15 terdiri dari beberapa komoditas yang akan dianalisis risikonya analisis risiko
pada kegiatan spesialisasi dan portofolio. Sedangkan Jamilah 2010 menggunakan data survey, dimana kegiatan penelitiannya menggunakan
responden penelitian sebanyak 60 orang yang terdiri dari 30 petani wortel dan 30 petani bawang daun.
Berbeda halnya dengan metode analisis risiko yang digunakan oleh Parengkuan 2011, Lestari 2009, dan Pinto 2011. Ketiga peneliti ini tidak
menggunakan pengukuran risiko seperti Variance, Standard Deviation, dan Coefficient Variation. Namun, metode analisisnya dimulai dari mengidentifikasi
sumber risiko yang dihadapi oleh perusahaan, mengukur probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dari masing-masing sumber risiko produksi yang
ada pada suatu usaha tersebut dengan menggunakan metode nilai standar analisis z-score, mengukur dampak risiko tersebut dengan menggunakan analisis Value at
Risk VaR, mengklasifikasi sumber risiko ke dalam peta risiko dan mengidentifikasi strategi penanganan risiko yang dihadapi perusahaan.
Dari uraian di atas, terdapat persamaan dan perbedaan metode analisis risiko yang telah digunakan dengan metode analisis risiko yang digunakan dalam
penelitian ini. Metode analisis risiko yang digunakan dalam penelitian Ginting 2009, Sembiring 2010, Jamilah 2010, Sianturi 2011, dan Silaban 2011
juga digunakan dalam penelitian ini, yaitu dengan menggunakan Variance, Standard Deviaton, dan Coefficient Variance. Perbedaan terletak pada jenis dan
jumlah komoditas yang diteliti kecuali komoditas yang diteliti oleh Ginting 2009.
2.3. Strategi Pengelolaan Risiko
Strategi pengelolaan risiko diperlukan untuk meminimalkan risiko yang terjadi pada perusahaan. Strategi yang akan dilakukan tentunya diawali dengan
pengidentifikasian sumber-sumber risiko yang terjadi. Strategi yang digunakan juga sesuai dengan sumber-sumber risiko yang ada. Strategi penanganan risiko
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu strategi preventif dan strategi mitigasi. Strategi preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Strategi ini
dilakukan apabila probabilitas risikonya besar. Strategi mitigasi adalah strategi
16 penanganan risiko yang dimaksud untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan
dari risiko. Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat besar, Kountur 2008.
Ada beberapa contoh perusahaan yang telah melakukan strategi preventif dalam mengelola risiko produksi di perusahaannya, seperti usaha produksi jamur
tiram putih pada Cempaka Baru di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor Ginting 2009, usaha produksi jamur tiram putih pada Yayasan Paguyuban
Ikhlas di Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor Parengkuan 2011, usaha sayuran organik pada The Pinewood Organic Farm di Kabupaten
Bogor, Jawa Barat Sembiring 2010, usaha wortel dan bawang daun di Kawasan Agropolitan Cianjur, Jawa Barat Jamilah 2010, usaha bunga pada
PT. Saung Mirwan Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat Sianturi 2011, usaha ikan hias pada PT Taufan Fish Farm di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa
Barat Silaban 2011, usaha pembenihan udang vannamei Litopenaeus vannamei pada PT. Suri Tani Pemuka, Kabupaten Serang, Provinsi Banten
Lestari 2009, dan usaha peternakan ayam broiler Milik Bapak Restu di Desa Cijayanti, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor Pinto 2011.
Strategi-strategi preventif yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan tersebut tentu berbeda satu sama lain, tergantung dari karakteristik usaha dan
sumber-sumber risiko yang dihadapi. Contohnya adalah pada usaha produksi jamur tiram putih, contoh strategi preventif yang dilakukan adalah dengan
meningkatkan kualitas perawatan untuk menangani risiko iklim dan cuaca dengan meningkatkan intensitas penyiraman, membersihkan area produksi untuk
mencegah timbulnya hama dan penyakit, melakukan perencanaan pembibitan yang baik dengan kualitas bahan baku yang baik, mengembangkan sumberdaya
manusia dengan mengikuti penyuluhan dan pelatihan tentang jamur tiram putih, menggunakan peralatan yang steril dalam melakukan penyuntikan bibit murni ke
dalam media tanam, memasang alat bantu ukur suhu ruangan atau termometer untuk kontrol terhadap suhu ruangan, memberikan arahan kepada para
pekerja untuk meminimalkan proses kesalahan sterilisasi Ginting 2009 dan Parengkuan 2011.
