisasi dan portofolio. Sedangkan Jamilah 2010 menggunakan data survey, dimana kegiatan penelitiannya menggunakan
responden penelitian sebanyak 60 orang yang terdiri dari 30 petani wortel dan 30 petani bawang daun.
Berbeda halnya dengan metode analisis risiko yang digunakan oleh Parengkuan 2011, Lestari 2009, dan Pinto 2011. Ketiga peneliti ini tidak
menggunakan pengukuran risiko seperti Variance, Standard Deviation, dan Coefficient Variation. Namun, metode analisisnya dimulai dari mengidentifikasi
sumber risiko yang dihadapi oleh perusahaan, mengukur probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dari masing-masing sumber risiko produksi yang
ada pada suatu usaha tersebut dengan menggunakan metode nilai standar analisis z-score, mengukur dampak risiko tersebut dengan menggunakan analisis Value at
Risk VaR, mengklasifikasi sumber risiko ke dalam peta risiko dan mengidentifikasi strategi penanganan risiko yang dihadapi perusahaan.
Dari uraian di atas, terdapat persamaan dan perbedaan metode analisis risiko yang telah digunakan dengan metode analisis risiko yang digunakan dalam
penelitian ini. Metode analisis risiko yang digunakan dalam penelitian Ginting 2009, Sembiring 2010, Jamilah 2010, Sianturi 2011, dan Silaban 2011
juga digunakan dalam penelitian ini, yaitu dengan menggunakan Variance, Standard Deviaton, dan Coefficient Variance. Perbedaan terletak pada jenis dan
jumlah komoditas yang diteliti kecuali komoditas yang diteliti oleh Ginting 2009.
2.3. Strategi Pengelolaan Risiko