17 Contoh strategi preventif yang dilakukan pada usaha produksi sayuran
organik adalah dengan melakukan pengendalian hama dan penyakit tanaman, adanya perlakuan pada saat pemanenan dan pengemasan, dan pengelolaan daerah
perkebunan Sembiring 2010. Contoh strategi preventif yang dilakukan pada usaha produksi wortel dan bawang daun adalah dengan meningkatkan kualitas
perawatan untuk menangani kondisi iklim dan cuaca yang sulit diprediksi, menerapkan pengendalian hama secara terpadu PHT, meningkatkan kesuburan
lahan dengan cara pemupukan yang tetap dan merotasikan pola tanam, menggunaan variabel input yang sesuai menurut SOP, dan meningkatkan
pengembangan sumberdaya manusia Jamilah 2010. Pada pengusahaan bunga, contoh strategi preventif yang dapat dilakukan adalah dengan menaikkan
kuantitas bibit yang ditanam untuk mengantisipasi mortalitas bibit yang mungkin terjadi, mengatur frekuensi penyiraman air beserta pupuk untuk mengatasi
perubahan suhu yang drastis, mencegah serangan hama dan penyakit tanaman yang dilakukan secara mekanis dan kimiawi, dan menerapkan pemeberian cahaya
tambahan agar warna bunganya cerah dan seragam Sianturi 2011. Berbeda halnya juga dengan strategi preventif yang dapat dilakukan pada
usaha pembenihan udang vannamei. Contoh strategi preventif yang dapat dilakukan pada usaha ini adalah dengan melakukan persiapan bak pemeliharaan,
pemeliharaan induk, pemeliharaan larva, pengelolaan kualitas air, pengelolaan pakan, pemanenan dan pengepakan benur serta pelatihan sumber daya manusia
serta dengan melakukan kontrak pembelian dengan pemasok pakan Lestari 2009. Pada usaha produksi ikan hias, contoh srategi preventif yang dapat
dilakukan adalah dengan penerapan teknologi baru seperti teknologi suntik hormon agar mempercepat proses pematangan gonad ikan, dan meningkatkan
manajemen perusahaan yang tepat dan terarah Silaban 2011. Pada usaha peternakan ayam broiler juga dapat diterapkan strategi preventif, contohnya
adalah dengan memasang jaring kawat pada seluruh bagian kandang untuk mencegah serangan hama predator, memasang ventilasi bantuan untuk
mempercepat sirkulasi udara, dan dengan meningkatkan kedisplinan anak kandang dalam menjaga saran prasarana seperti sumur sebagai sumber air minum
serta menjaga perlakuan yang bersifat operasional agar tetap steril dan melakukan
18 penyemprotan menggunakan insectysida untuk menghindari bertumbuh
kembangnya kutu dan parasit lainnya pada ayam broiler.
Selain strategi preventif, ada juga yang disebut dengan strategi mitigasi. Ada beberapa strategi mitigasi yang dapat dilakukan, salah satunya adalah dengan
melakukan diversifikasi yaitu dengan mengusahakan lebih dari satu komoditas. Selain strategi preventif, strategi mitigasi dengan diversifikasi juga telah
dilakukan oleh beberapa perusahaan, seperti usaha sayuran organik pada The Pinewood Organic Farm di Kabupaten Bogor, Jawa Barat Sembiring 2010,
usaha wortel dan bawang daun di Kawasan Agropolitan Cianjur, Jawa Barat Jamilah 2010, usaha bunga pada PT. Saung Mirwan Kabupaten Bogor,
Provinsi Jawa Barat Sianturi 2011, dan usaha ikan hias pada PT Taufan Fish Farm di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat Silaban 2011. Diversifikasi
dilakukan untuk meminimalisir risiko yang dihadapi. Berdasarkan contoh strategi preventif dan strategi mitigasi yang telah
diuraikan di atas, maka dapat dilihat bahwa strategi-strategi yang dilakukan oleh setiap perusahaan adalah berbeda sesuai dengan karakteristik usaha dan sumber-
sumber risiko yang dihadapi. Sebagian dari strategi preventif yang telah dilakukan oleh perusahaan-perusahan di atas, sama dengan strategi preventif yang dilakukan
oleh Rimba Jaya Mushroom dalam penelitian ini.
19
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini menjelaskan teori-teori yang relevan dengan permasalahan penelitian, yaitu mengenai konsep risiko dan
teori lainnya yang berkaitan dengan risiko. Teori-teori tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
3.1.1. Konsep Risiko dan Ketidakpastian
Istilah risiko dan ketidakpastian secara teoritis mempunyai pengertian yang berbeda, meskipun seringkali kedua istilah tersebut digunakan secara
bersama-sama. Dari beberapa sumber yang berbeda telah menyebutkan pengertian risiko dan ketidakpastian. Walaupun sumbernya berbeda, namun beberapa sumber
tersebut menyebutkan makna atau pengertian risiko dan ketidakpastian yang sama. Risiko adalah peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh
pelaku bisnis dan tingkat peluangnya terukur secara kuantitatif. Sedangkan ketidakpastian adalah kondisi dimana peluang kejadian tidak dapat diketahui dan
tingkat peluangnya tidak dapat diukur secara kuantitatif Hardaker 1997, Robison dan Barry 1987, Debertin 1986, dan Djohanputro 2008.
Risiko sangat erat kaitannya dengan ketidakpastiaan, tetapi kedua hal tersebut memiliki makna yang berbeda. Seperti yang dikemukakan oleh Harwood,
et al., 1999, bahwa risiko dan ketidakpastian menunjukkan kemungkinan kejadian yang menimbulkan kerugian bagi pelaku bisnis yang mengalaminya. Hal
ini juga didukung oleh pernyataan dari Muslich 2007, yang menyatakan bahwa secara umum risiko dapat diartikan dalam berbagai cara, namun pengertian risiko
yang paling umum adalah seluruh hal yang dapat mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Muslich 2007 juga menyatakan bahwa risiko yang dapat mencakup
semua risiko selain risiko pasar dan risiko kredit adalah risiko operasional, dimana risiko operasional disebabkan oleh kegagalan proses internal perusahaan,
kesalahan sumberdaya manusia, kegagalan sistem, kerugian yang disebabkan kejadian dari luar perusahaan, dan kerugian karena pelanggaran peraturan dan
hukum yang berlaku .